Jam menunjukan pukul 6 sore. Geo tengah sendirian dirumah dan duduk sambil menonton tv, sibuk memikirkan kejadian tadi siang. Kejadian dimana Kia meminta maaf padanya karena perasaannya.
Geo terus diam tidak berkutik sampai suara seseorang membuatnya mengerjap.
"Gimana?" Celetuk Boby sambil duduk disamping Geo yang tengah asyik menonton tv.
Geo mengerjap beberapa kali, "Lo setan? Jin? Atau apasih? Sering banget muncul tiba-tiba."
Boby hanya terkekeh, "Yah, bokap lo minta gue nginep buat nemenin sepupu gue yang lagi gegana ini."
Geo menautkan alisnya, "Hah? Iguana?"
Bug...
"Apasih lo mukul-mukul?!" Kesal Geo setelah tangan Boby dengan indah mendarat dikepala Geo.
"Ya lo juga sih, torek sama bego dipelihara. Gue bilang GE GA NA bukan I GU A NA," jelas Boby gemas.
Sementara itu Geo malah menautkan alisnya, "Hah? Gegana?"
"Nahkan, begonya muncul. Gegana tuh gelisah galau merana Geo sayang," ucap Boby berusaha sabar.
"Bukan guenya yang bego, lo nya aja yang terlalu lihai cari bahasa alay gitu," timpal Geo yang dibalas tatapan malas Boby.
Tidak mau terus dalam topik aneh itu, Boby langsung kembali ke topik utamanya.
"Gimana tadi siang? Kalian ngapain aja? Kok mata si Kia rada sembab?"
Geo menghela nafas, "Gue juga gatau. Sekarang tuh posisinya serba salah."
"Maksudnya?" Boby bingung.
"Gue sayang Kia, tapi Kia sayangnya sama Gibran. Disaat gue mulai bantu Kia sama Gibran, Kianya gamau dan malah merasa bersalah sama gue. Gue harus gimana?" Ucap Geo.
Boby terdiam dan menepuk-nepuk pundak Geo berusaha menenangkan. Kali ini, Boby juga tidak tau harus bagaimana. Hubungannya terlalu rumit.
Gue yakin, Ge. Suatu saat, lo pasti sama Kia. Entah kenapa feeling gue dariawal kayak gitu, meskipun gue gatau gimana caranya.
●●
"Feb, gue harus apa dong? Gue bingung sendiri jadinya."
"Ya lo maunya gimana, Ki? Gini ya, lo tuh ngerasa gaenak sama Geo apa lo takut ortu lo marah kalo lo sama Gibran? Simplenya, kalo lo ngerasa gaenak sama Geo itu artinya lo mulai ada rasa sama dia. Sedangkan kalo lo cuman takut sama ortu lo, artinya lo emang suka sama Gibran dan Geo bukan apa-apa."
Kia terdiam. Sudah satu jam lebih dia bicara dengan Febi di telfon dan membahas hal yang sama.
Gimana perasaan gue? Gue harus gimana? Apa gue suka Gibran? Pasti. Tapi, apa gue juga...mulai suka Geo?
"Eh mba, jawab dong. Gue udah bicara panjang kali lebar kali tinggi. Cuman di diemin doang."
"Ha-hah? I-itu gue juga gatau, Feb. Perasaan gue...gue gatau."
Febi menghela nafas dan Kia dapat mendengar itu.
"Gue rasa lo mulai suka Geo. Ini jelas. Kalo lo gasuka dia, lo bakal lantang bilang kalo lo ga mungkin suka sama Geo. Tapi? Lo bahkan bilang gatau. Artinya lo labil, antara dua pilihan."
Dan setelah mendengar ucapan Febi, Kia sadar...perhatian Geo, sikap Geo, perlakuan Geo...perlahan membuatnya merasakan hal lebih.
●●
"Sab? Lo udah lama?" Ucap seorang pria sambil duduk didepan seorang gadis berwajah manis itu.
Gibran dan Sabrina.
Sabrina menegadahkan kepalanya, "Engga kok."
"Ohh syukur deh. Ehiya, ada apa? Lo bilang ada hal penting?" Tanya Gibran langsung.
Sabrina tersenyum kecut, "Gue mau pindah...ke aussie."
Gibran terdiam. Sabrina melanjutkan ucapannya, "Nyokap gue sakit dan bokap gue harus kerja di aussie. Mau gamau gue harus ikut. Gue gatau harus bilang ini kesiapa...gue rasa lo perlu tau karena akhir-akhir ini lo paling deket sama gue."
"Lo--lo serius?" Tanya Gibran masih tidak percaya.
"Kapan lo pindah?" Lanjutnya.
Sabrina tersenyum kecut, "Bulan depan."
"Secepet itu?" Tanya Gibran lagi.
Sabria mengangguk, "Gaada gunanya gue disini. Gue pikir dengan pergi jauh, gue bisa lupa semuanya. Gaada alesan gue buat tetep disini.Geo udah ga sama gue. Gue--"
"Apa gue gabisa jadi alesan lo buat tetep disini?"
●●
Kok dia ga ngehubungin gue lagi? Dia udah baik-baik aja kali ya? Dia udah bisa lupain gue kali ya? Kok gue sedih sih? Ini kan yang gue mau? Harusnya gue seneng dong? Bukannya kemarin gue juga yang nge line dia supaya jauh? Kenapa gue yang nyesel?
Kia tersenyum miris sambil menatap layar ponselnya. Ia terus memandangi layar ponselnya dan membaca chatnya bersama Gibran kemarin.
-Flashback on-
Kia merebahkan dirinya dikasur. Hari ini sangat membuatnya lelah.
Drrtt..drrtt..
Kia segera merogoh ponselnya. Betapa terkejutnya dia saat melihat sebuah LINE masuk dari...Gibran.
Gibran : kok ga dibales?
Kia mengernyitkan dahinya bingung. Memang kapan dia mengirimkan pesan pada Gibran?
Kia segera membua room chatnya dengan Gibran. Dan betapa terkejutnya dia saat melihat kalau ternyata dia yang memulai percakapan duluan.
12.05
Kia : hai Gib, apa kabar?
Gibran : kia? Gue kira lo gaakan ngehubungin gue lagi hehe, tapi syukurlah kalo lo ngehubungin gue. Ohiya, gue baik-baik aja kok. Lo gimana?17.49
Gibran : kok ga dibales?Kia meneguk ludahnya susah payah. Dia tidak tau harus balas apa. Tapi mau tidak mau, dia harus membalasnya.
Kia : eh gue baik-baik aja
Gibran : syukur deh.
Kia diam. Tidak berniat membalas pesan itu. Tapi seketika rasa bersalah membuatnya resah. Dia bingung, dia masih menyimpan rasa tapi dia harus tetap menjauh.
Hanya menjauh satu-satunya cara untuk menjaga perasaan semuanya. Perasaan Gibran, Sabrina, orang tuanya, dan bahkan ... Geo.
Kia : Gib, sorry. Gue mau kita gausah berhubungan dulu. Ini yang terbaik buat gue ataupun lo. Jujur, bukan gue yang ngeline lo tadi siang. Kayaknya ada yang ngejailin gue. Sorry sekali lagi, tapi gue mohon sama lo, kita gausah berhubungan dulu.
-Flashback off-
"Emang ga seharusnya gue ngarepin yang ga mungkin bisa gue dapetin. Gue harus sadar sekarang juga dan kejar apa yang ada di depan mata."
-Tbc-
A/N : gimana? Kia udah mulai merelakan😋. Kecepetan? Bertele-tele? Sorry ya, jujur gue aja bingung😂next gue usahain lebih baik!
Thanks
KAMU SEDANG MEMBACA
The Secret [Slow Update]
Teen FictionBegitu sampai di depan rumah Kia. Geo langsung menahan Kia, itu membuat Kia terdiam dan menautkan alisnya heran. "Karena gue punya kartu as lo, dan lo punya kartu as gue. Jadi, kita buat perjanjian, "Jangan pernah bilang ini sama siapapun. Jangan bi...