A/N : hoy! Suka ga sih sama alur ceritanya? Makin sini votenya makin dikit😂 gapapalah gue usahain tamat ga ngegantung. But, tolong sider lebih baik lagi ya, ngehargain usaha orang gaada ruginya kok. Please banget muncul, nulis ga semudah yang kalian bayangin. Kalo seandainya mau kasih kritikan atau saran? Lehuga kok
Enjoy! thx💜
●●
"Kia, Geo udah jemput tuh."
Kia segera membereskan barangnya dan berlari menuju ruang tamu. Geo terlihat santai seperti biasanya di depan Kiran.
"Kamu nih kebiasaan suka lama,"
Kia hanya terkekeh lalu segera menarik Geo, "Kia berangkat, Mah."
Tidak mau lama-lama memegang tangan Geo, Kia segera menghempaskannya.
"Biasa dong," keluh Geo sambil memakai helm dan menyalakan motornya.
Kia segera memakai helm. Tanpa menunggu lama, Kia dan Geo sudah menghilang dari hadapan Kiran.
Di perjalanan semuanya terasa canggung. Terutama Kia. Dia tidak bisa menutupi rasa malunya kala mengingat kemarin dia menangis alay di depan Geo.
"Biasa aja kali. Gue ga akan bahas yang kemarin kok," celetuk Geo seolah membaca pikiran Kia.
Nih orang peramal, pembaca pikiran, pesulap atau apa sih?
"Apaan? Gue ga ngerti," timpal Kia bohong.
Geo terkekeh, "Gue ga sebodo yang lo kira, Kiara Adelia."
"Gausah sebut nama panjang gue. Geli tau ga."
"Terserah lo."
Terkadang Kia aneh. Mereka bisa akur dalam waktu singkat. Dan kemudian mereka bisa ribut seperti biasanya.
Dan yang paling membuat Kia heran, Mana Geo yang sebenarnya? Geo yang selama ini selalu jadi teman disaat dia sedih? Atau Geo yang selalu beradu mulut dengannya seperti saat ini? Dan ... perasaan Geo, apa itu benar?
Terlalu banyak pertanyaan di otak Kia.
●●
"Sabrina dan Gibran kemarin ngobrol bareng di cafe. Dan gue denger, Gibran galauin lo gitu, kalian masih hubungan ga sih?" ucap Febi yang sedang asyik bergosip dengan Kia.
Sementara itu Kia terdiam mendengar omongan Febi.
Jadi? Maksudnya? Yang kemarin tuh?
"Apa kata lo? Galauin Kia?" Celetuk Geo yang entah datang darimana.
Febi menatap Geo jengkel, "Dasar tukang nguping."
"Jadi serius? Kemarin tuh si Gibran bukan lagi deketin Sabrina?" Lanjut Geo tidak peduli dengan wajah kesal Febi.
"Apa urusan lo sih? Kepo amat," timpal Febi.
"Apa susah lo sih? Tinggal jawab aja repot amat," ucap Geo membalikkan.
"Iya iya, puas lo?!" Kesal Febi.
Lalu Geo menatap Kia yang kini sedang menunduk malu, "Jadi bocah tengik ini nangis kejer-kejer cuman karena salah paham? Bahkan gue sampe diliatin orang kayak yang ngapain anak cewek tau ga?!"
Kia menatap Geo kesal, "Kok lo ember banget sih?! Itu kan privacy!"
"Ya lo juga sih! Lo tau? Pas lo sibuk ngelap ingus lo, gue selalu dapet tatapan aneh dari orang yang lewat!" Kesal Geo.
"Ya salah lo! Kenapa ga nyuruh gue diem? Kenapa biarin gue nangis di mobil? Kenapa ga bawa gue balik?"
"Ya kan lo sedih. Gue berusaha ngehibur lo, gimana sih?!"
"Ya buat apa lo hibur gue kalo ujungnya lo marahin gue?"
Begitu seterusnya. Kia dan Geo kembali beradu mulut. Febi dan Boby hanya bisa menghela nafas.
"Mereka balik kayak biasa."
●●
Kia gimana sekarang? Apa dia masih suka tidur malem? Apa dia masih suka minum kopi hitam? Gimana dia sekarang? Apa yang dia lakuin sekarang?
"Gibran! Kamu daritadi melamun terus. Keluar, berdiri di luar kelas sampai pelajaran selesai."
Gibran yang baru saja di tegur guru dengan berat hati berjalan keluar kelas.
Sebelum keluar kelas, ia sempat izin ke kamar mandi dan gurunya mengizinkannya.
Gibran berjalan menyusuri lorong sekolah yang sepi, mengingat ini masih jam pelajaran.
Drrtt..drrtt..
Getar ponselnya membuat Gibran terhenti. Ia tidak sadar kalau sedari tadi ponselnya ada disaku. Kalau begini ceritanya, dia tidak akan kesal dihukum.
Ia segera merogoh ponselnya dan begitu menatap layar ponselnya, Gibran tidak berkedip.
Kia?
Kia : Gib, apa kabar?
Ini bahkan belum seminggu, kenapa gue ngerasa udah lama ga berhubungan sama Kia?
"Kalo jalan tuh jangan sambil main hp," celetuk seseorang dihadapan Gibran.
Begitu melihat orang dihadapannya, Gibran tersenyum, "Eh? Hai, Sab."
Kenapa gue sering banget ketemu dia akhir-akhir ini?
●●
"Lo bego atau apa sih Ge? Mana mungkin dia percaya kalo lo ngirim pesennya kayak gitu. Lo sih, bego dipelihara," kesal Boby.
Geo mengacak rambutnya frustasi, "Ya gue gatau harus bilang apa. Kata lo bebas, eh gue udah kirim, lo malah ngamuk. Pake ngatain gue segala."
"EH WOY, PAK BUDI NYURUH NGERANGKUM HAL 213-268. DIKUMPULIN HARI INI."
Teriakkan itu membuat seisi kelas terdiam. Teriakkan Zaky--ketua kelas--membuat semuanya segera membuka buku dan menulis tugas. Mengingat Zaky KM yang galaknya keterlaluan dan Pak Budi yang terkenal guru terkiller.
"Jadi sekarang gimana? Buruan, keburu Kia sama Febi balik terus nyadar hpnya hilang," Geo frustasi.
Boby terlihat diam berpikir sejenak, "Balikin aja hpnya, Ge. Biar lo cukup mengawali dan Kia yang lanjutin."
"Maksud lo?"
"Ya lo cukup mengawali, lo gabisa lah pura-pura jadi Kia. Emangnya lo mau kelibat dalem masalah yang tambah ribet? Tujuan lo di sini kan buat Kia sama Gibran mulai dari awal. Biar mereka aja yang jalanin."
Geo mencerna semua perkataan Boby.
Bener juga. Gue gabisa pura-pura jadi Kia seterusnya. Gue cukup mengawali dan seterusnya biar mereka yang jalanin. Gue harap apa yang gue lakuin ga salah.
-Tbc-
KAMU SEDANG MEMBACA
The Secret [Slow Update]
Teen FictionBegitu sampai di depan rumah Kia. Geo langsung menahan Kia, itu membuat Kia terdiam dan menautkan alisnya heran. "Karena gue punya kartu as lo, dan lo punya kartu as gue. Jadi, kita buat perjanjian, "Jangan pernah bilang ini sama siapapun. Jangan bi...