ENAM PULUH TUJUH

159K 14.8K 1.4K
                                    

Dia...

Aku...

Jacqueline tidak tahu kalau ini mimpi atau sebenarnya ia sudah tidak berada di dunia ini. Mungkin ia ingin seperti ini. Karena disini, ia mengingat pria itu. Ia mengingat semuanya mengenai pria itu dan semuanya yang pernah ia rasakan.

Sekarang mungkin saatnya yang tepat untuk pergi.

*

"Kalau aku mencium kamu disini," Warren menunduk dan mencium salah satu lebam di bahu Jacqueline yang mulai terlihat samar – samar namun tetap pria itu mengetahuinya, "Berhenti terluka disini Jack."

"Hmm..." Jacqueline hanya bergumam dan karena seluruh tubuhnya sedang dikuasai oleh pria itu dan ia tidak bisa melakukan apapun. Warren lalu turun ke sisi bahunya dan menciumnya dengan begitu pelan namun bibir hangatnya dapat Jacqueline rasakan, membuat semua inderanya terbangun karenanya.

"Disini juga Jack. Jangan terluka lagi. Aku tidak menyukainya."

"Hmm..."

"Hmm? 'Hmm' jawaban kamu?" tanya Warren dengan sedikit kesal karena Jacqueline meresponnya dengan hanya gumaman yang tidak jelas.

Jacqueline membuka matanya dan menatap Warren yang sudah menatapnya kembali, "Aku harus bilang apa?" tanya Jacqueline.

"Aku akan memberitahu kamu, di setiap jengkal tubuh kamu yang aku cium, itu milik aku dan jangan terluka lagi Jack. Mengerti?" tanya Warren kepadanya. Hangat tubuh Warren diatasnya membuat tubuh Jacqueline semakin memanas dan tidak bisa bernapas. Jacqueline bukannya tidak ingin menjawab Warren, namun hanya saja ia tidak berkata apa – apa ketika bersama dengan pria itu.

"Bagaimana kalau kamu cium aku dulu, dan aku akan menjawab kamu?" tantang Jacqueline yang sekarang dengan berani melingkarkan lengannya ke leher pria itu dan menarik Warren ke tubuhnya, dada pria itu yang terdapat bulu – bulu halus menggesek payudara Jacqueline yang mengeras, dan Jacqueline sekarang dapat merasakan betapa kuat pria itu diatasnya.

"Apa yang sebenarnya Adian lakukan Jack?" tanya Warren mengganti topik pembicaraan seolah – olah mereka baru saja tidak melakukan apapun. Jacqueline terkejut karena Warren menanyakan hal itu kepadanya, karena sebelumnya pria itu tidak pernah bertanya dan Jacqueline pikir kalau bagi Warren, Adian tidak penting.

"..."

"Jack?"

"..."

"Penting bagi aku untuk tahu," kata Warren kepadanya.

"Kenapa?"

"Karena ini," Warren menurunkan tubuhnya dan memainkan bagian tubuhnya yang mengeras ke bagian tubuh Jacqueline yang paling sensitif, membuat Jacqueline mengerang menikmati hal itu, "Ini milik aku, dan semua tubuh bagian tubuh kamu. Aku tidak mau Adian melukai kamu lagi. Mengerti?"

"..."

"Jack?"

"Please, jangan bicarakan ini sekarang," suara Jacqueline berubah menjadi parau dan ia menginginkan sesuatu yang lebih. Ia ingin pria itu memasukinya. "Please..." kembali Jacqueline mengerang dan Warren mengetahui bahwa wanita itu menginginkan dirinya.

"Jack, janji kepadaku. Aku tidak akan bertanya siapa Adian dan apa yang kamu lakukan dengan uangku..."

"..."

"Adian tidak akan kembali ke dalam hidup kamu bukan?"

"Tidak," Jacqueline yakin suaranya sudah sangat menyakinkan walaupun ia tahu dirinya sendiri berbohong kepada pria itu. "Tidak, Adian tidak akan kembali ke hidup aku."

"Aku benci melihat apa yang menjadi milikku terluka Jack," bisik Warren dikupingnya.

"Milik kamu ya?" tanya Jacqueline, "Hanya sebulan sayangnya."

"Sayangnya?" Warren mengerutkan dahinya.

"Ya kan?" balas Jacqueline memastikan.

"Tidak setelah aku memasukimu Jack," bisik pria itu yang diikuti oleh tubuh Warren yang memasukinya perlahan dan dengan irama yang membawa Jacqueline melayang.

*

Biarkan aku mati seperti ini...

"Jacqueline?" suara itu memanggil namanya.

Aku menginginkan dirinya yang seperti ini saja.

Biarkan aku pergi sekarang. 

EAT, METempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang