TIGA PULUH

162K 13.8K 1.1K
                                    

"Apa?" tanya Jacqueline sekali lagi.

"Kamu keluar dari rumah saya," jawab Warren dengan sangat mengesalkan.

Jacqueline melihat jam tangannya yang menunjukkan pukul lebih dari tengah malam dan bertanya kepada Warren dengan kesal, "Bapak sudah tidak waras?"

"Kalau saya menginginkan kamu keluar dari rumah ini, itu hak saya bukan?"

Jacqueline menatap Warren dan menyipitkan matanya, "Sekarang juga saya harus pergi? Karena alasan apa? Tidak bisa saya pergi besok pagi? Bukan karena saya ingin berada di rumah ini lebih lama... Tapi kalau sampai Max..."

Warren lalu memotong kata – katanya dan pria itu berkata, "Jack, bukannya saya sudah pernah bilang kalau kamu jangan terlalu dekat dengan anak saya?"

"Memang tidak pernah dekat Pak! Yang saya maksudkan adalah..."

Sebelum Jacqueline menyelesaikan kata – katanya Max berlari kearahnya, mengejutkan dirinya dan Warren, "Jackie, kamu mau pergi?"

"Max, daddy pulang," Warren berusaha untuk menarik perhatian Max namun Max terus memeluk kaki Jacqueline.

"Tidak Max, tapi aku harus..."

"Jackie, jangan pergi. Jangan pergi meninggalkanku seperti daddy dan mommy," bisik Max. Jacqueline melihat mata Max yang sudah berair dan Jacqueline dengan impulsif menggendong Max ke pelukannya.

"Max jangan menangis," bisik Jacqueline kepada Max.

"Turunkan anak saya Jack," Warren mengatakan kata – kata itu dengan keras namun ketika Warren melakukan itu Max memeluk Jacqueline semakin erat.

"Jackie, jangan dengarkan daddy," Max kembali bergumam ditelinganya.

"Max, daddy sudah pulang. Biar daddy lihat mana jagoan daddy, do you miss me?" Warren kembali mencoba untuk menarik perhatian Max namun Max sama sekali tidak bergerak dari pelukan Jacqueline.

"Max, aku harus pergi, go on, hug daddy," Jacqueline menurunkan Max dan membiarkan Max berjalan kepada Warren.

"Jahat," ketika Max berjalan kearah Warren, Max yang sudah menangis mengatakan kata – kata tersebut kepada Warren. "Daddy jahat karena meninggalkanku."

"Max..." Warren berjongkok sehingga sekarang dirinya dapat menatap Max yang menjaga jarak darinya. "Tapi daddy sudah kembali. Aku tidak akan kemana – mana lagi Max."

"Hanya Jackie yang baik denganku," Max kembali menangis dan Jacqueline hanya berdiri dibelakang Max, menyaksikan semua hal itu.

"Tapi Jackie tidak bisa selamanya tinggal bersama kita," jelas Warren.

"Like mommy? Mommy pergi meninggalkan aku."

"Max..." Warren tidak bisa berkata – kata. Max membalikkan badannya dan kali ini menatap Jacqueline, "Jackie, kamu bilang kamu tidak akan pergi."

"Max, memang aku tidak..."

"Aku tadi mendengarnya, tadi aku tidur dan aku mendengar kalian berbicara," Max berusaha untuk menjelaskan. "Aku mendengarnya Jackie, kamu akan meninggalkanku."

Warren tidak tahu lagi harus menjelaskan dengan cara apa untuk membuat anaknya mengerti, "Max, dengarkan daddy, Jack tidak akan kemana – mana."

Tapi kamu mengusirku, pikir Jacqueline dengan bingung.

"Benar Jackie?" Max tidak bertanya kepada Warren dan hanya menatap Jacqueline yang tidak bisa berkata – kata.

"Jackie, aku lebih menyukaimu daripada daddy dan mommy," Max mengucapkan kata – kata itu seolah – olah Warren tidak berada diruangan itu.

"Max, tatap aku," Warren mencoba membalikkan tubuh Max yang kecil kearahnya, "Kita hanya akan berdua sekarang. You and me, dan itu cukup."

"Kenapa daddy harus mengusir Jackie? Kenapa daddy tidak bisa membuat Jackie bersama dengan daddy?" pertanyaan Max membuat Warren bingung.

"Kalau mommy pergi, Jackie bisa menggantikannya. Benar kan daddy?" tanya Max sekali lagi yang sekarang membuat Warren dan Jacqueline saling bertatapan.

"Max, aku tidak mencintai Jack," Warren berusaha menjelaskan kepada Max situasi ini.

"Kalau begitu daddy mencintai mommy?"

"Benar," Warren mengangguk.

"Where's mommy then?"

Warren tidak menjawab pertanyaan Max dan untuk sejenak ruangan tersebut menjadi hening, "Mommy tidak bisa lagi bersama dengan kita."

"Apa daddy harus mencintai Jackie?" balas Max yang sama sekali tidak mengerti dengan situasi ini.

"Jack... bukan wanita yang aku ingin cintai Max."

"Kalau begitu belajar daddy, karena sepertinya mommy is not going back walaupun daddy mencintainya." 

EAT, METempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang