Daffa Pov.
Sudah seminggu callista pergi. Dan dari hari callista pergi gue mulai mengurung diri di dalam kamar. Gue tau hal yang gue lakuin ini seperti perempuan. Tetapi gue merasa, kepergian callista di sebabkan oleh gue sendiri.
Karna gue terlalu terlelap oleh kemarahan, gue menghilangkan cinta gue sendiri. Perempuan yang sangat gue cintai. Cuman gara-gara hal sepele. Seharusnya gue mendengar semua penjelasan callista sebelumnya, tetapi mau gimana lagi. Penyesalan datang di akhir bukan di awal.
Gue memandangi foto callista di handphone gue.
Tokk!! Tokk!!
Terdengar suara ketukan pintu, gue langsung menaro hp gue di samping tubuh gue dan menarik selimut lalu memejamkan mata.
Terdengar suara injakan kaki mendekat ke arah kasur dan mulai duduk di pinggir kasur
"Daffa..."
"Daffa mamah tau kamu pura-pura tidur"
"Daff.. ini semua bukan salah kamu, kamu tidak boleh terus menerus menyalahkan diri kamu sendiri dan mengurung diri kamu sendiri"
"Kamu tidak boleh terus menerus seperti ini daff... daffa yang mamah kenal bukan seperti ini, daffa yang mamah kenal itu pemberani bukan seperti ini"
Mamah gue sudah keluar dari kamar. Gue membuka mata gue dan kembali duduk di kasur.
Yang dibilang mamah benar. Gue seharusnya tidak boleh seperti ini. Gue disini galau-galauan dan sementara callista disana senang-senang. Tidak adil.
Gue beranjak dari kasur dan pergi. Saat gue keluar dari kamar. Terlihat mamah dan papah sedang berbicara di ruang keluarga. Gue menyampirinya
"Akhirnya..."
Gue tersenyum ke mamah, dan mamah pun beranjak bangun mencium kening gue
"Mamah benar, tidak seharusnya daffa seperti ini"
Mamah dan papah tersenyum ke arah gue, papah berdiri di samping gue
"Mulai sekarang kamu harus focus ke perusahaan papah"
"P-perusahaan? Tapi kan daffa mau kuliah dulu pah?"
"Menjalankan keduanya lebih bagus kan?"
Gue menatap mata papah yang begitu mengharapkan gue
"Iya sayang, gapapa kamu harus menerusi perusahaan papah kamu ini" kata mamah gue yang ikut berdiri di samping gue
"Iya iya daffa mau" Gue langsung pergi keluar rumah.
***
Gue pergi ke cafee untuk kembali berkumpul dengan geng gue. Terlihat ryan dan rio sedang mengobrol, gue pun langsung berjalan ke arahnya dan langsung duduk di bangku yang kosong
"Wow!! Sebuah kejutan yang sangat meriah!!" Kata rio yang kaget melihat gue
"Ya ampun ryan! Kita kedatangan seseorang!!"
"Apaan sih lo"
"Ya ampun daffa lo kemana aja?! Gara-gara cewe jal--"
"Lo mau ngomong dia apa?! Jal apa?! Sekali lo ngomong yang macem-macem, habis lo!"
Bentak gue ke rio yang mulai menjelekan nama orang yang gue cintai
"Maaf bro, tumben lo belain dia" kata rio
"Iya, inget daff lo udah balikan sama sherly"
Ya ampun gue sampe lupa. Sherly! Udah Seminggu gue nggak kabarin dia. Asal kalian tau, gue berada di taman kota waktu itu mau ketemu sherly, gue sama dia udah balikan
"Rio, coba lo telephone sherly suruh dia kesini"
"Loh? Kok gue? Lo kan pacarnya, lo punya hp kan?"
"Nggak usah banyak tanya! Cepet!"
Gue memanggil pelayan dan memesan makanan dan sebotol alkohol. Saat gue sedang asyik makan tbtb tubuh gue di peluk dari belakang membuat gue hampir tersedak
"Haii sayang" sapa sherly dan langsung duduk di samping gue
"Hmm"
"Ihh aku kangen banget sama kamu"
"Hmm"
"Ih kamu jawabnya yang bener dong! Hmm teruss"
"Iyaaa"
Akhirnya gue sama temen-temen dan sherly ngobrol bareng. Jam menunjukan pukul 15:59 waktu udah sore. Gue beranjak bangun dan pamit untuk pulang
"Bye honey... i love you" kata sherly sambil mencium pipi gue
"Bye, love you too"
Gue masuk ke dalam mobil dan pergi pulang.
***
Gue turun dari mobil dan masuk ke dalam rumah. Gue langsung masuk ke dalam kamar dan membanting tubuh gue di kasur.
Huftt capek rasanya. Gue memijit pelan kening gue dan membuka hp gue yang ternyata saat gue melihat foto callista tadi belum di tutup, membuat gue kembali menatap foto callista.
Gue harus melupakan callista! Ini udah takdir yang mentukan! Kalo jodoh nggak kemana. Gue menghapus semua foto callista, benda-benda dari callista, semua tentang callista gue hapus dan buang.
Tapi gimana di hati gue? Apa bisa nama dia di hapus?
BERSAMBUNG...
KAMU SEDANG MEMBACA
Bad Boys
Teen Fiction"He was very bad and arrogant, but i love him" Copyright © 2016 by jihan0203