"Siapa sih tadi, yang ngobrol sama kamu di kantin?" tanya Ken ketika mereka berkendara untuk pulang ke rumah Rein."Bukannya tadi kamu denger namanya siapa? Angkasa Yuda, dipanggil Asa atau Yuda," jawab Rein tanpa menoleh.
"Aku ga pernah lihat."
"Ya iyalah. Orang anak baru, kelas 12 pula. Ada urusan apa sama adek kelas macem kamu?"
"Sok tua kamu!! Kita kan cuma beda enam bulan," gerutu Ken. Dia paling sensitif kalau Rein memandang dia sebagai adik. Entah adik kelas atau adik dalam artian sebenarnya.
"Ya tetep aja kamu adek kelas aku, biarpun cuma beda sedikit. Hormat dikit sama yang tuaan."
"Bangga banget jadi orangtua!"
Rein memeletkan lidahnya meledek Ken.
"Kamu nginep lagi ya?" tuding Rein tak senang.
"Iya, kan Zain yang minta. Emang kenapa? Malu? Canggung? Takut naksir ya kalau deket-deket?"
Rein membuang muka. "Dih, sok kecakepan amat!"
"Ya emang cakep, banyak yang naksir! Liat aja di tas, masa aku dapet surat cinta dari adek kelas. Ditaro di loker aku tadi pagi."
"Zaman email gini, masih musim ya nulis surat? Old school amat! Yakin itu bukan surat cinta waktu ospek yang baru sempet dikasih sekarang?" tanya Rein keheranan.
"Hmmm, ga usah sewot gitu sih ngomongnya, jealous ya? Ngaku aja deh," goda Ken.
"In your dream!"
"Ya ga papa lah, suka-suka yang nulis. Seenggak-enggaknya dia pede buat naro itu surat. Nembak orang itu berat loh," ucap Ken, serius.
"Bukannya kamu gampang nembak orang ya? Ganti-ganti terus udah kayak baju?"
"Ya kan nyari yang cocok. Memangnya salah? Belom nemu yang pas aja. Lagipula...." Ken mendadak diam tak meneruskan ucapannya.
"Lagipula apa? Mumpung laku? Banyak yang nge-fans?" cela Rein, sinis.
Ken menatap Rein tajam, wajahnya terlihat kesal.
"Suka-suka aku ajalah! Ga ada urusannya sama kamu," sahutnya ketus.
"Ya memangnya aku peduli? Bodo amat! Toh yang dapet predikat playboy cap buaya ompong kamu," seloroh Rein sebal, menatap lurus ke jalanan yang agak padat.
Ken melirik Rein diam-diam.
'Lagipula yang dari dulu yang aku suka itu kamu Rein, tapi kamu ga pernah anggap aku ada.' Ken meneruskan ucapannya dalam hati.
Sejak kapan Ken menyukai Rein? Ken tak tahu persisnya kapan, yang jelas sejak dia masih kecil. Rein yang pendiam dan cantik, yang biasanya sangat cool dan tak cengeng. Dari kecil dulu Ken senang menggodanya. Iseng menarik kuncir kudanya atau menarik syalnya sampai dia terjatuh. Rein tak pernah menangis kalau dijahili. Hanya bangkit, mengibas-ngibaskan roknya dan balas mendorong Ken sampai terjatuh.
Rein selalu terlihat berbeda, untuk itu Ken menyukainya.
Tapi yang paling membekas di hati Ken adalah ketika mereka sedang bermain di Kouen (taman) dekat apartment Rein di Tokyo saat Ken dan keluarganya berlibur selama tiga minggu di Jepang.
Rein yang waktu itu berumur tujuh tahun sedang asyik membaca tapi Ken dan Zain sibuk menjahilinya dengan cara melemparkan dodgeball ke arah Rein dengan sengaja. Rein marah dan melemparkan bola itu tepat ke wajah mereka berdua setiap Rein berhasil menangkap bola tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Somewhere Only We know
Ficção AdolescenteWhen your some kind of Brother fall in love with you, now you are in a serious trouble!!! ketika Rein menyadari kalau Ken si playboy, anak dari sahabat baik orangtuanya, yang tumbuh dan besar bersama sebagai musuh besar menyatakan kalau dia mencinta...