Move On - 32. Never Be

1K 51 2
                                    

Hampir tiga bulan libur di rumah sakit, akhirnya Christal kembali sekolah. Kesan pertamanya saat masuk sekolah adalah 'lupa akan keadaan'.

Ia tidak tahu rasa bagaimana bersekolah, respon teman terhadapnya, dan banyak lagi. Ia enggan untuk memasuki sekolah padahal ia sudah berada didepan gerbang sekolahnya itu.

"Kamu gak mau masuk?" Tanya seseorang yang memukul pelan pundak Christal.

Christal menoleh dan mendapatkan seorang guru yang sangat cantik dan masih muda menunjukkan senyumannya.

"Sa-saya baru mau masuk kok, Bu guru. Ta-tapi saya takut."

"Enggak apa-apa. Itu karena kamu udah lama gak masuk sekolah, makanya kamu jadi kaku gini. Ayo masuk sama Ibu!"

Bu guru itupun memegang tangan Christal dan membawanya masuk. Semua orang melihat ke arah mereka yang kelihatannya akrab. Tetapi itu tidak bertahan lama.

"Biar Christal sama kami aja, Bu." Kata Seira.

"Iya Bu. Biar kami bawa dia ke kelas. Terima kasih, Bu."

"Terima kasih, Bu." Ucap Christal sembari memberikan senyuman pada guru itu.

Mereka bertiga menarik Christal mengarah ke kelas yang berada di lantai atas. Terus saja menyeretnya hingga Christal tidak dapat berkata apa pun.

Sekeliling orang yang melihatnya pun berbagai ekspresi. Ada yang kaget, senang, cuek, dan sebal. Bagaimana tidak? Tiga bulan tidak masuk sekolah berasa anak baru dan dipandang lain oleh siswa-siswi lainnya.

"Kalian ngajak ke mana?" Tanya Christal.

"Ya ngajak ke kelaslah," jawab Vanie.

"Tapi, ini kan bukan jalan ke kelas. Ke mana sih?"

Ini semua ide dari Vanie. Yap, memang bukan menuju ke kelas mereka, tetapi ke kelas Ray.

"Ini kelas siapa?" Tanya Christal setelah sampai didepan pintu kelas Ray.

"Ini kelas Ray, kelasnya pacar lo. So, setiap pagi lo harus nyapa pacar lo itu. Oke?" Kata Seira.

"Ngapain? Enggak ah," Christal menolak.

"Eh! Eh! Lo gak boleh kabur!" Cegat Abel saat Christal segera ingin kabur.

"Kalian gila apa? Masa gue harus nyapa dia tiap pagi? Gak ada kerjaan lain apa?" Christal mencoba menolak ajakan mereka ini.

"Ini harus Christal!" Vanie menekankan namanya.

"Lo harus mencobanya biar lo bisa melupakan mantan lo yang masih ada di pikiran lo itu!" Lanjut Vanie.

Christal terdiam sebentar. Mengingat ia masih punya perasaan bersama mantannya itu, ia tidak bisa berkata apa pun. Untuk menolak kenyataan pun mustahil.

"Kalian gila ya?" Tanya Christal dengan nada yang terdengar putus asa, sedih, dan kesal.

"Kita gak gila, Chris. Kita cuma mau bantuin lo. Lo harus mencoba walaupun ini gagal. Lo mau lihat Ray cemberut mulu saat lo masih punya perasaan sama mantan? Mau lo ditinggalin lagi sama orang yang lo sayang? Dan seharusnya lo mikir perasaan seseorang yang sayang sama lo. Dan lagi, lo itu harus bisa membuang perasaan itu jauh dari Ray. Coba aja lo digituin sama Ray, Chris. Pasti lo bisa merasakannya." Kata Abel panjang lebar yang membuat Christal terdiam seribu bahasa.

Mendengar perkataan Abel membuat Christal ingin menangis. Banyak hal yang harus ia pikirkan dan banyak pula tantangan yang harus ia terima.

Karena tidak kuat dengan hal itu, Christal membalikkan badan hendak pergi. Tetapi tak di sengaja oleh Ray, karena Ray sudah berada di belakang mereka sejak mereka bertiga menyeret Christal ke kelasnya.

Move OnTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang