A/N : Sorry buat yang ngerasa ini bertele-tele. Gue sendiri nganggapnya gitu hehe. Vomments tetap ditunggu, thanks!
●●
Jam menunjukkan pukul 12 siang. Jam dimana matahari benar-benar berada di atas kepala. Kia dan Gibran dengan santai duduk di salah satu bangku sambil memakan es krimnya.
Sementara itu, Sabrina dan Geo tengah sibuk mengantri sebuah wahana. Geo hanya diam tidak bersemangat, sedangkan Sabrina kelewat bersemangat.
"Ge! Gue ngoceh daritadi sampe berbuih ga lo gubris! Lo kenapa?" Ucap Sabrina tidak tahan.
Geo menatap sabrina, "Gapapa."
Sabrina hanya menarik nafas berat. Kenapa ia bisa sabar dengan perlakuan sekonyol ini?!
"Ge, kalo lo emang gamau jalan lo bisa nolak sekarang," ucap Sabrina merubah raut wajah semangatnya.
Geo terdiam, ia merasa tidak enak hati pada Sabrina. Tapi mau bagaimana lagi? Memang Geo sendiri tidak dalam mood yang baguskan?
"Engga, Sab. Gue kepanasan aja jadi gini," bohong Geo.
"Lo gajago bohong Geofardo," timpal Sabrina serius.
Sudah beberapa bulan berpacaran, Sabrina tau betul tentang Geo. Termasuk saat Geo berbohong, ia bisa tau itu.
"Gue tau lo banyak pikiran. Apa gabisa lo cerita ke gue? Seengganya itu bisa ngurangin beban lo."
Geo hanya menggeleng lalu tersenyum, "Gapapa. Gue cowok kuat kok."
Sabrina terkekeh mendengar ucapan Geo, "Lo tuh ya, aneh. Tadi murung banget, sekarang udah bisa aja lo bercanda."
Geo mengusap puncak kepala Sabrina dan tersenyum seolah ia memang baik-baik saja, "Bisa dong."
Sorry, gue bohong terus sama lo. Maaf. Bentar lagi, gue gaakan pernah ngebohongin lo lagi. Gue harap lo ngerti.
●●
"Akhirnya sampe juga jam makan malem," ucap Sabrina sembari mulai memakan makanan yang ia pesan tadi.
Kia, Gibran, dan Geo hanya tersenyum. Sabrina terlihat kikuk dan ia pun ikut diam.
Hening. Tidak ada suara dari mereka berempat.
"Ekhem." Geo berdeham.
Geo menaruh sendok makannya dan mulai terlihat serius. Ketiga orang lainnya memperhatikkan Geo heran.
"Ada yang harus kita selesaiin," ucap Geo.
"Lo marah ya sama gue? Yaudah ayo kita selesaiin sekarang juga. Gue ga--"
"Bukan. Bukan masalah kita berdua doang, Sab. Ini ... tentang kita berempat," jelas Geo.
Sabrina terlihat malu sekaligus terheran. Sedangkan Kia, yang sudah tau ke arah mana Geo bicara, ia hanya menunduk pasrah.
Ini? Sekarang waktunya? Kenapa cepet banget, Ge.
Gibran yang sedari tadi memperhatikkan wajah Geo, kini melirik pada Kia yang sudah menunduk pasrah. Ia mengambil nafas panjang, lalu bangkit dari duduknya.
Dan, kini semua perhatian pada Geo, pindah seketika pada Gibran.
Gibran memegang tangan Kia, "Ki, gue baru inget. Hari ini ortu pergi ke luar kota. Gue harus buru-buru pulang, jagain rumah sama si mbok."
Kia pun langsung bangun, "E-eee--"
"Iya udah sana pulang," potong Geo.
Kia, Gibran, dan Sabrina langsung menatapnya kaget. Sedangkan Geo memasang wajah dingin.
"Ga usah anggap gue mau ngomong ga usah," lanjut Geo dengan wajah jengkel.
"So-sor--"
"Bagus kalo gitu. Gue juga harus pergi. Maaf ya, Sab. Lain kali kita kayak gini lagi. Dan ... gue duluan ya, Bro." Gibran memotong ucapan Kia yang hendak meminta maaf.
Setelah berpamitan secara dingin tadi, Gibran dan Kia langsung berlalu keluar dari restauran tempat mereka makan.
"Ekhem," deham Gibran begitu sampai di dalam mobil.
"Sorry gue motong acara makan lo. Kita lanjutin di tempat lain, oke?" Lanjutnya sambil memasang sabuk pengaman.
Kia menautkan alisnya bingung, "Hah? Maksudnya? Bukannya lo ma--"
"Engga. Ortu gue di rumah kok," potong Gibran santai.
Kia masih heran dan tidak habis pikir. Lalu untuk apa Gibran melakukan hal ini?
"Gue tau, lo ga siap dengan apa yang bakal dibicarain Geo," jelas Gibran seolah membaca pikiran Kia.
Kia diam, hatinya mengatakan ada hal tidak beres yang diketahui oleh Gibran. Tapi pikirannya mengatakan kalau Gibran pasti tidak tau, kalau dia tau, seharusnya Kia dan Gibran sudah pisah sejak lama.
Hening.
Setelah perkataan Gibran tadi, keadaan hening. Tidak ada lagi yang angkat bicara.
Hanya sekitar 15 menit, Gibran berhasil menemukan tempat makan lain. Ia pun memarkirkan mobilnya.
Begitu mobilnya selesai parkir, Gibran langsung melirik ke arah gadis yang duduk disampingnya. Senyuman manis terukir di bibirnya.
Kia tertidur.
Gibran mengamati wajah gadis itu dengan seksama. Rambut panjang Kia, mata tajam Kia, bibirnya yang berwarna lembut dan wajah tidur polos Kia. Ia tersenyum, gadisnya ini mempunyai banyak hal untuk membuatnya terus menyukainya dan sulit merelakannya.
"Gue bodoh ga sih, Ki? Gue tau lo nutupin hal itu dari gue. Gue tau, tapi pura-pura seolah gue gatau apa apa. Susah buat pura-pura kayak gini, tapi lebih susah lagi kalo gue harus biarin lo sama Geo," Gibran bicara sendiri sambil menatap Kia yang masih tertidur pulas.
Ia pun memutuskan untuk turun dan membungkus makanannya untuk Kia. Tanpa berniat membangunkan Kia sedikit pun.
Begitu keluar mobil, setetes air mata jatuh dari mata Kia yang masih tertutup. Kia tidak tertidur. Ia mendengar semuanya.
-Tbc-
KAMU SEDANG MEMBACA
The Secret [Slow Update]
Ficção AdolescenteBegitu sampai di depan rumah Kia. Geo langsung menahan Kia, itu membuat Kia terdiam dan menautkan alisnya heran. "Karena gue punya kartu as lo, dan lo punya kartu as gue. Jadi, kita buat perjanjian, "Jangan pernah bilang ini sama siapapun. Jangan bi...