Semenjak kejadian yang tidak diduga kemarin, hubungan antara Vanie, Seira, dan Abel agak sedikit renggang. Mereka tak lagi terlihat bersama.
"Van," panggil Peter yang datang entah dari mana menghampiri Vanie yang sedang sendirian dibangkunya.
"Apa?" Vanie menoleh.
Ia sedikit terkejut dengan kedatangan Peter. Ia tak tahu harus berbuat apa.
"Em.. Boleh gue duduk disini?" Tanyanya sambil menunjuk kursi yang ada didepan Vanie.
"Bo-boleh kok," Vanie mempersilahkan Peter duduk dengan gugup.
Peter pun duduk didepan Vanie. Vanie tak memandang kearah Peter karena canggung, termasuk juga Peter. Vanie tetap dengan kegiatan yang ia lakukan sejak tadi, menulis sebuah catatan dibuku tulisnya. Sedangkan Peter sibuk memikir harus berbuat apa.
Lima menit.
Sepuluh menit.
Lima belas menit.
Mereka tetap berdiam diri sibuk dengan pikirannya.
"Pet."
"Van."
Mereka membuka mulut bersama-sama. Mereka memandang satu sama lain, kemudian tertawa.
"Lo aja yang ngomong dulu," ucap Vanie setengah menahan tawanya.
"Lo aja," ucap Peter seperti mengalah.
"Enggak. Kayaknya lo yang serius mau ngomong," ucap Vanie.
"Gak. Lady first," ucap Peter dan Vanie menggeleng.
"Lo duluan," ucapnya.
"Em.. Gue mau mulai dari mana ya?" Gumam Peter.
Vanie mengernyitkan dahinya karena tidak mendengar ucapan Peter.
"Lo bilang apa tadi?" Tanya Vanie membuat Peter kaget.
"Eng-enggak. Gue cuma bilang...," Peter menggantungkan kata-katanya.
"Mau bilang apa? Bilang aja," ucap Vanie tak sabar.
"G-gue...,"
"G-gue mau bilang kalau gue...," keringat dingin sudah membahasi pelipis Peter.
"Mau bilang apa sih? Gue gak ngerti," ucap Vanie sedikit kesal.
"Hehe, maaf. Lo lucu deh kalau lagi ngambek," ucap Peter tersenyum kearah Vanie yang memanyunkan bibirnya karena kesal.
"Lo sih, ngomongnya gak bener. Gue gak ngerti," kesal Vanie memukul lengan kekar Peter.
"Iss, imutnya!" Gemas Peter mencubit pipi Vanie sebelah kanan.
"Jangan kuat-kuat nyubitnya. Sakit," ucap Vanie.
"Makanya jangan bikin gemes," ucap Peter sambil mencolek hidung kecil Vanie.
"Tadi pipi sekarang hidung."
"Soalnya lo cantik sih, gue suka."
Deg!
Peter keceplosan. Ia salah tingkah dengan perkataannya tadi. Sedangkan Vanie wajahnya sudah merah semerah tomat yang baru dipetik dari kebun.
"Em.. Mak-maksud gue...," ucap Peter gugup.
Vanie sudah memalingkan wajahnya dari Peter. Ia tak sanggup menahan semua yang diucapkan Peter tadi.
Mereka tidak sadar kalau makhluk lain ada yang melihat mereka yang lagi dilanda kecanggungan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Move On
Teen FictionChristal Faith. Seorang gadis remaja yang jatuh cinta pada pacar pertamanya. Tetapi diputuskan karena ada sesuatu hal. Ia berusaha untuk melupakan (mantan) pacarnya itu, tetapi tidak bisa. Bagaimanakah kehidupan sehari-harinya? Apakah ada orang lain...