Part 19 - Anger

8K 1K 73
                                    

Ken baru saja tiba di meja makan dan melihat Rein menghabiskan roti panggangnya cepat-cepat kemudian bangkit dengan terburu-buru.

"Tante, Om, aku berangkat ya...." Rein bersalaman dengan kedua orangtua Ken.

"Kok ga bareng sama Ken?" tanya Nindi keheranan.

"Aku dijemput angkasa, Tante, duluan ya," sahut Rein kemudian melesat ke pintu depan tanpa menyapa Ken sama sekali.

Ken hanya terdiam sambil mengoleskan butter ke roti panggangnya tanpa terpengaruh oleh sikap Rein yang agak aneh di mata orangtuanya.

"Kalian habis berantem lagi? Jangan suka ngejahilin Rein sih, kamu udah gede kan," tegur Nindi karena dia tahu, dari dulu dua anak itu jarang sekali akur. Pasti ada saja yang dilakukan Ken untuk membuat Rein kesal.

Ken mengedikkan bahu. "Ga kok."

"Kenapa dia ga mau berangkat sama kamu? Tadi pagi-pagi banget Bunda dengar Rein telpon Angkasa minta dijemput," cecar bundanya lagi.

"Mau pacaran dulu kali," jawab Ken cuek sambil melahap roti bakarnya.

Ken tersenyum-senyum sendiri. Hanya ada satu alasan kenapa Rein menghindarinya. Rein terganggu dengan percakapan mereka semalam.

Ken adalah orang yang sangat keras hati. Jika dia menginginkan sesuatu, dia akan berjuang dengan gigih untuk mendapatkannya dan akan melakukannya dengan cara apapun.

Sikap yang sebetulnya sering membuat orang di sekitarnya kewalahan.

Seperti saat ini ketika dia membuat Rein kelabakan, menyuntikkan pemahaman kalau Ken sangat mencintainya ke pikiran Rein yang akan menyebar seperti racun yang mengerogoti otak dan hati Rein. Memaksa Rein untuk terus-menerus memikirkan dirinya.

Ken tak peduli itu benar atau salah, tak peduli kalau Rein sudah punya pacar dan Rein mencintai Angkasa. Toh Ken dari dulu adalah pria egois yang berhati dingin. Dia sadar, dia telah menemukan kelemahan Rein.

Rein menyayanginya.

Walaupun mungkin hanya sebatas rasa sayang yang tumbuh karena mereka terbiasa bersama, tapi Rein menyayanginya. Maka bibit itu cukup bagi Ken untuk menumbuhkan perasaan Rein, tak peduli berapa lama waktu yang akan dibutuhkan oleh Ken untuk membuat Rein mencintainya juga.

Ken akan menunggu dengan sabar seperti pemburu ulung yang akan menyergap mangsanya. Dia tak akan menggunakan panah atau senjata, tapi dengan kedua tangannya yang kokoh, yang akan mendekap Rein dengan lembut dan membawanya pulang ke hatinya.

---------

"Good morning, Sweety," sapa Angkasa ketika Rein memasuki mobilnya.

"Good morning," balas Rein, tersenyum tipis.

Angkasa mengecup pipi Rein sekilas sebelum dia menjalankan mobilnya.

"Aku kaget kamu nelpon pagi-pagi banget minta dijemput, kupikir kamu mau berangkat sama Ken."

"Aku ngerepotin kamu ya? Maaf."

Angkasa membelai rambut Rein. "Ga, Sayang, aku suka kok ketemu kamu pagi-pagi."

"Rein, kenapa? Kok dari tadi diem aja?" tegur Angkasa yang akhirnya menyadari kalau Rein muram dan lebih pendiam dari biasanya.

Rein menoleh ke arahnya dan mencoba tersenyum. "Ga papa kok," jawabnya mencoba menenangkan tapi Angkasa tahu kalau Rein tidak mengatakan yang sesungguhnya.

Jadi pacar Rein selama dua bulan lebih terakhir ini membuat Angkasa makin memahami kekasihnya yang agak sulit untuk dimengerti.

Rein tak pandai berbohong, sering tidak enakkan dan suka mengalah. Dia manis seperti cutton candy yang selalu membuat Angkasa gemas dan menimbulkan perasaan sayang luar biasa. Angkasa mencintainya, ingin melindunginya, dan tak suka bila berada jauh darinya.

Somewhere Only We knowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang