"Yailah tumben banget sih baperan. Btw udah ada yang nempel belum nih sekarang? Kan kamu terkenal di SMA Cendrawasih. Pasti adalah yang nyantol sama kamu dek." Tebak Kemal asal. Kinal hanya tersenyum kecut. Ya, memang ada yang menarik hatinya. Masalahya orang itu hanya sering membuatnya terluka berkali kali. Belum lagi sesama wanita sepertinya. Semoga Kemal gak tau ini, batin Kinal harap.
"Hm maybe belum kak. Aneh ya 2 tahun di sekolah ini belum ada yang nyantol satupun aneh ya gue kak." Celetuk Kinal asal. Ia mencari topik yang sebisa mungkin jangan berurusan dengan percintaan. Karena ia tidak ingin membahasnya sekarang.
"Masih normal kan tapi?" Kinal langsung tersedak saat Kemal mengatakan hal itu. Raut wajahnya berubah pucat pasi. Cewek tomboy itu mendadak panas dingin. Kenapa kak Kemal nebaknya kesitu sih aduh! Geram Kinal dalam hati.
"Enak aja kalau nanya gak dipikir. Masih lah kak masih normal kok. Cuma emang belum ada yang nyantol di hati. Masa iya bilang suka padahal gak suka. Kan aneh." Ujar Kinal asal dan panjang lebar. Kinal teringat kalau orang introvert biasanya cenderung bisa menebak pikiran orang. Kinal takut Kemal mengetahui orientasi lalu menjauhinya. Ia tidak mau kehilangan cowok yang sudah dianggap kakak sendiri ini.
"Iya gue bercanda sayang yaampun tegang banget. Btw gak masuk kelas? Demen banget kelayapan." Celetuk Kemal sedikit sarkastik. Kinal mendengus kesal karena celetukkan Kemal yang selalu tepat sasaran meskipun menyebalkan. Kemal dan Dito dimatanya sama sama menyebalkan ketika lagi menjahilinya atau Nadya. Namun lebih sering dirinyalah yang jadi korban keisengan kakak adik itu.
"Rese banget sih mulutnya kak. Nih kelasku lagi gak ada guru. Makanya aku kesini. Lagian males dikelas berisik." Curhat Kinal. Kemal melirik remeh "adik perempuannya" ini.
"Biang rusuh tapi gak betah rusuh. Aneh." Celetuk Kemal sarkastik lagi.
"Bebas deh terserah kakak." Kata Kinal ngambek. Kemal tidak tega menjahili Kinal kemudian mengelus puncak kepala Kinal sayang. Kinal tersentak kaget.
"Bercanda adikku sayang. Jangan marah lagi ya. Jelek tau." Ucap Kemal lembut sambil menatap dalam mata hazel Kinal. Mata hazel yang selalu membuat Kemal nyaman dan betaj menatap Kinal berkali kali. Kinal tau apa arti tatapan dalam mata Kemal. Namun ia merasa bersalah karena tak bisa membalas perasaannya. Kinal merasa Kemal menyukainya meskipun cowok itu tidak pernah jujur padanya. Ia bisa merasakan sikap Kemal yang kadang berlebihan sebagai "kakak". Lebih baik Kinal pura pura cuek dan acuh supaya tak ada yang terluka. Kinal akan mengutuk dirinya jika Kemal sampai terluka karenanya. Sementara itu, Veranda dan Jeje masih saling diam untuk memulai. Ve dengan ekspresi yang sulit diartikan. Jeje sebisa mungkin menormalkan kondisinya yang tegang karena menunggu ucapan Ve.
"Je...." panggil Ve dengan nada gantung. Perlahan Jeje menoleh ke arah sepupunya itu dengan degub jantung yang tak beraturan karena takut. Dia tak bisa menebak ekspresi Ve. Ia lebih baik menunggu apa yang dilontarkan Ve selanjutnya.
"Apa yang gue gatau tentang Kinal? Dia terasa asing buat gue. Sampe dia dugem dan minum tanpa sepengetahuan gue. Siapa.....temen dia......sekarang? Apa lo tau?" Veranda sebisa mungkin menahan amarahnya di depan Jeje. Ia kecewa karena Jeje tidak menyeretnya pergi dari tempat itu.
"Gue udah gak kenal Kinal yang sekarang Ve. Kalaupun dia cerita banyak hal itupum jarang tentang lo. Dan gue gak punya hak untuk nuntut dia jujur. Kecuali dia dengan sukarela cerita sama gue. Itupun kalau dia mau." Jeje merasa berdosa karena sudah membohongi Ve. Namun ia tidak ingin melihat Kinal terluka lebih jauh lagi karena ulah sepupunya sendiri. Maafin sepupu lo yang laknat ini Ve, batin Jeje bersalah.
"Lalu darimana dia kenal Athes?! Kenapa dia harus kenal bahkan temenan sama orang kayak dia hah?! Cukup gue yang hampir rusak gara gara kelakuan temen lo itu!" Ujar Veranda yang emosinya sudah meledak tiba tiba.

KAMU SEDANG MEMBACA
Apa Maumu?!
FanfictionAku harus bagaimana agar kamu mengerti? Agar kamu merasa kalau aku benar-benar menyayangimu dan mencintaimu. Ini bukan hanya soal cinta, tapi juga kepastian! Devi Kinal Putri Bisakah kamu mengerti apa mauku tanpa diminta? Kamu bisa meneliti aku tapi...