A/N : hai! Gue mau kasih tau sesuatu, gue bikin beberapa chapter flashback. Buat ngejelasin sesuatu dari pernyataan Kia dichapter sebelumnya.
Chapter yang gue kasih tanda [Fb] itu berarti chapter yang flashback ya *sebelum pertunangan Gibran dan Sabrina*. Mungkin bakal gue bagi kebeberapa chapter.
Hope your like it ya! Sorry late update.
Thanks and enjoy❤●●
1 bulan yang lalu...
Kia kini menatap jalanan diluar lewat kaca besar yang ada disampingnya. Ia tengah duduk sambil menyesap kopi panasnya.
Sesekali ia melirik ponselnya. Berharap seseorang yang ia tunggu menghubunginya. Geo.
Pasalnya, hari ini Geo sudah janji mengajaknya membeli pakaian untuk ke acara pertunangan Gibran dan Sabrina. Dan Geo sudah menjanjikannya untuk menunggu di cafe depan kampus Kia.
Ohiya, Kia dan Geo tidak satu universitas. Geo satu universitas dengan Boby dan Febi. Sementara Kia satu universitas dengan Sabrina. Dan Gibran? Ia diuniversitas yang berbeda pula.
Kia terus melirik jam tangan dan ponselnya bergantian. Ini sudah 2 jam ia menunggu Geo.
Dia lupa? Tapi kan dia yang bilang lusa kemarin.
Ah. Lusa kemarin. Mana mungkin dia inget?
Kia pun segera mengambil ponselnya dan mengetik sebuah pesan untuk Geo. Belum sempat mengirim, Geo sudah lebih dulu mengirimnya pesan.
Geo : Kia, lo dimana? Kata tante Kiran lo belum balik? Bukannya kelas lo udah beres ya? Lo dimana? Mau gue jemput?
Hm. Dia lupa. Gue udah ngira kok.
Kia : dijln. Gausah jemput he
Kia pun segera memasukan ponselnya tanpa berniat melihat balasan Geo. Ia meninggalkan cafe itu dengan wajah yang ditekuk.
●●
"Kenapa? Muram banget mas," celetuk Boby yang asyik dengan komputer Geo.
Geo yang masih bingung menatap layar ponselnya hanya menggeleng bingung.
"Kia?" Tebak Boby yang di timpali Geo dengan dehaman.
"Kenapa dia?"
"Gue juga ga ngerti. Tiba-tiba dingin."
"Ah lo kan bego, mana mungkin peka ya. Coba pinjem hp lo."
Boby pun merebut ponsel Geo dan membaca isi chat LINE Geo dan Kia. Boby membaca pesan terakhir yang Kia kirim.
Terlihat jelas, Kia marah.
"Lo ga habis ribut sama dia?" Tanya Boby.
Geo menggeleng, "Engga. Terakhir ribut lusa kemarin. Terus kita baikkan gara-gara gue janji--Ah! Gue tau kenapa dia marah!"
"Makannya jangan suka banyak janji. Cowo bullshit macem lo sosoan bikin janji cih," ledek Boby.
Geo mendengus kasar dan memukul kepala Boby, "Ngaca bego."
"Yaudah gue mau kerumah Kia dulu, entar matiin komputernya kalo udah beres! Jangan jorok! Ini wilayah gue," jelas Geo sambil memakai jaketnya dan berjalan keluar kamar.
"Siap, den," timpal Boby.
●●
Jam menunjukkan pukul 6 sore. Kia sudah sampai dirumah sejak jam setengah 5 sore. Ia terus diam dikamar dan menidurkan badannya di atas ranjang. Tidak ada energi sama sekali untuk sekedar mandi. Mood buruknya bahkan membuat ia malas untuk berganti baju.
Drt...drt...
Sebuah LINE masuk. Kia segera mengambil ponselnya.
Febi : lo mau cerita apa? Sbb ya gue baru balik. Hp gue lowbat tadi
Iya. Tadi kia memang mengirim LINE pada Febi, ia benar-benar ingin menceritakkan kekesalannya pada Geo akhir-akhir ini. Entah kenapa akhir-akhir ini Geo selalu membuatnya marah. Walaupun ia tak pernah menunjukkannya didepan Geo langsung.
Kia : gue fc aja ya
Kia pun menelfon Febi. Tidak perlu waktu lama, Febi sudah mengangkatnya.
"Kenapa ki? Masalah Kia?"
"Yeh si mba. Gaada basa basinya. Langsung aja nyamber."
"Hehe habis gue kepo. Lo bete banget kayaknya."
"Bukan kyaknya lagi. Emang iya. Pake banget!"
"Utayang tayang."
"Jijik najis."
"Galak ih. Udah buruan cerita ah. Si geo kenapa?"
"Gini...akhir-akhir ini...Geo berubah. Maksud gue tuh kayak dia tuh lebih dingin, cuek, gaada waktu buat gue. Ya gue ngerti sih dia sibuk, gue ngerti dia udah bukan anak sma kayak dulu yang bisa nakal atau bolos kapan aja, ya tapi kan, apa segitu gaada waktunya buat gue? Gue ajak ketemuan, dia bilang gabisa. Alesannya juga sama sama aja, sibuk tugaslah, harus revisi inilah itulah, sampe gue enek dengernya. Kalo pun ketemuan, cuman makan, ngobrol dikit, terus kebanyakan dia fokus ke hp nya. Kadang gue ngerasa kayak ga dianggap. Dan yang paling bikin gue nyesek, dia bahkan lupa sama janjinya. Janji buat nemenin gue jalan hari ini. Janji buat ketemuan dicafe depan kampus gue, lo tau? Gue udah nunggu 2 jam. Dan dia ngeline gue terus nanya kenapa gue belum balik. Berarti dia lupa kan? Gue muak. Muak banget. Kadang gue pengen marah, tapi gue juga pengen nangis."
"Kia...gue mau jujur sesuatu...ta-tapi gimana ya..."
Demi apapun, mendengar cerita Kia, Febi benar benar geram pada Geo. Pasalnya, dugaannya selama ini seolah benar.
"Tapi? Ada apa emangnya? Ada sesuatu dikampus?"
"Engga deh gajadi. Gaada apa apa kok."
"Eh? Serius. Lo udah buat gue penasaran, lo harus jujur sama gue."
"Ta-tapi ki--"
"Gue gapapa kok."
Febi tau. Cepat atau lambat Kia akan tau. Lebih baik Kia tau sekarang daripada nanti dia akan lebih sakit lagi.
"Ada satu cewe yang lagi deket banget sama Geo. Gue gatau hubungan mereka apa. Setau gue cewe itu emang ngincer Geo, dan akhir akhir ini mereka sering makan siang bareng. Gue ga maksud buat lo sedih, gue cuman mau lo tau yang sebenernya. Gue gamau lo sakit hati nantinya."
Dari kalimat yang ia dengar. Kia dapat menyimpulkan sesuatu, 'Geo sedang dekat dengan wanita lain'. Dan saat itu juga, wajah Kia berubah.
Emosi yang tadi ia tahan kini keluar. Air mata yang selama ini ia tahan kini keluar. Patah hati yang ia kira tak akan terjadi saat bersama Geo? Kini terjadi.
Geo ga kayak cowo lain kan? Gue mohon...siapapun jawab iya sekarang juga.
-Tbc-
KAMU SEDANG MEMBACA
The Secret [Slow Update]
Dla nastolatkówBegitu sampai di depan rumah Kia. Geo langsung menahan Kia, itu membuat Kia terdiam dan menautkan alisnya heran. "Karena gue punya kartu as lo, dan lo punya kartu as gue. Jadi, kita buat perjanjian, "Jangan pernah bilang ini sama siapapun. Jangan bi...