Part 34 - Dirty

14.6K 1K 32
                                    

21+ dan plusnya banyak banget!

Dan jujur aja... ini adegan tervulgar yang neng tulis sepanjang neng buat cerita. Tapi udah kelewat males buat rombaknya (Jadi malu...tutupin muka pake serbet)

---------

Ken menciumi wajah Rein ketika mereka menaiki lift menuju kamar Rein dan Chika. Bibir mereka saling terpaut tanpa henti seakan ini adalah ciuman pertama, baru berhenti ketika pintu lift terbuka dan ada tamu lain yang ikut naik. Rein menunduk salah tingkah, sementara Ken hanya tersenyum geli, menggenggam erat tangan Rein dan menariknya keluar dengan cepat ketika lift sudah sampai di lantai tujuan.

Rein berjalan cepat di sebelah Ken, dia gugup setengah mati walaupun Ken sepenuhnya tampak rileks, hanya merangkul pinggang Rein selama mencari kamar mereka.

Sesampainya di depan pintu kamar, Ken mengeluarkan kunci dan membukanya. Dengan sopan mempersilahkan Rein masuk duluan kemudian menaruh kunci untuk menyalakan lampu.

Rein terkejut melihat Chika yang kurang ajar dan penuh niatnya menata kamar mereka menjadi seperti kamar bulan madu dengan buket mawar merah di tengah ranjang dan juga sekotak strawberry berbalut coklat yang ikut tergolek di sana.

'What the fuck!!' maki Rein dalam hati, merasa malu luar biasa terutama ketika dia melihat ekspresi Ken yang sama terkejutnya. Mereka saling menatap beberapa saat kemudian sama-sama berteriak.

"Chika!!"

Ken tertawa karena dia tahu pasti Rein tak mungkin berprilaku seekstrem ini. Semua ini pasti ulah Chika.

"I'm gonna kill her!!" gerutu Rein ketika melihat Chika juga menyiapkan birth control pills dan kondom di meja TV seakan Rein merencanakan kalau mereka akan melakukan tindakan asusila.

Pantas saja tadi siang Chika ngotot membawa barang-barang Rein tapi melarang Rein Check in bersamanya. Ternyata malah bocah itu yang punya pikiran cabul!

"Hmmm... semua udah ready ya," gumam Ken ketika melihat bungkus kondom.

"Bukan aku yang menyiapkan semua ini...." sambar Rein dengan wajah pucat, takut jika Ken berpikir kalau dia memang berniat menggodanya lagi.

"I know, tapi kamu punya teman yang benar-benar perhatian, aku harus berterima kasih sama dia kayaknya."

Ken mengambil ponsel di sakunya dan mengucapkan terimakasih ke Chika yang langsung mendapat balasan singkat.

'Matiin telpon kalian berdua, biar ga ada yang ganggu!!'

Membuat Ken tertawa sementara Rein menggerutu panjang pendek, melontarkan kutukan-kutukan mematikan untuk sahabat baiknya.

Rein duduk dengan canggung di ujung tempat tidur. Ken datang mendekat dan duduk di sebelahnya kemudian merangkul bahunya, tangannya yang satu lagi menyentuh dagu Rein yang menunduk agar mau menatapnya.

"Kamu ragu?" tanya Ken.

"Lihat semua ini malah buat aku malu," jawab Rein, enggan.

Ken tersenyum dan meraih buket mawar dan coklat yang tergeletak di tempat tidur lalu menaruhnya ke meja samping tempat tidur, kemudian mendekat lagi ke arah Rein dan tersenyum menatap wajah Rein yang masih memerah karena malu.

"Kalau kamu ragu, aku ga akan memaksa, Rein... seperti janji aku sama kamu setelah kita melakukannya pertama kali, we doing it because we want to, not because you have to," ucap Ken sambil mengusap pelan pipi Rein, membuat Rein merasa Ken meninggalkan rona merah di tempat Ken menyapukan jarinya.

Somewhere Only We knowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang