"Dasar cowok penipu! I hate him! I swear I hate him!" Umpat Christal di tengah jalan menuju ke hotel.
Untung saja jalan yang mereka lewati sepi. Ray yang di belakangnya hanya tertawa diam melihat Christal yang terus saja mengumpat tidak jelas. Christal menyisir rambut depannya ke belakang.
"Ray," panggil Christal setelah berhenti berjalan.
Christal menghadap ke belakang melihat Ray yang juga berhenti. Wajah Ray biasa saja, ia tidak menunjukkan kekesalannya pada Christal bahwa ia sangat kesal bertemu dengan Harris, mantan pacar Christal.
"Kenapa sama tampang lo?!" Tegur Christal.
Ray tak mengerti dengan pertanyaan Christal. Jadi, ia menjawab pertanyaan dengan menaikkan bahunya.
"Ck," Christal berdesis kesal.
"Bukannya lo marah atau apa, nah lo sekarang malah masang tampang gak tau apa-apa. Is, lo gebleg banget, tau gak?! Gue kesel banget sekarang! Kesel! Kesel! Kesel!" Kata Christal didepan Ray sambil menghentakkan kedua kakinya secara bergantian.
Ray yang tidak tahan dengan itu segera membebaskan tawanya. Christal yang mendengar suara tawanya Ray langsung menatap kesal.
Jujur saja, Ray tak bisa menahannya. Tipe seorang Ray adalah walau marah ia masih bisa bercanda. Christal menatap Ray sinis sebentar, lalu ia membalikkan tubuhnya dan angkat kaki.
"Chris!" Panggil Ray.
Ray mengejar Christal dan sekarang mereka berdampingan. Entah kenapa, langkah kaki Christal menjadi lamban. Dan tiba-tiba saja berhenti, Ray menengok ke belakang.
"Lo kenapa?" Tanya Ray mendekati Christal.
Christal menunduk dan menggeleng untuk menjawab pertanyaan Ray. Ray berjalan ke arah Christal. Telapak tangan Ray mengusap kepala itu lembut.
"Tenang aja. Gue bisa nerima semua. Apapun yang terjadi diantara kita, akan gue lalui bersama lo selagi lo di sisi gue. Gak peduli kalau hal itu membuat gue kehilangan nyawa, tapi...," Ray menggantungkan perkataannya membuat Christal berhenti bernafas.
Ray berkata seperti itu karena ia menebak isi kepala Christal.
"Tapi kalau lo yang pergi, gue gak bisa nerima semuanya. Karena lo yang menyinari dunia gue. Lo yang menerangi setiap sisi gelap gue. Karena lo, gue bisa disini. Gue bisa menikmati hidup. Mungkin tanpa lo...," Ray berhenti, bukan menggantungkan kata-katanya.
Christal mendongakkan kepalanya, kelopak mata Christal sudah penuh dengan cairan bening. Ia melihat Ray menundukkan kepala menatap batu yang mereka injak sekarang ini. Tatapan Ray kosong, entah apa yang dipikirkannya.
"Gue tanpa lo juga gak berarti, Ray." Mata Christal berbinar saat mengatakan hal itu pada Ray.
Ia tak sanggup menahan butiran yang sudah penuh dan terasa panas itu. Ia menumpahkannya hingga pipinya basah. Ray menatap mata Christal.
"Kalo gak karena lo, mungkin gue udah gak akan berdiri disini. Bersama lo. Dan mungkin aja gue gak akan pernah kenal lo. Gue...gue...," Christal tak sanggup menahan tangisnya.
Ia menangis sejadi-jadinya membuat Ray khawatir. Christal menutup wajah dengan kedua tangannya, entah kenapa ia sangat merasa sedih sekali hari ini. Dari sekian lama waktu yang ia lalui bersama Ray, disaat inilah ia bisa menumpahkan semua perasaannya. Ia tak bohong atas perasaannya ini, ia benar-benar sudah masuk ke dalam lingkaran cinta Ray.
"Gak usah dilanjutin. Gue juga tau lanjutannya. Gue juga gitu, kalo gak karena melihat lo waktu itu, mungkin gue juga bakalan gak ada disini. Gue sayang lo, Chris. Gue mau bersama lo setiap saat, setiap detik, menit, jam hingga nafas terakhir kita." Kata Ray.
KAMU SEDANG MEMBACA
Move On
Novela JuvenilChristal Faith. Seorang gadis remaja yang jatuh cinta pada pacar pertamanya. Tetapi diputuskan karena ada sesuatu hal. Ia berusaha untuk melupakan (mantan) pacarnya itu, tetapi tidak bisa. Bagaimanakah kehidupan sehari-harinya? Apakah ada orang lain...