ENAM PULUH SATU

172K 14.3K 1.3K
                                    

Malam itu Jacqueline kembali meminta tolong Alle untuk memilihkannya gaun yang cocok dan Alle dengan sangat cekatan memilihkannya gaun satin berwarna hijau tua dengan potongan tali spageti di pundaknya dan belahan dada yang cukup terbuka, membuat keseluruhan gaun itu terlihat begitu elegan ketika Jacqueline mengenakannya.

"Kalau Warren merobek gaun ini juga J, aku hanya berharap ia sadar akan harga gaun ini," kata Alle kepada Jacqueline yang sudah tersipu malu.

"Aku yakin ia bisa menemukan cara untuk membukanya tanpa harus merobeknya Alle," jawab Jacqueline.

"He better be, karena aku mulai berpikir uangku habis untuk kakakku yang tidak punya otak yang selalu merobek gaun – gaun yang begitu mahal ini," jawab Alle dengan sarkastik. "Sekarang pergilah, sebelum aku yang dirobek – robek oleh kakakku karena membuat kamu telat."

Jacqueline tersenyum dan memberikan kecupan hangat di pipi Alle, "Thank you Alle."

"No, thank you, kamu telah berhasil membuat istriku sangat senang Jacqueline," Jacqueline yang mendengar kata – kata Alle hanya dapat tersenyum sebagai balasan kepada pria itu.

"Bye Alle."

"Bye J."

*

Empat puluh menit kemudian ia sampai di lobi utama Hotel Mulia dan melangkah keluar dari pintu yang telah terbuka untuknya. Jacqueline berjalan menuju restoran hotel dimana Warren berkata mereka akan bertemu, namun ia tidak dapat menemukan pria itu.

Jacqueline memindahkan tas tangannya dari kiri ke kanan lalu menunduk untuk membenarkan gaunnya, dan ia terkejut ketika seseorang melingkarkan lengannya di perutnya dan mencium pundaknya yang terbuka, "Hei."

Jacqueline tahu kalau Warren yang memeluknya dan mencium pundaknya, dan hal itu membuat Jacqueline tidak bisa bernapas karena belum pernah sebelumnya pria itu melakukan hal ini dihadapan siapapun terutama di depan banyak orang, "Hmm..." gumam Jacqueline menanggapi Warren.

Napas Warren dipundaknya dan bibir pria itu yang terlalu dekat dengan lehernya membuat Jacqueline bergemetar. Warren lalu berbisik kepadanya dan berkata, "Sangat cantik."

"Sejak kapan kamu jadi..."

"Baik?" tanya Warren menyelesaikan kata – katanya.

"Iya," jawab Jacqueline.

"Sejak aku berpikir, kalau kita bertengkar, waktu satu minggu kita akan lebih cepat berakhir," bisik Warren.

"Hmm, kamu hanya mau gaun ini di lantai ya?" tanya Jacqueline.

"Aku harus merobeknya?" tantang Warren.

"Alle bilang kalau kamu merobek gaun ini kamu harus membayarnya," balas Jacqueline.
Warren tersenyum dan mencium rambut Jacqueline, "Deal."

Manager hotel yang telah lama mengenal Warren menghampiri mereka dan memberikan ia menyapa Warren dengan begitu sopan dimana Warren membalasnya, "Senang bertemu dengan anda lagi Ms. Katana."

Robbie Katana membawa Warren juga Jacqueline ke sebuah ruangan privat dimana beberapa pelayan lainnya yang terlihat rapih dengan seragam mereka sudah menunggu, lalu Robbie berkata, "Mr. Tjahrir, apa kita bisa memulai dengan appetizer dan cocktails?"

EAT, METempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang