BAB 12

29.5K 1.6K 6
                                    

Hey! Vote dulu yaa..!!

VOTE

VOTE

VOTE

-•-•-•-•-

Seperti biasa gue menggu jenn di starbucks deket sekolah hingga jenn datang dan langsung duduk di depan gue

"Callista lo kenapa nggak sekolah?"

"Gue sakit"

"Hah? Lo sakit nggak bilang-bilang gue?"

"Sorry gue nggak megang hp waktu sakit"

"Eh tau nggak sih lo sama daffa nggak masuknya bisa barengan tau"

"O-ohya? Dia kenapa?" Jawab gue gugup

"Kenapa jadi gugup si? Apa jangan-jangan lo jalan ya sama daffa??" Mendengar perkataan itu gue langsung melotot ke arah jenn, jenn pun langsung ketawa geli

"So kita mau kemana?" Kata jenn sambil menatap gue bingung

"Seterah lo ASALKAN nggak ke club tempat anak the kills nongkrong"

"Kemana ya? Gue nggak tau selain itu, kesana aja ya! Soalnya gue udah janji sama temen party gue disana"

"Yauda semoga aja mereka nggak ada" gue sama jenn beranjak bangun menuju mobil gue dan pergi.

-0-0-0-0-

Gue sama jenn memasuki tempat club yang terkenal di jakarta seperti biasa tempat ini selalu rame dan berisik dengan music-music remix yang keren, jenn udah ninggalin gue sendirian dia udah party sama temen barunya di dance floor sedangkan gue, gue hanya meminum wingskiy di bar tender sambil melihat jenn joget dengan gembira, gue meminta satu gelas wingskiy lagi ke penjaga bar tender dan langsung menghabiskannya, tbtb tangan gue di tarik sama jenn ke tempat dance floor meminta gue untuk party bareng mereka, tadinya gue menolak akhirnya lama-lama gue kebawa suasana dan ikut joget dengan gembira bareng sama jenn dan teman cowoknya.

Gue masih joget bareng sama jenn dan temen barunya di dance floor sampai gue menghabiskan 5 gelas wingskiy lebih, tbtb ada yang menarik lengan gue ke arah tangga menuju lantai 2 yang isinya adalah kamar-kamar untuk berbuat nggak baik, gue berusaha menahannya tapi tidak bisa gue teriak sekencang mungkin tapi percuma music mengalahkan teriakan gue akhirnya orang tersebut memasuki gue ke kamar 113 dengan paksa dan mengkunci pintu dengan kasar, gue berjalan mundur saat dia mulai mendekati gue, dasar keparat!! Om-om itu mulai memojoki gue hingga badan gue mentok dengan tembok, dia menjepit badan gue memegang tengkuk leher gue mendekatkan wajahnya untuk mencium bibir gue, tapi gue slalu berontak dan sesekali mendorong badannya yang besar di depan gue

"T-tolong!!!" Teriak gue di barengi dengan dorongan tangan gue ke tubuh dia hingga dia mundur sedikit tapi tetep saja di maju dan menjepit tubuh gue lagi

"Sshh.. diam sayang.." om-om itu menahan kedua tangan gue di atas ke kepala gue dengan tangan kirinya, sekarang yang bisa gue lakuin adalah nangis

"Jangan.. nangis sayang... ini akan menyenangkan..." om-om itu memegang pipi gue, tapi gue membuang wajah gue ke sebelah kiri tidak mau melihat dia, tamat hidup gue sampai disini keperawanan gue akan hilang dan first kiss gue diambil sama om-om yang udah tua bukan sama orang yang gue cintai, om-om itu menciumi jenjang leher gue sesekali mengigitnya di bagian sensitif kulit leher gue memebuat gue merasa geli

"J-jangan hiks.. hiks.." isak gue lemes, om-om itu membawa gue ke tempat tidur meniduri gue di atas tempat tidur, gue berusaha bangun tapi di tahan oleh tangan besar om itu dan menahan tubuh gue dengan tubuh dia di atas gue

"TOLONG!! jangan!!!" Teriak gue sekencang mungkin agar di dengar sama orang-orang di club, om-om itu mengangkat rok gue ke atas hingga memperlihat paha gue yang mulus dan putih, gue menendang-nendang tangan dia yang ada di paha gue

"DIAM!" Bentak dia menahan kaki gue dengan kakinya, gue nggak bisa ngelakuin apa-apa, nggak ada yang bisa nolongin gue, gue nangis dengan kencang disaat om-om itu mengelus paha gue hingga keselangkangan membuat gue menggelincang geli

Brukk!!

Gue melihat pintu terbuka dengan kencang dan terlihat di depan pintu daffa sedang mengepalkan jarinya berjalan ke arah om-om itu menariknya dan memukulnya dengan kencang hingga om itu terjatuh ke lantai dengan darah yang keluar dari hidung dan sidut bibirnya, daffa menarik tangan gue keluar kamar menuju lantai bawah dan terlihat jenn bingung dengan gue, daffa membawa gue keluar club dan duduk di cafe samping club

"Lo ngapain sih disana?!" Bentak daffa sambil melotot ke gue, gue hanya menunduk menahan isakan tangis gue

"Lo kan lagi sakit! Ngapain lo kesini? Hah?!" Gue hanya menunduk tidak menjawab perkataan daffa gue tau gue salah daff

"Gue fikir tadi di kamar itu ada seorang jalang yang lagi kesakitan menahan penis pelanggannya yang besar"

"Shut up daffa! Gue bukan jalang hikss..hikss.. dan gue masih menjaga HARGA DIRI gue! Hikss.." Jawab gue dibarengin dengan isak tangis dan menatap daffa, daffa menatap gue dengan serius, menyadari daffa sedang menatap gue, gue mengusap air mata gue yang ada di pipi dengan telapak tangan gue, tbtb om-om yang tadi hampir memperkosa gue keluar dari club dan membawa 2 polisi di sampingnya dan berjalan mendekati gue sama daffa yang lagi duduk di cafe

"Ini pak orangnya! Dia yang menganiaya saya secara tiba-tiba" kata om-om itu sambil menunjuk daffa dengan telunjuknya, polisi itu menarik tangan daffa berdiri dan ingin membawanya pergi

"Ayo ikut saya ke kantor" kata polisi itu sambil membawa daffa ke mobilnya tapi buru-buru gue tahan tangan daffa dan melepaskan tangan polisi yang ada di bahu daffa, gue berdiri membelakangi daffa dan menghalangi daffa dari polisi yang ada di depan gue

"Dia nggak salah pak! Tapi om itu yang salah!" Gue menunjuk om itu yang lagi tersenyum sinis ke gue, daffa menyingkirkan tubuh gue tapi gue tahan, gue tetep di depannya sambil memegang tubuh dia yang ada di belekang gue

"Om itu ingin memperkosa saya pak! Tapi temen saya dateng dan menolongi saya hingga temen saya marah dan menonjok om itu, bagaimana perasaan bapak saat anak bapa ingin di perkosa tapi tidak jadi karna ada bapak yang menolongi anak bapak dan HAL apa yang bapak lakuin ke cowo yang ingin memerkosa putri bapak!" Kata gue panjang lebar, om itu terlihat panik dan akhirnya pak polisi itu percaya sama gue, dia menangkap om itu dan membawanya ke kantor polisi.

Sekarang gue lemes gue nggak kuat berdiri dan akhirnya gue hampir terjatuh tapi ditahan dengan tangan daffa hingga akhirnya tubuh gue dan tubuh daffa menyatu, gue bisa merasakan nafas daffa di kening gue dan menatap bola mata daffa yang indah, daffa menatap gue dengan intens sesekali dia melihati bibir mungil gue ini yang indah hingga akhirnya gue menjauhkan wajah dia dan berdiri kembali, fuck gue jadi salah tingkah gini kan, kenapa gue jadi aneh sih di depan dia

"Jangan jadi sok pahlawan!" kata daffa sambil menatap gue

"Sama-sama daffa!" Jawab gue penuh penekanan, tbtb ada seorang wanita jalang yang menggelayuti setengah tubuh daffa sambil meliuk-liuk nggak jelas di tubuh daffa

"Sayang... tadikan belum selesai..." kata wanita itu sambil mengusap-usap dada daffa di depan gue, gue membuang wajah gue nggak mau melihat adegan ini secara langsung, akhirnya daffa pergi bersama wanita jalang itu ke dalam club dan gue berjalan menuju tempat cafe tadi dan duduk.

Ada apa sama gue? Kok gue nggak suka ngeliat wanita tadi deket-deket sama daffa, argghh! Itu jalang call dia perempuan murahan! Itu juga bukan urusan gue, daffa itu bad boy dia buruk! Gue nggak boleh suka sama dia.

Tbtb gue di kageti dengan jenn yang sedang mabuk di belakang gue, gue berdiri dan melihat teman cowok jenn di samping jenn sambil tersenyum ke gue

"C-callist-tah.. l-lo.. pul-pulang.. ah.. d-duluaan.. ajah.." kata jenn sambil mabuk dan bersender di tubuh temannya itu

"Yaudah gue duluan, hati-hati" jawab gue senyum ke temannya jenn dan berjalan menuju mobil gue dan pulang.





Kenapa ya sama callista? Dia udh mulai ada rasa-rasa jatuh cinta nih ke daffa mau tau nextnya VOTMENT dulu. At the love jihan;)

Bad BoysTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang