Revan menggulingkan badannya--ya, melenturkannya di kasur--setelah tidur panjangnya, sekitar delapan jam lebih. Kenapa? Tentunya karena 'permainan' yang ia lakukan dengan isteri cantiknya semalam.
Ngomong-ngomong... Revan masih dalam masa pemulihan, tapi ia sudah berani bertingkah macam-macam dengan isterinya. Hmm, memang hanya Nina yang bisa membuat seorang Revan tergila-gila.
Revan ingat permainan mereka semalam. Mungkin sekitar 5 ronde? Entahlah, yang jelas mereka melakukannya dengan sangat pelan dan nikmat.
Nah, kan? Membayangkan kejadian semalam, membuat Revan 'ingin' lagi.
Revan membalikkan tubuh, dan melihat isterinya masih terpejam. "Ninaaa, bangun yuuuk?" ucapnya. "Kita sarapan, cari bubur ayam. Mau?"
Tangan Revan bergerak menyusuri rambut isterinya. Dan ia menganga. Badan Nina sangatlah panas!
"Sayang, kamu sakit, ya? Panas banget badannya?" Revan mengubah posisi menjadi sedikit bangun, dan mendekatkan badan ke arah isterinya. "Kamu sakit?"
Nina tersenyum sangat lemah. "Nggak kok.. Ayo makan..."
"Eh? Nggak, nggak bisa. Kamu pasti sakit!" Revan langsung bangkit dari kasur, dan hendak keluar kamar.
Tapi... Ia mendengar suara isterinya memanggil. "Re-van.."
"Iya? Sebentar, aku ambil air buat kompres kamu. Aku juga mau cari bubur ayam buat kamu. Sabar ya, I'll be back in five minutes!" ucap Revan cepat.
*
*
Revan membawakan bubur ayam, obat, serta air dan sehelai kain tuk mengompres Nina nanti. Begitu ia masuk ke dalam kamar, terlihat senyum Nina mulai merekah, meski tertutupi oleh wajah lemahnya.
Revan segera memposisikan diri tuk menyuapi isterinya. "Makan ya?"
Nina mengangguk pelan.
Satu persatu suapan diberikan pada isterinya. Dengan sangat pelan, Nina mulai menelannya. Revan tau, Nina benar-benar tak memiliki nafsu makan--apalagi saat demam seperti ini. Tapi untung isterinya adalah sosok yang dewasa, sehingga tak perlu disuruh, Nina sudah paham begitu pentingnya makan, terutama di kala sakit seperti ini.
Disela suapan, Revan mencium kening isterinyablama. "Sayang, maafin aku ya? Harusnya semalem kamu istirahat. Kamu udah jagain aku seminggu selama aku sakit, kan? Kamu kurang tidur, kamu kurang makan..."
Nina malah menatap Revan dengan tatapan polosnya.
"Dan dengan egoisnya aku minta kamu untuk ngelakuin 'itu' tadi malem. Kamu kecapean, dan sekarang kamu tumbang gini.. Maaf ya sayang?" ucap Revan lagi.
Tak disangka, Nina malah menangis. "Huaaaaa..."
"Lha? Kok nangis?"
Nina mengerucutkan bibir. "Kamu kenapa minta maaf? Aku semalem gak nyesel kok ngelakuinnya.."
"Gak ada yang nyesel, sayangku.. Tapi timingnya gak tepat banget, harusnya semalem kamu istirahat.."
"Huaaaaa..."
Nina kenapa sih? Iya sih, hamil memang bikin sensitif... Tapi sejak awal Revan mengenalnya, ia belum pernah mendengar tangisan isterinya yang seperti ini. Begitu kencang dan dalam, seolah Revan adalah ayah yang tak mau memberi mainan tuk anaknya.
"Huaaaa... Semalem kan aku juga kangen sama kamu.. Aku maunya kamu deket aku terus.. Huaaaa.. Nanti kalo aku gak mau gituan sama kamu, kamu pergi lagi ninggalin aku.. Kan aku gak mau. Huaaaa.."
Ternyata Nina masih trauma.
Nina masih takut jika Revan akan meninggalkannya.
"Sayang..."
KAMU SEDANG MEMBACA
(Un)perfect Marriage [END]
RomanceKarina Tessa Ananda : Tak tau bagaimana, tiba-tiba aku merasakan cinta begitu dalam pada pria yang sama sekali tak menginginkanku. Aku tau, mungkin saja pernikahanku dan dia akan berakhir buruk. Tetapi--entah kenapa, aku selalu ingin memperjuangkan...