Chapter 5

2.1K 80 8
                                    

"Tumben banget lo telat," ucap Abel.

"Ya biasalah. Palingan telat bangun lagi gara-gara begadang," sahut Seira yang tak kalah nyindir gue.

"Biasa jugalah tu. Sleeping beauty," sahut Vanie yang tak kalah sewot dengan kedua teman gue yang tadi.

Gue gak menggubrisnya. Hanya diam di tempat duduk gue dan membuka buku pelajaran. Gue ngerasa sial banget hari ini. Udah telat bangun plus dimarahin mama, gak sarapan, ditambah lagi macet super panjang, dan yang terakhir dihukum bersihin semua lapangan.

Udah tau gue gak punya energi gara-gara gak sarapan. Sekarang perut gue keroncongan banget lagi. Gue memegangi perut gue yang terasa perih itu. Keringat dingin sudah bercucuran membanjiri wajah gue yang gue tebak udah pucat. Tangan gue terasa sangat dingin dan gak bisa ngelakuin apa pun.

"Lo kenapa, Chris?" Tanya Vanie.

"Gue gak sarapan tadi, makanya jadi gini."

"Ya udah. Lo makan aja dulu di kantin," sarannya.

"Gila lo?! Ini jam Mr. Hestern tau! Gue gak mau dapat masalah dari dia," tolak gue mentah.

"Yaelah, permisikan bisa. Lagian hari ini dia gak datang juga," kata Vanie.

"Seriusan?! Dari mana lo tau?!" Tanya gue gak percaya.

"Ya taulah. Kevin bilang tadi."

"Ya udah. Gue keluar dulu ya, entar tugasnya gue bikin," ucap gue yang mulai berdiri dari tempat duduk.

"Lo mau kemana?" Tanya Seira saat gue menuju pintu keluar.

"Ke kantin," jawab gue singkat.

"Gue ikut!" Seru Seira dan diikuti oleh Vanie dan Abel.

*

"Chris!" Teriak seseorang yang memanggil dan gue pun menoleh ke arah suara.

"Ngapa?" Tanya gue cuek.

"Tumben banget lo telat tadi," ledek Peter yang mendekati tempat duduk gue.

Tiga teman gue udah melesat pergi ke kelas. Mereka bilang mau ngerjakan tugas, padahal mereka gak mau nemanin gue makan. Ya iyalah, gue makannya kayak siput. Ralat, makan kayak siput. Bukan makan siput. Ngerti?!

"Suka-suka gue dong," jawab gue sewot.

"Lihat gue dong! Gak pernah telat," ucap Peter yang membanggakan dirinya.

"Iya. Iya. Palingan lo lompat pagar kalau telat," ketus gue.

Ia tertawa. Gue tebak kalau dia memang pernah melakukannya.

"Hm, gue mau ngomong sama lo," ucapnya dengan tatapan serius.

"Mau ngomong apa?"

"Hm.. Gak jadi deh," ucapnya.

"Yah! Lo gantung deh, gak seru!" Ucap gue ngambek.

"Haha. Lo lucu banget deh," ujarnya yang mencubit pipi mulus gue.

Ya, mulus dong. Belum pernah di sentuh sama cowok, tapi baru aja di sentuh nih. Ah, gak mulus lagi dong pipi gue.

"Jangan cubit pipi gue, entar gak perawan lagi," ucap gue yang mendapat gelakan tawanya.

Gue melihat ke arah wajahnya. Wow, tampan banget! Bahkan saat dia tertawa pun terlihat tampannya.

Move OnTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang