Nina menggigit bibirnya. Ini.. Sudah tanggal 10, dan seharusnya ia datang bulan di tanggal 3. Nina telat. Ya, dan akhir-akhir ini, nafsu makannya meningkat, tapi ia sering mual dan muntah.
Ini.. Seperti gejala saat Nina mengandung Adam.
Apa.. Nina hamil lagi?
Astagaaaa. Tidak, tidak. Bukan menolak rejeki, tapi Nina memang belum siap tuk hamil lagi sekarang. Adam bahkan baru sembilan bulan.
Ah.
"Kamu kenapa sih?" Revan menatap isterinya, heran. Ia sepertinya melihat tingkah gelisah Nina sedari tadi.
"Hhh.."
"Nin.. Kamu masih galau soal tanggal menstruasi kamu?"
Nina mengangguk lesu. Ia memang sudah bercerita pada Revan tentang ini sejak kemarin. Dan responnya? Datar.
"Emang kenapa sih kalau kamu hamil lagi?"
Nina mengerucutkan bibirnya, "Kalau aku hamil lagi.. Aku belum siap. Adam masih kecil dan aku belum siap bagi kasih sayang buat adek Adam nantinya.."
"Itu aja?"
"Dan.. Aku juga jadi susah memperhatikan kamu, Van. Emang kamu gak iri kalau aku ribet sama dua bayi, sementara kamu terabaikan?"
Revan tertawa sejenak.
"Kenapa ketawa?"
"Nina, aku yakin, kamu gak mungkin mengabaikan aku. Serius. Kamu segitu sayangnya sama aku, dan aku yakin, sayang kamu ke aku gak bakal berkurang. Justru dengan adanya dua baby, justru tali kasih kita tambah kuat, karena kita makin sering bekerja sama."
"..."
"Bekerja sama buat membesarkan baby, kamu mandiin yang satu terus aku nyuapin yang satu, kamu cuci pantat baby terus aku cuci popoknya, kamu gendong satu aku juga gendong satu. Kita bakal makin kuat, dan kita bakal terus sama-sama. Nothing gonna change our love, sayang," katanya, dengan sorot mata yang meneduhkan.
"Gitu, ya?" tanya Nina pelan.
Sebenarnya ada benarnya sih kata-katanya. Intinya, Nina hanya terlalu takut.
"Iya sayang."
"Ehm.." Nina berdeham pelan. "Aku juga takut. Melahirkan itu sakit. Aku aja hampir nyerah waktu ngelahirin Adam kemaren."
"Tapi akhirnya kamu bisa kan?"
"Iya, sih.."
"Sayang," panggilnya lembut. "Aku gak maksa kamu untuk melahirkan normal. Bahkan kamu kalau takut, kamu bisa minta melahirkan secara caesar, atau melahirkan di dalam air kayak artis-artis juga gak masalah. Jadi tenang, sayang. I will give the best for you."
Uh, Nina terenyuh.
Yang dulunya playboy bukan main seperti Revan, ternyata bisa juga ya seperti ini?
"Kamu kenapa senyum-senyum gitu, Nin?"
"Gak apa-apa."
"Aku ganteng ya? Emang. Makanya kamu terpe-"
"Ya Allah.. Pede banget suami gue!"
Dan mereka tertawa.
Revan tak pernah berubah. Tetap lucu, baik, perhatian, menggemaskan, dan yang terpenting, dia apa adanya dan sayang keluarga.
Eh.
Ada yang berubah dari Revan.
Dia dulunya sangaaaat playboy. Dan sekarang? Hm, Nina bahkan tak sanggup mendeskripsikan kebaikannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
(Un)perfect Marriage [END]
Roman d'amourKarina Tessa Ananda : Tak tau bagaimana, tiba-tiba aku merasakan cinta begitu dalam pada pria yang sama sekali tak menginginkanku. Aku tau, mungkin saja pernikahanku dan dia akan berakhir buruk. Tetapi--entah kenapa, aku selalu ingin memperjuangkan...