"Karena gue tau lo lagi deket sama seseorang, i'm not the only one, right?"
Perkataan Kia sukses membuat Geo terdiam. Baru saja semalam ia bercerita tentang anehnya Kia, dan kini iya merasakannya lagi.
"E-eh gimana kalo kita makan? Gue udah laper nih hehe. Daritadi gue nunggu acara dari jam 8, terus masa sekarang gue ga makan makan," ucap Boby berusaha mencairkan suasana.
Febi juga tertawa canggung, "Hehe bener juga, daripada ngomongin pertunangan, mending makan. Ya ga Ki?"
Kia masih diam, perkataan itu meluncur begitu saja dari mulutnya. Padahal ia berniat untuk menyudahi rasa sakitnya itu. Ia bahkan bisa bersikap manis sebelumnya pada Geo saat dimobil.
Febi hendak meraih tangan Kia yang masih diam mematung, namun ia didahului seseorang.
"Ki, kita mesti ngomong," ucap Geo sambil membawa Kia ketempat yang lebih sepi.
Begitu mereka pergi, Sabrina dan Gibran yang benar-benar tidak paham lantas menatap Febi dan Boby tajam. Seolah berkata agar mereka menceritakan semuanya.
●●
Disebuah bangku taman dihalaman belakang tempat Gibran dan Sabrina bertunangan, Geo menatap Kia tajam. Kia hanya mampu menunduk saat ditatap seperti itu.
"Kia," Geo memulai percakapan.
Kia tidak menjawab. Bahkan tidak bergerak.
Geo menghela nafas, ia pun berdiri menghadap Kia yang masih menunduk. Ia membungkuk dan memegang kedua pundak Kia.
"Angkat wajah lo sekarang," pinta Geo pelan.
Kia perlahan mengangkat wajahnya. Matanya membulat saat sadar jarak antara wajahnya dan wajah Geo sangatlah dekat. Mungkin satu jengkal atau kurang.
"Lo kenapa? Gue salah apa?" Lanjut Geo dengan wajah bingung.
Kia masih diam menatap dua bola mata Geo yang bulat. Dari sana Kia bisa melihat kekhawatiran Geo.
"Kia, jawab jujur, apa gue udah nyakitin lo? Kalo iya, apa? Kasih tau gue, gue bakal minta maaf gimana pun caranya. Gue gasuka liat lo yang kayak akhir akhir ini," ucap Geo khawatir dengan sikap Kia akhir-akhir ini.
Kia masih diam. Matanya mulai berkaca-kaca. Rasa sesaknya tiba-tiba datang.
"Apa semua ini gara-gara seseorang? Apa semua ini...ada hubungannya...sama Clara?" Lanjut Geo.
Tidak ada jawaban.
Hanya ada air yang kini mengenai pipi Kia. Hanya ada rasa sakit kini di hati Kia.
Bahkan mendengar namanya saja sukses membuat Kia mengakhiri senyum palsunya hari ini.
"Gue gamau kehilangan lo, Ge," Kia hanya mengucapkan itu dan langsung memeluk Geo yang masih kebingungan dihadapannya.
●●
Jam sudah menunujukkan pukul 8 malam. Kini mobil Geo sudah berhenti didepan rumah Kia. Geo menatap Kia yang kini sedang tertidur dikursi sebelahnya.
Ia menatap Kia lekat.
Gadis polos yang ia kira tidak akan mudah cemburu, ternyata sudah berbeda. Sekarang ia tahu, kalau Kia benar-benar tidak mau kehilangannya. Ia tidak sepenuhnya menyalahkan keadaan kemarin-kemarin.
Ya, setidaknya ia jadi tahu bagaimana Clara sebenarnya. Ia juga jadi tahu kalau Kia sangat menyayanginya. Sangat.
"Udah liatin guenya?" ucapan Kia yang tiba-tiba itu membuat Geo sedikit terkejut.
Kia kemudian membuka matanya dan melihat Geo yang masih menatapnya diam.
"Gue pulang ya, makasih hari ini. Dan...sorry karena gue udah mikir yang engga-engga," ucap Kia sambil tersenyum kecut.
Geo tidak membalasnya dengan perkataan. Ia tiba-tiba mencium kening Kia. Entah kenapa, ia hanya merasa senang mendengar Kia sangat membutuhkannya.
"Gue gaakan bikin lo salah paham lagi."
●●
"Hai, Ge. Ada apa? Tumben malem gini lo nelfon."
"Besok ada waktu? Jam 9 gue tunggu di kafe deket kampus ya."
-Tbc-
A/N : makasi buat yang masih stay dan untuk sider muncul ya! Do'ain semoga ini cerita biar cepet beres EHEHE.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Secret [Slow Update]
Teen FictionBegitu sampai di depan rumah Kia. Geo langsung menahan Kia, itu membuat Kia terdiam dan menautkan alisnya heran. "Karena gue punya kartu as lo, dan lo punya kartu as gue. Jadi, kita buat perjanjian, "Jangan pernah bilang ini sama siapapun. Jangan bi...