Malam ini, Revan sudah diperbolehkan pulang ke rumah. Hanya saja, ia harus lebih berhati-hati dan mengatur gerak tubuhnya agar ia bisa lebih cepat pulih. Awalnya, dokter belum mengijinkan Revan untuk pulang--ya, paling tidak, Revan harus rawat inap selama beberapa hari lagi, hingga kakinya benar-benar lancar tuk berjalan, dan ketika di rumah, ia sudah bisa beraktifitas secara normal.
Tapi, dasar Revan... Suami paling keras kepala, dan paling bocah.
"Van? Please, kamu pulihin diri kamu dulu di sini, besok-besok baru pulang.. Oke?" bujuk Nina dengan sabar.
Revan mengerucutkan bibirnya. "Noooo, baby! Aku mau pulang. Aku pengen berdua di rumah sama kamu.."
"Tapi, Van.. Kamu be--"
Revan memotongnya. Tapi kali ini berbeda. Revan menarik bibir Nina yang tipis itu. "Sekali lagi kamu ngelarang aku pulang, besok pagi bibir kamu udah tebel dan bengkak!" ancam Revan.
Nina menelan ludah. Suaminya kok begitu, sih. Antara seram, mesum, tapi juga menggemaskan.
"Jadi jangan larang aku pulang, ya?"
"Tapi kamu harus tarik ancaman kamu buat bikin bibir aku bengkak!" protes Nina kesal.
"HAHAHA okay, okay. Emangnya kamu gak kangen dicium aku?"
Nggg.... Nina mengangkat bahu. "Kangen, tapi kalau sampai bengkak, ya aku gak mau!"
Revan diam, melirik Nina dengan senyuman nakalnya.
Hingga akhirnya Nina menyerah dan mengangkat tangannya. "Ya, ya, kamu boleh pulang. Biar aku packing semuanya dulu."
Dan sebelum Nina beranjak pergi, dengan liar, Revan meremas pantat istrinya dengan gemas. "Hmm, tambah seksi ya, sayang?"
"ASTAGA REVAN! BATAL PULANG!"
"Kyaaaa! Jangaaaan! HAHAHAHAHA!" Revan tertawa terbahak-bahak. Dia tau isterinya juga mau, tapi, ya dasar isteri galak.
Isteri galak VS suami tengil.
Komplit, kan? Kayak nasi uduk pakai es teh?
*
*
Di dalam mobil, Revan dan Nina duduk di belakang. Revan sibuk bersandar di bahu Nina dengan manja, sementara NIna memejamkan matanya, ngantuk.
"Nin? Ngantuk ya?" tanya Revan, sambil menggoda Nina dengan mencolek pipi kanan isterinya.
"Lumayan," jawab Nina lirih.
Tangan Revan menjalar ke arah mata sang isteri. Tangannya meraba lingkaran hitam alias mata panda yang menghiasi wajah imut Nina. "Kamu kecapekan jagain aku, ya? Sampai kurang tidur gitu?"
"Ngga kok, yang penting kamu sembuh.."
"Tapi gak bisa gitu.. Pokoknya kamu harus hibernasi, sampai si panda ilang dari mata kamu."
Nina terkekeh. "Apa sih, biasa aja kok. Mana ada panda di mata."
Sejujurnya Nina merasakan kenyamanan luar biasa. Dia memang lelah, dan sangat butuh tidur panjang. Tapi ia bahagia, dan ia rasa, ia tak mau melewatkan sedikitpun waktu, untuk berpisah dengan si manja satu ini. Untuk tidurpun, Nina merasa keberatan. Karena ia bisa melewatkan waktu tuk memandang suaminya selama berjam-jam.
Revan mengeratkan pelukannya di pinggang sang isteri, kemudian, Revan mengecup kedua mata Nina yang masih terpejam. "Tuh pandanya."
Aw, Revan.
*
*
Sesampainya di rumah....
"Wih, rapi banget! Kamu yang beresin?" tanya Revan.
KAMU SEDANG MEMBACA
(Un)perfect Marriage [END]
RomanceKarina Tessa Ananda : Tak tau bagaimana, tiba-tiba aku merasakan cinta begitu dalam pada pria yang sama sekali tak menginginkanku. Aku tau, mungkin saja pernikahanku dan dia akan berakhir buruk. Tetapi--entah kenapa, aku selalu ingin memperjuangkan...