ps: sambil dengerin mulmed yah! :')
*
Nina's POV
Ada rasa bersalah menyelimutiku saat tadi Revan bertanya padaku dengan mengetuk pintu kamarku. Ia bertanya tentang keseriusan dan kesungguhanku untuk bercerai dengannya. Ia bertanya kepadaku apakah aku yakin dengan keputusanku itu.
"Kamu yakin mau cerai sama aku?"
Dan aku menjawab: yakin. Ini jujur, aku memang yakin ingin bercerai dengannya. Aku serius ingin berpisah dengannya. Kesungguhanku bahkan tak tergoyahkan saat ia bertanya seperti itu dengan sorot matanya yang sangat memohonku untuk bilang 'tidak'.
"Jadi kamu gak mau nemenin aku lagi? Gak mau dengerin ngorok aku tiap malem lagi? Gak mau marahin aku karena aku lupa tutup keran air lagi? Gak mau mukul pantat aku karena lupa rapihin kasur?"
Saat dia bertanya dan berkata seperti itu... Mengucapkan segala kebiasaan-kebiasaannya yang membuatku marah... Ya, itu membuatku tertawa. Tapi jujur, ada rasa sakit yang mendalam jika aku mengingatnya.
Aku selalu ingat kejadian demi kejadian di pagi hari yang selalu dia ulangi dengan sama.
"Revan! Kamu jangan lupa tutup kran air, kenapa sih? Ini juga, pasta gigi harusnya kamu tutup, Vaaan. Ih, sebel deh gitu aja gak bisa!"
Dan dengan imutnya, dia menciumku, lalu berlari ke kamar mandi. "Oke mami galak, aku matiin keran sama tutup pasta gigi sekarang! Aye aye!"
Ada lagi..
"Revaaan. Rapihin kasur kenapa sih! Biasanya juga aku, kan. Gantian dong aku lagi kuras WC nih!" teriakku melihat Revan yang masih asyik dengan game di ponselnya.
"Nanti ah."
"NOW, Revan. N-O-W!" kataku, tambah murka.
Revan dengan cepat melempar ponselnya ke sembarang arah, dan melakukan gerakan sangat cepat untuk merapikan tempat tidur. Lalu dia menghampiriku di kamar mandi, dan... "Lapor, suami imut telah selesai melaksanakan tugas!"
"Buktinya mana?"
"Nih." Dia memperlihatkan kamar yang telah dia foto menggunakan kamera ponselnya.
Aku tersenyum dan menepuk pipinya dengan sayang. "Laporan isteri galak terima, kembali ke tempat!"
"Siap, kembali ke kasur buat Lets Get Rich lagi!"
Hahaha, lucu ya dia?
Ada lagi. Kejadian ini biasanya terjadi tengah malam.
"Sayang?" panggilnya, ketika aku hampir terlelap.
"Apa sih? Aku ngantuk."
"Laper... Buatin mi, dong."
Aku menggeleng kencang. "Males, ah."
"Ya udah, aku mau ke warung aja, beli mi!"
Aku menariknya yang hampir berdiri. "Gak usah! Ngapain sih malem-malem keluar cuma mau beli mi!"
Akhirnya, Revan mengerucutkan bibirnya, dan kembali tiduran. Selang beberapa menit, kudengar perutnya berbunyi. Aku meliriknya, dan kutemukan dia memegang perut sambil mengerucutkan bibirnya. Dia ngambek.
"HAHAHAHA!" Tawaku meledak seketika. Dengan cepat, aku bangkit dan menarik tangannya. "Yuk beli nasi goreng di luar? Aku juga laper nih," kataku bersemangat.
Akhirnya, Revan tersenyum bahagia, dan berlari menarikku secepat kilat ke abang nasi goreng depan gang.
Ada lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
(Un)perfect Marriage [END]
Roman d'amourKarina Tessa Ananda : Tak tau bagaimana, tiba-tiba aku merasakan cinta begitu dalam pada pria yang sama sekali tak menginginkanku. Aku tau, mungkin saja pernikahanku dan dia akan berakhir buruk. Tetapi--entah kenapa, aku selalu ingin memperjuangkan...