"Kia bangun! Udah siang! Kamu mau ke sekolah jam berapa, hah?!" Titah seorang wanita geram. Kiran, Mamah Kia.
Kia hanya menggeliat dan kembali menarik selimut. Kiran menarik nafas berat.
"YaAllah, Kia. Kamu ga kasian sama Geo? Dia udah dibawah dari tadi," keluh Kiran.
Kia langsung bangun begitu mendengar nama Geo. Kia menautkan alisnya, "Ngapain kesini?"
"Kok kamu gitu sih? Salah emangnya kalo calon pacar ke rumah?" Goda Kiran pada anak bungsunya itu.
Kia hanya mendengus kesal dan beranjak dari kasur, "Mah, tolong bilangin ke Geo, kalo gamau nungguin juga gapapa kok. Dengan senang hati Kia berangkat naik angkot,"
Kiran hanya mendengus geli melihat tingkah anaknya. Lalu berjalan keluar kamar Kia.
Anak jaman sekarang ya, kalo suka sama orang suka ditutup-tutupin.
●●
"Lama banget sih," keluh Geo sambil menyalakan mesin motornya.
Kia hanya memakai helm dan tidak peduli dengan ocehan Geo. Begitu duduk di belakang Geo, ia baru bersuara, "Siapa suruh nunggu,"
"Kalo bukan nyokap yang nyuruh, gue juga ogah nunggu putri solo yang nyelow banget kayak lo," Timpal Geo penuh emosi.
Kia hanya mendengus sebal, kenapa dia terus yang disalahkan?
"Iyalah, semerdeka lo aja," ucap Kia sebelum motor benar-benar melaju pergi.
Sepanjang perjalanan hanya ada keheningan. Tidak ada yang angkat bicara antara Kia dan Geo.
Kia sibuk dengan ponselnya dan Geo sibuk dengan jalanan yang macet. Geo mendengus kesal saat jalan tidak kunjung lancar. Lebih parah lagi, motornya tidak bisa maju sama sekali.
"Ah! Sialan!" Gerutunya.
Kia yang tadinya masa bodoh, mendadak memperhatikan Geo. "Lo sih, Ki! Jadi kan keburu macet!"
Kia menautkan alisnya, "Kok gue terus sih yang disalahin?!"
Hening. Geo tidak menjawab tapi ia tetap mendengus kesal. Kia juga merasa sebal karena ia selalu disalahkan.
Ya kalo ga mau nunggu gue, ngapain sosoan nunggu?! So baik depan ortu doang! Banci!
Setelah menunggu beberapa lama, jalanan mulai lancar. Geo dengan ugal-ugalan membawa motornya dan membuat Kia olahraga jantung pagi-pagi.
"Pegangan atau lo mati," teriak Geo berusaha bicara pada Kia ditengah kebisingan kendaraan.
Kia malah menatap Geo jijik, baginya, Geo sedang modus agar ia memeluknya.
Geo mendecih saat Kia tak kunjung melakukan perintahnya. Karena kesal, Geo malah sengaja mempercepat kecepatan motornya. Dan akhirnya, Kia terpaksa memeluk Geo, bahkan dengan erat.
●●
"Tuhkan! Ga boleh masuk!" Keluh Kia begitu ia dan Geo dilarang masuk oleh Bu Rina-Guru Fisika di SMA Jaya.
"Lho kok gue?! Kan lo yang lama!" Timpal Geo tidak terima.
"Nahkan! Gue aja terus yang kena," keluh Kia-lagi.
Kia dan Geo kini dilarang masuk sampe jam pelajaran pertama selesaim. Mereka harus duduk dilantai depan kelasnya.
Geo membanting tasnya kesal, baginya, percuma berdebat dengan Kia. Toh, gadis itu tidak mungkin mengalah.
Kia mulai sibuk membuka buku tulis Fisikanya dan membaca catatannya. Sedangkan Geo malah asyik bermain ponselnya.
Sebuah keheningan sangat terasa. Tidak ada satupun yang angkat bicara. Sampai suara lagu Ma boy yang dinyanyikan oleh dua anggota SISTAR, membuat keheningan hancur.
Kia sibuk menahan tawanya begitu tau nada dering ponsel Geo. Sedangkan Geo malah menunduk malu dan segera mencari ponselnya.
Geo mengangkat telfonnya, dan Kia masih sibuk menahan tawanya.
"Iya, Sab?"
...
"Iya, entar gue jemput."
...
"ke toko buku? Boleh aja."
...
"Oke, bye."Geo mematikan ponselnya dan segera memasukkannya ke dalam tas. Ia kemudian menatap Kia yang sedang menahan tawanya.
"Apa lo? Ketawa-tawa,"
Kia melepas bungkaman tangannya dan tertawa keras, "Hahaha gue ga nyangka, cowok kayak lo doyan juga K-Pop. Ngakak banget anjir!"
Geo menautkan alis, "Emang ada yang salah kalo gue suka K-pop?"
Kia langsung menggeleng, "Engga sih, gue juga suka banget. Tapi, yang bikin gue ngakak, nada dering lo itu! hahaha ga nyangka cowok kayak lo sukanya lagu gituan,"
Geo hanya mendengus sebal dan kembali sibuk dengan ponselnya.
Kia mulai mereda dan kembali sibuk pula dengan buku catatannya. Dalam hatinya ia masih tertawa dan sesekali rasa penasaran muncul.
Kira-kira siapa yang nelfon Geo? Kok minta jemput?
Geo memerhatikan Kia yang hanya melamun sambil membuka buku. Ia kemudian berdeham, "Kalo ga niat baca ga usah sosoan,"
Kia mengerjap dan langsung menutup bukunya. Memberi pandangan dingin pada Geo dan mulai memainkan ponselnya.
Tapi, tidak dapat Kia pungkiri. Pikirannya tertuju pada orang yang tadi menelfom Geo.
"Eh," ucap Kia dingin.
Geo menatap Kia dengan menautkan alisnya, ia menunggu Kia melanjutkan ucapannya.
"Siapa tadi? Lo mau jemput siapa?" Tanya Kia hati-hati.
Bukannya menjawab, Geo malah tambah menautkan alisnya. Sedetik kemudian, senyuman iblis muncul dari bibir Geo.
"Kenapa? Lo cemburu?"
Mendengar perkataan Geo, Kia langsung menyesali pertanyaannya tadi.
Gue ngapain sih pake nanya gituan?!
Kia mendecih, "Ck, geer banget lo jadi orang."
"Halah, kalo iya juga gapapa kali," timpal Geo tenang.
Kia menatap Geo kesal, "Pede banget lo jadi cowok,"
"Cowok ganteng kayak gue, siapa yang ga naksir coba?" ucap Geo percaya diri.
"Gue!" Timpal Kia berapi-api.
"Lo tuh modal tampang doang tau! Otak sama sifat lo tuh adalah nol besar! NOL BESAR!" Lanjut Kia sebal.
Geo mendecih, "Dasar cewek katarak."
Kia menggertakkan giginya dan mulai bangkit dari duduknya. Ia menunjuk tajam ke arah Geo yang masih terduduk kaget. Ia menarik nafas, ia tau betul bagaimana seorang Kiara Adelia saat marah.
Nih cewek lagi pms? Amukkan banget. Sensitif amat.
-Tbc-
KAMU SEDANG MEMBACA
The Secret [Slow Update]
Teen FictionBegitu sampai di depan rumah Kia. Geo langsung menahan Kia, itu membuat Kia terdiam dan menautkan alisnya heran. "Karena gue punya kartu as lo, dan lo punya kartu as gue. Jadi, kita buat perjanjian, "Jangan pernah bilang ini sama siapapun. Jangan bi...