Part 23 - Jane

8.5K 988 61
                                    

"Who is she?" tanya Mark ke Gilbert dan Angkasa, menunjuk murid yang duduk seorang diri di kantin.

"I don't know, she must be freshmen too, new girl I guess," jawab Gilbert.

"She's pretty though... I always like Asian girl. They're cute," sahut Mark sambil mengunyah sandwich-nya.

Angkasa hanya diam memperhatikan gadis itu, 'Pasti orang Indonesia,' pikir Angkasa dalam hati dan biasanya tebakannya tidak pernah salah. Dan benar kata Mark, she's pretty. Rambutnya panjang, tebal, dan ikal. Matanya bulat dan bibirnya tipis. Angkasa memperhatikan gadis itu lekat-lekat dan tiba-tiba gadis itu mengangkat wajahnya, memandang ke arah Angkasa.

Mata mereka bertatapan sejenak. Entah kenapa Angkasa seketika itu juga merasa malu melihat mata bening gadis itu menatapnya tajam. Angkasa menunduk tapi kemudian langsung menyesali tindakannya yang seperti seorang pengecut.

Angkasa menghabiskan minumannya dalam sekali teguk dan memutuskan untuk menyapa.

"Excuse me guys." Angkasa bangkit, langkahnya agak gemetar saat  menghampiri gadis itu.

"Hai," sapanya ragu-ragu.

Gadis itu menoleh ke arahnya dan tersenyum.

"Hai," jawabnya.

"Freshmen?"

"Yes. It's my first day."

"I'm Angkasa or you can call me Yuda."

"I'm Jenifer, call me Jane."

"You're coming from Indonesia?

"No, I'm from New York. But you are right, my mom Indonesian," jelasnya lagi.

Angkasa tersenyum lebar. "My father is Indonesian. May I sit here?

"Sure...."

And it all start here. Sejak perkenalan mereka, Angkasa menjadi dekat dengan Jane. Dia mengambil kelas yang sama dan selalu menghabiskan waktu bersama walaupun teman-teman Angkasa memberitahu hal-hal kurang menyenangkan soal Jane yang menurut cerita adalah party girl di New York, makanya dia dikirim ke Washington DC untuk tinggal bersama neneknya.

Angkasa tak peduli, dia menyukai Jane, sangat menyukainya. Dia menyukai matanya yang berbinar ceria, tawanya yang renyah dan juga senyum manisnya.

They went out together dan menjadi pasangan yang terkenal karena kemampuan basket Angkasa dan Jane yang menjadi anggota cheerleader.

Angkasa mencintai Jane dan bersedia melakukan apapun untuknya sama seperti Jane yang juga melakukan segalanya untuk Angkasa. Termasuk menyerahkan dirinya setelah euforia kemenangan team Angkasa pada suatu pertandingan basket.

Mereka pergi ke pesta perayaan, agak tipsy karena alkohol yang mereka minum sampai mereka hanya tinggal berdua di suatu kamar, sibuk berciuman dan saling meraba. One kiss leads to another dan mereka bangun pada pagi harinya tanpa sehelai pakaian pun yang melekat di badan mereka.

Angkasa bertanya apakah Jane menyesali perbuatan mereka? Tapi Jane hanya menggeleng dan berkata 'I'll give my life to you.' membuat Angkasa merasa sangat bahagia.

We all know what sex can do, segera setelah mereka mencobanya untuk pertama kali, hampir mustahil untuk berhenti. Mereka menyukainya, menantikannya. Mencuri-curi waktu untuk saling meraba di manapun ada kesempatan, dengan atau tanpa pengaman. They're young, merasa bisa menaklukkan segalanya dan tidak peduli akan resiko.

Somewhere Only We knowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang