LIMA

229K 15.7K 355
                                    

"Hi, Warren ada di dalam?" Catherine berjalan menuju meja sekretaris Warren yang terlihat begitu berantakan. Catherine tersenyum dan menyapa Jacqueline, dan menunggu hingga sekretaris tunangannya membalasnya.

"Hi, Pak Warren sedang meeting Bu Catherine," jawab Jacqueline.

"Kamu tahu kan kamu bisa memanggil aku dengan nama aku saja?" tanya Catherine dengan hangat kepada Jacqueline.

"Tapi tidak ketika anda adalah tunangan Pak Warren," balas Jacqueline.

"Boleh aku menunggu di ruangannya kalau begitu?" tanya Catherine kepada Jacqueline.

"Tentu saja," Jacqueline berjalan menuju pintu dan membukakannya untuk Catherine. "Anda ingin meminum sesuatu?"

"Air saja, terimakasih," jawab Catherine.

Jacqueline meninggalkan Catherine dan berjalan menuju pantry, ketika Linda, staf keuangan Warren datang dan mendekatinya, "Catherine Nasverindra baru saja memasuki ruangan Pak Warren?"

"Yeap," jawab Jacqueline dengan datar.

"Catherine Nasverindra?" tanya Linda kembali.

"Iya," kali ini Jacqueline menjawab dengan lebih datar.

"Nggak heran sih Pak Warren sama perempuan seperti itu, Pak Warren kaya, tampan, keluarga Tjahrir adalah sosialita kelas atas, untuk menyamakan kelas sosial Pak Warren, ya harus juga perempuan seperti Catherine. Ya kan?" gumam Linda kepadanya dan Jacqueline tidak menanggapi sama sekali.

Jacqueline menuangkan air ke gelas yang akan ia antar kepada Catherine, berharap ia tidak perlu lagi mendengarkan kata – kata Linda yang sama sekali ia tidak mengerti, "Hmm, ada perlu sama Pak Warren?" tanya Jacqueline kepada Linda.

"Oh, nggak sih, hanya mau memberikan laporan saja," kata Linda kepada Jacqueline.

"Okei, aku saja yang berikan," kata Jacqueline, mengulurkan tangannya untuk menerima laporan yang akan diberikan oleh Linda kepada Warren.

"Eh, boleh nggak aku tanya Jack?" tanya Linda kepada Jacqueline, "Kamu sudah bekerja untuk Pak Warren untuk tiga tahun kan? Kamu sama sekali tidak tertarik..."

"Kepada bos aku sendiri? Tidak. He's not my type," jawab Jacqueline.

"Hmm, kalau aku sih..."

"Aku nggak mau tahu," Jacqueline memotong kata – kata Linda dan membawa laporan ditangannya dan gelas air ditangannya yang lain.

"Oh okei," jawab Linda dengan bingung.

"Permisi Linda, terimakasih untuk laporan ini," Jacqueline berjalan keluar dari pantry dan kembali ke ruangan Warren.

Jacqueline menaruh air putih yang dibawakannya dihadapan Catherine yang menerimanya dengan senyuman lembut, "Thanks Jack, gimana S2-nya? Sudah mau selesai?"

"Sebentar lagi Bu Catherine," jawab Jacqueline dengan sedikit canggung karena sebelumnya ia tidak pernah menyeritakan hal ini kepada siapapun.

"Warren memberitahuku Jack, santai saja," balas Catherine.

Jacqueline tersenyum dan berbasa – basi, "Ada yang bisa saya ambilkan lagi Bu Catherine?"

"Tunggu Jack," Catherine menahannya.

Jacqueline menatap Catherine dihadapannya yang terlihat begitu anggun dan elegan namun hangat, dan menunggu hingga Catherine berbicara. "Apa Max nakal kemarin? Max sangat menyukaimu sepertinya Jack."

"He's fine, Max sangat lucu Bu Catherine," jawab Jacqueline.

"Please call me Catherine saja, aku merasa seperti sudah sangat tua bila kamu memanggil aku dengan Ibu Catherine," Catherine tersenyum membalasnya.

"Uhmmm..."

Belum sempat Jacqueline menjawab Catherine, Warren memasuki ruangan dan Catherine memalingkan wajahnya hanya untuk menatap wajah tunanganya. "Hei..."

"Hei sayang," Warren mendekati Catherine yang sudah berdiri dan mencium kening Catherine. "Baru sampai?"

"Dari bandara ke sini, macet," Catherine menggurutu namun Warren tertawa karena tampang Catherine yang mengerut membuatnya bahagia.

Inikah rasanya dicintai dan mencintai? Tanya Jacqueline kepada dirinya sendiri ketika melihat Warren dan Catherine. Seklias pikiran itu terlintas dan Jacqueline bingung dengan dirinya sendiri karena memikirkannya.

Warren menghadapnya sekarang, dan memindahkan lengannya kepada pinggang tunangannya, "Jack, saya ingin laporan kurasi minggu ini."

"Baik Pak Warren," jawabnya dengan canggung.

"Saya akan keluar makan siang, kamu bisa menaruh laporannya di meja saya," jawab Warren dan pergi meninggalkannya bersama dengan Catherine.

"Baik Pak."

Sekilas Jacqueline mengingat kejadian itu, dan untuk sesaat ia menutup matanya. Jacqueline takut.

"Kamu baik – baik saja?" tanya Catherine kepadanya.

Jacqueline menarik napasnya dan berkata, "Tentu saja Bu Catherine." 

EAT, METempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang