Guru BK

3K 204 1
                                    

Gibran : Pulang sekolah aku jemput ya. Di cafe biasa.

Kia tersenyum melihat sebuah pesan singkat dari Gibran. Febi-teman Kia hanya menggelengkan kepalanya.

"Siapa? Gibran lagi?" Ucap Febi.

Kia hanya menyengir dan mengangguk senang.

"Kayaknya kesemsem banget ya lo sama Gibran, kayak baru pertama kali pacaran," timpal Febi yang hanya ditanggapi sikap masa bodoh Kia.

Kia hanya terus berjalan sambil asyik membalas pesan-pesan Gibran. Sampai ia menubruk seorang dengan badan tinggi itu.

"Lo lagi, lo lagi," ucap Kia dan orang itu bersamaan, Geo.

Febi menggelengkan kepalanya, "Jodoh pasti bertemu ya."

●●

"Lo Sabrina kan?" Ucap seorang pria.

Suasana meja gadis itu yang awalnya ramai mendadak henjng. Gadis itu terdiam menatap pria yang baru saja memanggil namanya.

"I-iya," jawab gadis itu ragu, Sabrina.

Pria itu tersenyum lalu mengulurkan tangannya, "Gue Gibran. Lo inget gue?"

Iya, Pria itu Gibran, pacar Kia. Dan gadis itu Sabrina, pacar Geo.

Sabrina terlihat berpikir, sampai akhirnya matanya membulat kala ia berhasil mengingat siapa Gibran.

"Lo pacarnya Kia kan? Yang sahabatnya Geo?" Tanya Sabrina.

Gibran tersenyum, "Iya."

Sabrina ikut tersenyum. Seperdetik kemudian keadaan hening. Geo tidak bicara dan Sabrina juga tidak. Sampai sebuah suara terdengar dari mulut salah satu teman Sabrina.

"Kayaknya kita ke kelas duluan deh, Bye Sab,"

Sabrina menautkan alisnya bingung, sedangkan Gibran terlihat biasa saja. Begitu semua teman Sabrina pergi, dengan sigap Gibran duduk dihadapan Sabrina.

"Karena pacar gue sahabat dari pacar lo. Kita bisa sama-sama jadi informan kan? So, gue harap kita bisa lebih deket hehe," ucap Gibran to the point dengan senyuman mautnya.

Sabrina hanya mengangguk, dalam hatinya ia masih merasa aneh. Pikirannya terasa berpikir keras mencerna perkataan Gibran.

Lo mau kita saling pantau pacar satu sama lain? Dalam arti lain, lo mau gue ngejaga Geo biar ga terlalu deket sama Kia kan?

●●

"Kia, lo dipanggil sama bu Hana," ucap Febi begitu duduk disamping Kia.

Sekarang masih jam istirahat, tadi begitu Kia menabrak Geo. Ia segera menuju kelasnya, rasa laparnya hilang dan berganti dengan rasa kesal.

"Hah? Ngapain?" Tanyanya bingung. Febi hanya mengangkat bahunya, ia sendiri tidak tau ada apa.

"Udah buruan ke ruang guru, daripada di marahin," ucap Febi.

Kia merasa penasaran, batinnya bertanya-tanya ada apa, ia merasa tidak berbuat hal yang salah sampai guru BK nya harus memanggilnya.

Kia berlalu dan berjalan menuju ruang BK. Langkahnya berhenti begitu tangannya ditahan seseorang. Ia memutar bola matanya malas begitu melihat siapa orang itu.

"Mau kemana?" Tanya Geo tidak melepas cengkramannya. Iya, orang tadi Geo.

"Bukan urusan lo," timpal Kia sambil melepaskan tangannya dari Geo.

Geo mendecih melihat Kia berlalu begitu saja dan mengabaikannya.

Cewek aneh.

Di tempat lain, Kia sedang mengatur ritme jantungnya. Ia takut kalau seandainya ia akan dimarahi. Pasalnya, bu Hana bukanlah guru bk yang manis-manis. Ia terkenal galak dan serius. Entah kenapa bisa menjadi guru bk.

"Kamu mau diam disitu saja, Kia?"

Suara itu membuat Kia termenung. Insting bu Hana terlalu kuat. Bahkan Kia yang baru saja sampai di depan pintu dapat ia kenali.

Pelan-pelan Kia membuka pintu ruang BK. Bu Hana tengah terduduk di mejanya dan tersenyum ke arah Kia.

Kia segera duduk didepan Bu Hana. Bu Hana menunjukkan senyumnya yang bahkan baru Kia lihat sekarang.

"Kia, boleh ibu tanya sesuatu?" Ucap Bu Hana lembut.

Kia sempat heran, namun sedetik kemudian ia tau, pasti ada maksud tertentu dari sikap lembut Bu Hana ini.

"Kemarin, Mamah kamu datang ke sini, kebetulan, Mamah Geo juga datang ... Ibu sempat heran kenapa orang tua kalian kenal dekat padahal ibu tau betul kalau kamu dan Geo itu seperti kucing dan tikus. Dan setelah ibu tanyakan, Mamah kamu dan Mamah Geo dengan kompak bilang bahwa kamu dan Geo ... dijodohkan. Apa itu benar?"

Kia tertohok. Sekarang sangat sulit baginya untuk menelan ludah. Jangan menelan ludah, bernafas pun rasanya sulit.

"Jawab ibu dengan jujur, Kia," ucap Bu Hana lembut tapi tajam.

Kia berpikir sejenak, kalau pun ia berbohong. Bu Hana jelas jelas akan mengetahuinya, karena yang bilang adalah Ibunya sendiri.

Dengan rasa ragu, Kia mengangguk. Bu Hana membulatkan matanya tidak percaya. Sementara itu, Kia merutuki dirinya yang menjawab hal itu dengan jujurnya.

Satu orang. Gapapa Kia, dengan satu orang tau rahasia lo, ga akan terjadi apa-apa. Tenang Kia. Tenang.

-Tbc-


The Secret [Slow Update]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang