Jujur

3K 196 1
                                    

Kia melangkah bingung menuju kelasnya. Ia tidak tau apa yang harus diperbuatnya. Ia merutuki perkataannya sendiri.

Kok gue ngaku segala sih?

Ia terus melangkah kesal sampai sebuah tangan menepuk pundaknya, ya lebih tepatnya memukul.

"Ih sakit!" Rutuk Kia.

Ia membalikkan badannya dan menatap pria dengan tubuh tinggi menjulang menghadapnya.

Wajahnya berubah pucat dan canggung.

"Ge-geo?"

Pria tinggi itu, Geo.

Geo yang merasa heran dengan sikap Kia langsung paham. Pasti perempuan ini ada sesuatu pikir Geo.

"Gue tebak. Lo habis lakuin kesalahan kan?" Tebak Geo yang dihadiahi pelototan mata Kia.

Kia menggeleng cepat. Pasalnya ia takut kalau Geo tau bahwa ia sudah bilang tentang perjodohan mereka pada Bu Hana, guru BK mereka.

"Bohong, gugup amat," ucap Geo membuat Kia tersudut. Kia memang typical orang yang kelihatan sangat gugup ketika berbohong, dan Geo hafal betul itu.

Gimana nih? Kalo pun gue ngomong, dia bakal marah besar. Tapi kalo gue bohong, dia ga bisa ketipu. Mampus dah.

"Heh, jawab dong. Gue ga ngomong sama tembokkan?," ucap Geo geram.

Kia mengerjap dan menatap Geo takut. Ia berusaha berlalu dari Geo. Tapi hasilnya? Nihil.

Kia ke kanan, Geo juga. Kia ke kiri, Geo juga. Saat Kia memutar arah, Geo dengan senang hati mengikutinya.

"Stop!" Bentak Kia.

Geo menautkan alisnya, ia hanya ingin tau alasan Kia segugup itu, apa susahnya Kia bicara jujur? Dan kenapa sekarang harus dia yang dimarahi oleh Kia?

"Kok lo yang marah? Gue yang cape ngikutin, gue yang care, gue juga yang dimarahin. Lo tuh maunya apa sih? Susah banget ditebak," ucap Geo ikut geram.

Kia menghela nafas berat, "Mau gue? Lo musnah dari hidup gue. Udah itu aja."

Geo mendecih, "Ck, apasih? Ga jelas."

Kia menggeram dan kembali melanjutkan langkahnya. Tapi, tangan besar Geo berhasil menahannya dan membuat Kia berbalik badan terpaksa.

"Jawab gue, sebenernya lo nyembunyiin apa? Lo mau kartu as lo gue bongkar? Ke nyokap sama bokap lo?" Ancam Geo licik.

Kia memutar bola matanya malas, "Heh, inget ya, gue juga punya kartu as lo."

Geo menghela nafas berat, cengkramannya ia lepaskan dan matanya menatap Kia tajam.

"Kiara Adelia. Dengerin ya, gue cuman berusaha jadi temen curhat lo, ya seengganya gue gamau kita musuhan terus. Gue cuman nanya lo kenapa, tapi lo resenya gaada dua. Mau lo apa sih?!"

"Gue udah bilang. Gue mau lo musnah dari hidup gue. Titik!" Timpal Kia polos.

Geo mengacak rambutnya frustasi, ia geram dengan sikap menyebalkan Kia.

"Argh! Gini ya, gue tau tadi lo dipanggil bu Hana kan? Lo ditanya apa? Soalnya, gue liat muka lo pucet banget begitu keluar dari ruang BK. Lo pasti ditanya sesuatu kan? Tapi gue yakin, bukan tentang nilai atau sikap lo di sekolah, ya ... karena gue akui lo itu murid disiplin. Jadi, gue tebak, masalah pribadi kan? Apaan?

"Apa jangan-jangan ... ada hubungannya sama gue?"

Kia menelan ludahnya dengan susah payah. Wajahnya pias, tidak tau harus bagaimana sekarang. Ia menatap kedua mata tajam Geo.

"Lo diem? Muka lo tambah pucet, berarti tebakkan gue benerkan? Bilang ke gue, ada apa? Ini menyangkut gue juga, Kia." Pinta Geo dengan wajah memelas.

Kia menghela nafas, "Tapi ... janji jangan marah ya?"

Geo mengacungkan jari kelingkingnya, sedangkan Kia menautkan alisnya bingung.

"Ih, janji kelingking, Kiara!" Gerutu Geo.

Kia tertawa kecil, tidak percaya kalau seorang Geo masih suka berjanji seperti itu. Ia pun menautkan kelingkingkan dengan kelingking Geo.

Geo tersenyum begitupun Kia. Kia menghela nafas panjang sebelum menjelaskan semuanya.

"Bu Hana bilang ... kemarin nyokap lo sama nyokap gue kesini, dan mereka deket banget. Bu Hana bingung karena setau Bu Hana, gue sama lo tuh musuhan. Akhirnya, Bu Hana nanya ke nyokap lo sama nyokap gue, dan hebatnya, mereka bilang secara kompak kalo kita dijodohin ... tamat," jelas Kia.

Geo membulatkan matanya, ia terkejut mendengar hal itu. Secara tidak langsung, Bu Hana sudah mengetahui perjodohannya dengan Kia itu.

Mampus gue Bu Hana tau. Kalo gini caranya, dalam waktu seminggu juga, satu sekolah bisa tau kalo gue dijodohin.

"Terus? Gimana? Lo ditanya apa? Lo jawab apa? Lo gabilang hal aneh-aneh kan?" Tanya Geo panik.

Kia mulai menunduk, "Terus Bu Hana nanya itu bener atau engga, ya udah gue jawab ... gue jawab ... gue ja--"

"Buruan, Kia!" Potong Geo kesal.

"YA GUE JAWAB IYA! Toh gue gatau jawab apa. Lagian, ortu kita yang bilang. Sekalipun ngebohong, Bu Hana bakal tau," jelas Kia dengan wajah memerah.

Geo menghela nafas berat, mengacak rambutnya frustasi.

"Kia, lo tuh pinter banget. Tapi kenapa ngebohong bilang 'engga' doang, susahnya minta ampun! Kalo gini caranya, satu sekolah bakal tau cepat atau lambat," ucap Geo.

Kia menunduk, "Maaf."

Geo hanya menatapnya geram lalu berlalu.

Kia menatap Geo yang berlalu meninggalkannya. Ia menatap Geo jengkel.

Lah? Gue kan udah jujur. Kok malah dimarahin sih?!

-Tbc-

The Secret [Slow Update]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang