"Mungkin kak Kemal salah liat atau mungkin juga Kinal beneran kesini tapi gak lama. Berbagai kemungkinan bisa terjadi kan?" Tanya Dito tepat disamping Veranda. Gadis primadona itu hanya terdiam kemudian menarik nafas panjang.
"Ya lo bener. Berbagai kemungkinan bisa aja terjadi. Lo kenal dia lama?" Meskipun ia kecewa karena tidak bertemu Kinal, Ve pun mencoba menelusuri sisi terdalam Kinal menurut cowok yang sedang bersamanya ini.
"Mungkin usia kita kenal Kinal sama. Gue paham lo kecewa kenapa Kinal kayak gitu, tapi dia cuma ingin jaga perasaan lo. Gak ada lagi." Ujar Dito menjelaskan maksud Kinal membohongi gadis primadona disampingnya ini. Ve masih menatap lurus ke depan. Mencerna semua ucapan sahabat lelaki kesayangan Kinal itu.
"Masuk yuk. Lo gak dingin apa?" Tanya Dito basa basi. Mudah saja baginya untuk menggandeng tangan Ve masuk ke dalam. Namun entah kenapa Dito merasa sungkan lebih tepatnya takut. Bisa bisanya ia lemah di depan perempuan. Padahal ia jagonya membuat perempuan bertekuk lutut. Hhh kesambet apasih gue, batin Dito frustasi.
"Yaudah yuk." Jawab Veranda lembut namun dingin. Menuntut Kinal untuk jujur padanya bisa saja. Hanya saja ia tau Kinal akan muak dengan cara cara intim yang klasik dan sudah sering ia lakukan pada kesayangannya itu. Ve memutar otak agar bisa mencari tau rahasia Kinal tanpa harus memakai cara kesehariannya untuk memaksa Kinal jujur padanya. Ia akan gunakan cara yang lebih halus untuk mendekati Kinal lagi. Mendekati dalam artian mengawasi Kinal secara diam diam. Keduanya kaget saat melihat Kemal yang berdiri tak jauh dari mereka. Mata itu menatap mereka intens. Dengan raut wajah datar tentunya. Ia meragukan perjodohan yang dilakukan Brandon dan Randika. Namun ia menerapkan pepatah jangan melihat dari luarnya saja. Hm....
"Gitu banget natap kita kak?" Tanya Dito heran sambil menaikkan alisnya. Kemal tersenyum sulit diartikan. Veranda mengernyit heran melihat senyum itu.
"Kalian cocok ya dipikir pikir." Ujar Kemal spontan. Veranda spontan kaget saat mendengar ucapan Kemal. Kalau saja cowok ini bukan kakaknya Dito, dia akan membuat perhitungan dengan cowok yang tak kalah dingin dengannya ini.
"Woy ngaco lo baru kenal juga. Eh mau kemana lo?" Tanya Dito karena sang kakak sepertinya ingin keluar.
"Mau cari udara bentar. Saran gue kalian cari tempat deh. Daripada bosen dengerin bisnis dan lain lain. Gue sih bosen. Gue ke depan ya." Pamit Kemal pada Veranda dan Dito. Ve memejamkan matanya kuat kuat. Amarahnya akan meledak sebentar lagi. Kecurigaannya selama ini benar. Ada udang dibalik batu dalam pertemuan ini. Karena Veranda yakin bukan hanya soal bisnis yang akan dibahas, tapi soal dirinya dan Dito. Ia sadar, targetnya bukan hanya Viny tapi juga Kemal. Hanya saja, melawan Kemal jauh lebih susah daripada melawan Viny. Selain cowok itu tau track record dirinya, Kinal juga menyayanginya. Kenyataan yang membuat hatinya sakit. Meskipun rasa sayang itu sebatas sayang seorang adik pada kakaknya. Dua lawan satu? Hm.......
"Mau duduk dimana Ve?" Tanya Dito pada Veranda. Gadis itu hanya tersenyum sulit diartikan. Buaya, batin Veranda sinis. Trik seperti itu sering ia dapatkan dari beberapa cowok yang sudah jatuh kepelukkannya.
"Disana aja." Jawab Veranda sambil senyum setulus mungkin. Senyum yang hanya beberapa cowok yang mendapatkan senyum tulusnya. Bukan senyum licik atau pencitraan seperti yang sering dilakukannya. Entah kenapa, Veranda merasa ada baiknya ia mendekati cowok ini. Selain sebagai target, agar lebih bisa mengetahui sisi Kinal yang tidak ia ketahui. Baik sekarang maupun masa lalu. Lagi pula, Ve merasa Dito jatuh hati padanya. Kesempatan yang tak akan ia sia siakan saat ini.
"Buat yang tadi siang, sorry ya kalau bercanda gue agak kelewatan. Manggil lo bidadari atau semacamnya. Gue emang spontan anaknya." Kata Dito membuka obrolan. Tidak mungkin ia bilang kalau dirinya mulai kasmaran pada Veranda. Harga diri tetaplah nomor satu, batin Dito.
KAMU SEDANG MEMBACA
Apa Maumu?!
FanfictionAku harus bagaimana agar kamu mengerti? Agar kamu merasa kalau aku benar-benar menyayangimu dan mencintaimu. Ini bukan hanya soal cinta, tapi juga kepastian! Devi Kinal Putri Bisakah kamu mengerti apa mauku tanpa diminta? Kamu bisa meneliti aku tapi...