Part 9

8.9K 421 38
                                    

Typo bertebaran :v

"Ta...tadi waktu kesini gak ada yang jaga Mel. Gue duluan ya mau ke toilet. Makasih kak Kemal." Pamit Kinal dengan wajah ketakutan. Buru buru ia kabur ke toilet untuk menenangkan diri. Otaknya buntu saat melihat Veranda dan Kemal dalam satu ruangan. Hanya melarikan dirilah satu satunya cara.

"Pengen cepet pulang rasanya." Gumam Kinal sambil berkali kali mencuci mukanya. Tatapan Veranda tadi membuatnya lemas seketika. Dia yang mau menjauh, dia juga yang ketiban apes. Tiba tiba tangan Kinal ditarik kasar oleh seseorang lalu dituntun ke salah satu bilik. Ya, Veranda mengunci pintu lalu menatap tajam, marah, dan ingin menerkam Kinal. Cewek tomboy itu menghela nafas antara kesal dan takut. Mau apalagi dia? Batin Kinal kesal.

"Dulu ada yang janji di kamar hotel, kalau kita gabakal saling ninggalin. Darah merah jadi saksi waktu itu.....hhh......sekarang janji itu cuma omong kosong!!!" Kata Veranda dengan nafas memburu dan amarah yang sulit dikontrol. Kinal menatap Veranda bingung. Matanya membelalak saat teringat kejadian bioskop kemarin. Kinal merasa Ve melakukan itu karena tak sengaja melihatnya pelukkan dengan Viny. Kalau sampai benar karena itu, apeslah dirinya.....Ve bakal ngelakuin tindakan yang diluar batas. Karena waktu saat Veranda melihatnya di uks bersama Viny, ia langsung menariknya keluar dari sana.

"Dunia kita beda Ve!!!! Dan gak mungkin kita terus terusan bareng!! Kamu ngerti gak sih Ve? Gimana ya ngomongnya......kadang ada waktunya kita bisa berdua bareng meskipun gak sering......" sialnya omongan Kinal langsung dipotong Ve.

"Kapan Nal kapan hah?! Kamu aja kalau gak aku tanya soal kemarin mau kabur kan malam itu. Iya kan?!" Tanya Ve dengan nada makin emosi. Kinal menghela nafas beratnya. Bakal sia sia berdebat dengan gadis primadona itu. Sama saja menguras tenaga fisik dan batinnya. Ve tersenyum sinis melihat ekspresi Kinal yang seperti siput lelah saat ini. Apa yang dikatakan gadis primadona itu memang benar adanya. Kamu selalu kalah sama aku Nal, batin Ve sinis. Ve menarik tangan kiri Kinal mendekat ke arahnya. Badan mereka hampir tak ada jarak. Nafas keduanya memburu lelah. Kedua tangan Ve menangkup wajah Kinal. Kinal menatap Ve dengan tatapan pasrah.

"Dia siapa Nay?" Tanya Veranda lirih. Karena selama SMA baru kali ini ia melihat Kinal sedekat itu dengan seorang cowok. Hatinya sesak dan sakit melihat Kinal sedekat itu dengan Kemal. Kinal menyanggah tangannya pada dinding bilik. Kedua tangannya mengurung badan Ve.

"Dia kakak aku dari kecil Ve. Dan itu berlaku sampai sekarang." Jawab Kinal jujur.

"Sure?" Tanya Veranda memastikan.
"Yes." Jawab Kinal mantap. Ve tersenyum senang mendengar kejujuran Kinal. Tatapan Ve berubah sayu saat Kinal mendekatkan wajahnya dan langsung mencium pelan bibirnya. Ve kaget karena tidak biasanya Kinal mulai duluan. Kinal mencium lembut bibirnya penuh perasaan. Tangan mereka saling berpelukkan erat. Ve mencoba merespon ciumannya tanpa nafsu. Karena dia ingin merespon ciuman dengan hatinya. Bersama Kinal. Ciuman Kinal selalu membuatnya nyaman. Baik dengan nafsu maupun perasaan. Merasa cukup, Kinal melepaskan ciumannya lalu mendekatkan keningnya pada kening Veranda.

"Don't be angry like that okay? It's hurt." Kata Kinal berbisik dan memohon. Ve memejamkan matanya mengiyakan perkataan Kinal.

"I will try honey." Jawab Ve dengan nada sedikit ragu. Karena dirinya sangat tempramental. Kinal tau Ve bukanlah orang yang yakin dengan pendiriannya. Namun ia tau Ve tak mau menyakitinya. Veranda menghamburkan badannya memeluk Kinal. Mencari ketenangan dan kenyamanan disana. Kinal pun merespon pelukkan erat Veranda. Ya, tidak munafik jika Kinal merindukan hal hal seintim itu bersama Veranda.

"Pelukkan aja harus ngumpet ngumpet ya Ve." Ledek Kinal.
"Kamu bukan aku!" Jawab Ve kesal. Kinal terkekeh pelan lalu mengeratkan pelukkannya pada tubuh Veranda.

"Marah marah mulu cepet tua tau! Yang ada cowok cowok pada melipir ke aku lagi." Ledek Kinal lagi. Tak berapa lama, Kinal merasa pelukkan Veranda mengendur. Kinal merutuki ucapannya. Ya, dia lupa kalau Ve tidak suka membahas soal cowok dalam persahabatan mereka. Dipikir pikir siapa sih yang jahat disini. Dia atau Veranda?

Apa Maumu?!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang