Semoga gak pada ilang feelnya ya. Maaf lama banget nunggunya :v
Veranda dengan telaten menyuapi Kinal. Dan Kinal dengan lahap menerima suapan Veranda. Menu ini adalah menu favoritnya dan Ve tau itu. Makanan favorit Kinal saat sakit.
"Kamu seriusan bilang bolos ke Beby?" Tanya Ve menyelidik karena ia tidak percaya Kinal senekat itu.
"Ya gak lah. Aku bilang aja gak enak badan. Dan emang bener kan?" Jawab Kinal apa adanya. Ve mengangguk paham mendengar jawaban Kinal. Mata Ve berubah sendu saat tangan Kinal masih memegang area bawahnya.
"Masih sakit?" Tanya Ve khawatir. Bagaimanapun ia cukup bersalah karena egonya dalam hal "itu".
"Udah gak kok. Buruan aku lapar." Kata Kinal tak sabaran karena ia tak ingin Veranda terus bertanya seperti pewawancara. Dan yang sekarang diinginkan Kinal adalah mengisi perutnya yang sudah kelaparan. Hanya saja yang masih ia "syukuri" adalah Veranda yang melakukan itu padanya.
"Iya gendut. Bawel banget sih kalau urusan perut." Jawab Ve pura pura kesal sambil menyuapi Kinal kembali. Momen momen seperti ini secara tidak langsung menghangatkan "persahabatan" mereka. Saat suapan terakhir, Kinal menahan sendok yang disodori Ve. Gadis primadona itu menatap heran.
"Kenapa?" Tanya Ve bingung.
"Gantian aku yang nyuapin kamu. Kasian kamu belum ngunyah." Ujar Kinal yang langsung membalikkan arah sendok menuju mulut Veranda yang direspon Veranda dengan ragu namun pasti. Ve tersenyum tipis akibat perhatian Kinal yang selalu membuatnya tersentuh.
"Gitu dong." Ujar Kinal yang direspon tawa kecil Veranda.
"Aku lagi bikin nasi goreng sebenarnya. Tapi makasih ya buat suapannya Nay." Ujar Ve tulus sambil mengelus pipi Kinal lembut.
"Iya sayang. Btw kalau aku gak sakit, aku mau nasi goreng juga." Rengek Kinal manja yang membuat Ve gregetan sekaligus gemas sendiri.
"Sembuh dong makanya. Dan sering main kesini." Ujar Ve yang direspon senyum tipis Kinal. Ucapan yang tidak bisa dijanjikan oleh Kinal. Kinal mendadak teringat sesuatu. Malam nanti ia jalan dengan Viny. Masalahnya, ia masih di apartemen Veranda dan belum tau kapan akan pulang. Haduh kok gue mendadak pikun sih, batin Kinal sambil menepuk jidatnya.
Beby, Shania, dan Jeje sedang diduk di sebuah lorong. Lorong yang dimana geng Veranda tak menjamah tempat itu. Biasanya, Shania selalu kucing kucingan dengan teman temannya jika ingin bertemu Jeje dan Beby. Dan sekarang pun ia melakukan lagi.
"Kinal bilang ke gue katanya sakit." Kata Beby spontan.
"Sakit?" Tanya Jeje dan Shania bersamaan.
"Dia bilang sih gitu. Meskipun gak yakin juga." Respon Beby acuh.
"Sakit karena Veranda kali Beb." Batin Shania. Gadis jangkung itu hanya tersenyum simpul saat pacarnya mengatakan Kinal sakit. Karena dia tau, Kinal nginep di tempat Veranda sama dengan mereka berdua bolos sekolah, 100% yakin. Jeje dan Beby berpandangan heran melihat Shania yang tersenyum misterius.
"Lo kesambet bu?" Tanya Jeje sambil menyentuh kening Shania dengan punggung tangannya.
"Eh buset dah. Ya gak lah. Cuma ngantuk doang." Jawab Shania asal yang membuat keduanya pura pura mengangguk. Karena jawaban Shania tidak meyakinkan.
"Percaya dah." Ucap Beby spontan yang membuat Shania serba salah.
"Temen temen lo gak bakal lewat sini kan?" Tanya Jeje memastikan.
"Gak kok mereka gabakal kesini. Mereka mainannya cuma kelas, kantin, perpus, udah gitu doang." Jawab Shania jujur. Jeje dan Beby mengangguk paham.
Drdrddrdrdt

KAMU SEDANG MEMBACA
Apa Maumu?!
FanfictionAku harus bagaimana agar kamu mengerti? Agar kamu merasa kalau aku benar-benar menyayangimu dan mencintaimu. Ini bukan hanya soal cinta, tapi juga kepastian! Devi Kinal Putri Bisakah kamu mengerti apa mauku tanpa diminta? Kamu bisa meneliti aku tapi...