Part 37

9.2K 529 228
                                    


Mereka berempat pergi kerumah sakit dalam keadaan pikiran berbeda beda. Beberapa kali Athes dan Jeje saling melirik satu sama lain. Dari tatapan tersebut, mereka seperti satu pemikiran. Tentang hal yang mereka harap semoga salah.

"Beb." Panggil Jeje pelan.

"Ya Je?" sahut Beby sambil fokus menyetir.

"Apa lo yakin soal kecelakaan ini?" tanya Jeje yang membuat Shania menoleh kebelakang dengan raut marah. Segila apapun Veranda, Shania lebih marah kepada Jeje karena segitu nethinknya kepada sepupunya sendiri.

"PLEASE DEH JE! GUE TAU VE KELEWATAN SAMA KINAL. TAPI GAK GINI JUGA STATEMENT LO!" amuk Shania yang membuat Jeje tersenyum sinis. Beby dan Athes hanya menahan nafas mendengar keributan mereka.

"Nju udah." Tegur Beby dengan mengusap tangan Shania.

"GABISA GITU BEB! APA LO RELA SEANDAINYA KINAL DIFITNAH KAYAK GITU?!" tanya Shania emosi lagi. Sejujurnya Beby paham maksud Jeje. Namun ia menyesali Jeje yang terlalu frontal mengungkapkan kecurigaannya.

"Shan, bukan gue ngebela Jeje. Tapi sorry to say, lo sahabat dia juga kan? Pasti kan lo tau gelagat dia dalam hal apapun. Kecelakaan Ve emang bener adanya. Tapi motifnya? Gue sih berharap semoga dia murni kecelakaan karena kelalaian. She's dominan Shan. Lo udah pernah ngerasain gondok saat hubungan lo sama Beby dijadiin ancaman kan? Coba pikir baik baik Shan." Kata Athes yang membuat Shania terdiam dan berpikir sejenak. Ucapan Jeje tadi tidak bisa dianggap remeh. Dari sisi hatinya yang lain.

"Dan buat lo Je, kenapa gabisa ngerem mulut lo sedikit aja? Syukur cuma Shania yang marah. Karena dia pernah gondok sama Ve. Kalau yang lain? Gue gak sanksi Je." Ultimatum Athes.

"Kinal tau ini?" tanya Beby yang membuat suasana kembali hening.

"Temen temen lo gak ada yang coba kabarin Kinal?" tanya Athes lagi.

"Gue cek dulu kak." Kata Shania yang langsung mengecek ponselnya. Kembali lagi Athes dan Jeje lirik lirikkan mata. Jeje kembali diam saat Athes menatap tajam kesekian kali. Mengingatkannya untuk menahan diri. Karena hanya akan memperkeruh situasi yang ada.

"Buat kakak." Kata Viny sambil memberikan sebuat minuman ringan pada Kinal.

"Thanks Vin." Kata Kinal lalu membuka minuman itu.

Kinal memutuskan mengajak Viny ke suatu tempat. Pertengkarannya dengan Ve membuat pikirannya kalut. Ia merasa bersalah namun ia enggan menerima sakit yang lebih dalam lagi. Jika berpisah adalah satu satunya cara, maka akan ia lakukan sebisa mungkin. Setidaknya sampai dirinya tidak jatuh cinta dengan sahabatnya itu.

"Vin." Panggil Kinal

"Ya kak." Sahut Viny sambil menoleh pada kakak kelasnya.

Kinal hanya diam. Bimbang haruskah ia menceritakan semuanya atau tidak. Hatinya kalut. Sangat kalut. Ia bingung harus bercerita pada siapa sekarang. Lagi lagi Kinal hanya menghela nafas berat.

"Kakak ada masalah? Jangan dipendam sendiri cerita sama aku." Kata Viny sambil menggenggam jemari Kinal. Meyakinkan bahwa dirinya selalu menguatkan cewek tomboy itu dengan caranya.

"Aku mencintai seseorang yang katanya mencintaiku tapi terganjal gender kami. Semakin kami saling mencoba menyangkal, semakin juga hatiku gak kuat menerima sakit itu. Dia cantik, dia sempurna, semua cowok mendambakan dia sebagai kekasihnya. Aku gapaham dengan prinsipnya. Yang katanya seperti itu untuk menguji perasaanku. Siapa yang tau kalau gak selamanya aku bersabar? Siapa yang tau kalau dia juga bisa berpaling karena ada yang lebih tulus dariku? Tapi kenapa hanya dia yang boleh aku gak? KENAPA VIN KENAPA?! KENAPA DIA TEGA?!" teriak Kinal sambil menitikkan airmata secara tak sengaja.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 22, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Apa Maumu?!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang