TIGA

252K 17.3K 262
                                    

"Max, kamu antarkan saja kembali ke rumah mama saya, sepertinya saya akan sampai malam keluar meeting Jack, pakai saja Pak Rahmat" itulah perintah bos-nya yang sialan lima belas menit yang lalu kepadanya.

Max yang sudah kesal bermain seharian di kantor ayahnya sekarang tertidur di sofa dan Jacqueline mengangkatnya, berusaha untuk tidak membangunkan anak kecil itu dan membawanya turun menuju lobi utama. Jacqueline menunggu Pak Rahmat supir bos-nya dan ketika mobil Warren sudah menepi di lobi, ia bersama dengan Max memasuki mobil tersebut.

"Eh, Bu Jackie, mau ke rumah Nyonya besar lagi?" tanya Pak Rahmat kepadanya dengan sopan.

"Iya Pak Rahmat, ke rumah Ibu Rachel," Jacqueline menjawab.

Selama perjalanan Jacqueline tertidur dan tidak menyadari betapa cepatnya mereka tiba sampai ketika Pak Rahmat membukakan pintu mobil baginya. Max yang sudah terbangun menatap Jacqueline dan berkata, "Kamu tertidur Jackie."

"Sepertinya begitu," jawab Jacqueline kepada Max.

Mereka berjalan memasuki rumah dengan perlahan namun tiba - tiba Max sudah berlari terlebih dahulu ketika melihat neneknya, Rachel Tjahrir berjalan mendekati dan memeluk cucunya dan berkata, "Maximillian, aku sangat yakin papa kamu akan marah kalau melihat kamu berlari – lari seperti ini."

"Grandmamma, tadi Jackie tidur di mobil," Max mengadu kepada neneknya.

"Maximillian, bagaimana kamu tahu?"

"Karena aku terbangun," jawab Max.

Rachel tersenyum dan menggeleng – gelengkan kepalanya, lalu ia menengadah menatap Jacqueline sekretaris Warren anaknya, "Jackie, kamu pasti sangat lelah mengurus cucuku ini."

"Maafkan saya Bu Rachel..."

"Oh please, kamu sudah sering kesini, panggil aku Rachel saja."

Jacqueline tersenyum menanggapi kata – kata Rachel, lalu Rachel mengajak mereka semua ke ruang makan karena sepertinya Max sudah lapar kembali. "Grandmamma, aku mau makan spaghetti," ucap Max.

"Max siang ini sudah makan spaghetti," Jacqueline memberitahu Rachel.

"Tapi aku malu lagi!" Max berseru.

"Sepertinya kamu akan sakit perut kalau kamu terus makan spaghetti," jawab Jacqueline. Jacqueline lalu mengerutkan hidungnya dan Max melakukan hal yang sama, keduanya saling mengerutkan hidung mereka dan membuat Rachel tertawa.

"Fine, kalau begitu hari ini Max akan makan nasi di rumah grandmamma, alright boy?" tanya Rachel dengan tegas membuat Max tidak dapat menolak.

"Baiklah grandmamma," jawab Max menurut walaupun sekarang Max mengatakan kata – kata itu dengan sedih.

"Aku... Aku harus pulang sekarang sepertinya," Jacqueline mengambil kesempatan ini untuk pergi dan berpamitan dengan Rachel dan juga Max.

"Jackie, duduk dulu dan makan malam. Baru kamu boleh pulang," kata Rachel kepadanya.

"Iya Jackie, kamu duduk dan makan sama aku," Max ikut menimpali kata – kata neneknya.

Jacqueline berjalan mundur dan berkata, "Ah sepertinya tidak, aku harus benar – benar pulang sekarang."

Jacqueline berjalan mundur terus ketika Rachel berkata, "Jackie ayolah..."

Sebelum Jacqueline mengetahuinya ia menghantam sesuatu yang keras dan pada saat itu ia tahu ia akan terjatuh bila tidak ada yang menolongnya. Namun seketika ia tidak terjatuh karena sekarang ia merasakan pundaknya dipegang oleh tangan keras dan berotot.

Oh Tuhan, aku baru saja menabrak bos sialanku. Jacqueline menyadari kalau dirinya baru saja menabrak Warren dan Warren sedang memegang pundaknya sehingga ia tidak terjatuh, "Lihat kemana kamu jalan Jack."

"Baik Pak," jawabnya dengan kaku.

"Daddy!"seru Max yang sekarang berlari ke arah Warren. Max lalu menarik – narik tangan Warren untuk mengikutinya kepada arah Rachel berdiri.

Sebelum Jacqueline pergi meninggalkan rumah tersebut, ia masih dapat mendengarkan percakapan singkat itu, "Grandmamma, daddy akan menikah dengan mommy."

"Oh ya? Warren kamu serius?" tanya Rachel.

Jacqueline tersenyum ketika meninggalkan rumah itu. Ternyata masih ada keluarga yang sempurna. 

EAT, METempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang