Part 13 - Fever

8.4K 1K 34
                                    

Ken masuk ke mobilnya dan mencoba menyalakan. Kepalanya pusing luar biasa dan terasa panas. 'Shit!! Bibir Rein ga mungkin beracun kan? Buktinya Angkasa baik-baik saja,' pikir Ken dalam hati.

'Mungkin karena loe kelewat excited udah ngarep bisa nyium Rein dari masih bocah,' bisik suara hatinya yang lain.

Aghhhh... Ken menggaruk-garuk kepalanya frustrasi. Sepertinya dia sudah jatuh ke dalam tahap tak waras hanya karena patah hati.

Tiba-tiba pintu mobil Ken terbuka dan Rein berdiri di sampingnya.

"Pindah ke belakang!!" perintah Rein.

Ken ingin mengabaikan tapi kepalanya terlalu pusing dan matanya mulai berkunang-kunang. Rein membungkuk, menempelkan keningnya ke kening Ken.

"Tuh kan! Kamu demam tinggi. Pindah!!" perintah Rein lagi separuh menyeret Ken agar mau beranjak ke belakang.

Ken menggerutu tapi menuruti permintaan Rein dan menyusup ke bangku belakang mobil kemudian tiduran sambil menopangkan lengan di keningnya. Shit, sepertinya dia benar-benar sakit!

Sudah dua minggu terakhir ini dia memforsir tenaganya gila-gilaan. Main basket setiap hari sampai larut malam, tak jarang malah lupa makan. Semua itu dilakukannya untuk menghilangkan perasaan marahnya kepada Rein. Errrr...bukan Rein, tapi Angkasa.

"Aku hubungin Bunda sama Papa kamu ya," ucap Rein sambil menyalakan mobil Ken dan mulai menyetir.

"Jangan! Papa lagi ke Medan. Bunda lagi outing kantor ke Bangkok. Ga usah dikabarin. Nanti mereka khawatir," seru Ken dengan napas putus-putus.

"Kamu pulang ke rumah aku ya," tawar Rein.

"Ga usah! Om Tristan sama Tante Hana lagi sibuk kan? Aku mau pulang ke rumah aja. I just need a sleep. I'll be fine," sahut Ken keras kepala.

Rein menghela napas. Memasang earphone dan menghubungi Mamanya meminta mencari tahu dokter pribadi Ken dan memanggilnya ke rumah. Rein mengatakan ke mamanya untuk tak usah khawatir karena dia yang akan menemani Ken.

Hana sendiri sekarang sedang menemui penerbit di Jogjakarta dan baru akan pulang malam ini. Sementara Tristan sore ini akan berangkat ke Tokyo untuk menghadiri konferensi.

Rein menghela tubuh Ken untuk bangun dibantu dengan asisten rumah tangga Ken karena tidak memungkinkan baginya untuk memapah Ken yang setinggi tiang listrik seorang diri naik ke kamarnya di lantai dua.

Rein beranjak ke lemari pakaian Ken, mengambilkan kaus dan celana, menyerahkannya ke Ken kemudian segera keluar kamar menyambut dokter yang baru saja tiba sambil menunggu Ken mengganti seragamnya.

Rein menunggu di sebelah Ken dengan cemas ketika dokter memeriksa Ken. Untungnya dokter bilang Ken hanya demam biasa karena kelelahan dan makan yang tidak teratur. Dia harus banyak istirahat dan makan-makanan yang bergizi serta diberi obat penurun demam. Juga dianjurkan untuk banyak minum air putih karena Ken agak dehidrasi.

Rein mengantarkan dokter keluar rumah, ketika kembali dilihatnya Ken sudah tertidur. Rein mengusap rambutnya perlahan. Ken terlihat seperti anak kecil yang sangat manis ketika dia tidur tapi kalau bangun terlihat seperti evil.

Rein bangkit, menuju kamar tamu di lantai bawah dan mengganti seragamnya. Harusnya malam ini dia menginap di rumah Chika sepanjang weekend untuk mengajarkannya matematika karena mereka akan test pada hari Selasa nanti. Jadi dia sudah membawa perlengkapan untuk menginap.

Siapa yang menyangka dia malah harus menginap di rumah Ken. Rein bisa saja meninggalkan Ken, tapi dia tak tega hanya menyerahkan perawatan Ken pada asisten rumah tangganya yang akan pulang pada sore hari.

Somewhere Only We knowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang