Ketika akhirnya mereka sampai kerumah dua jam kemudian, Jacqueline sama sekali tidak membalas kata – kata Warren kepadanya soal pria itu yang cemburu melihatnya dengan pria – pria lain. Jacqueline tidak mengerti lebih tepatnya.
Ia tidak mengerti dengan apa yang Warren katakan kepadanya, yang ia tangkap adalah pria itu yang ingin membuat Catherine marah dan hanya itulah satu – satunya alasan yang masuk akal dipikirannya.
"Mau kemana?" tanya Warren ketika Jacqueline berjalan memasuki rumah dan menaiki tangga.
"Tidur Pak Warren," jawab Jacqueline dengan kesal.
"Kita belum selesai berbicara."
"Saya sudah selesai berbicara, Bapak bias berbicara dengan saya besok," jawab Jacqueline dengan kaku.
Warren lalu menangkap lengannya dan memutar badannya sehingga Jacqueline sekarang menghadap kepadanya, "Fine, kita sudah sendiri sekarang Jack, apa kamu puas membuat aku seperti orang gila malam hari ini?"
"Saya yang membuat Bapak gila? Saya sama sekali tidak merencanakannya. Saya hanya diundang Alle hari ini."
Warren dengan kesal membalas Jacqueline yang keras kepala dengan bertanya, "Tapi kamu tahu aku akan datang sialan!"
"Terus?" jawab Jacqueline tidak mengerti.
"Dan kamu tahu kalau aku tidak suka kamu yang berpakaian seperti ini."
Jacqueline dengan polosnya dan datar berkata, "Tapi kita kan bukan apa – apa Pak Warren. Bapak mau marah, cemburu, kesal, atau apalah yang Bapak lakukan tadi di pesta, pada akhirnya juga saya tidak tahu apa yang harus saya lakukan."
Warren menarik tubuh Jacqueline hingga sekarang kembali Jacqueline berada di dekapan pria itu, "Um, Pak Warren, Bu Catherine sudah tidak ada disini..."
"Sial Jack, aku harus bagaimana lagi mengatakannya?"
Jacqueline menaikkan kedua bahunya dan mencoba untuk tidak terlihat begitu tegang di dalam dekapan Warren, "Mengatakan apa?"
"Kalau aku..." Warren lalu mencopot jepitan sanggul Jacqueline dan rambut sebahunya terurai karenanya, "Kalau aku membenci rambut kamu seperti ini."
"Pak..." Jack, jangan bernapas.
"Brengsek Alle mencium kamu disini karena rambut kamu," lalu Warren menurunkan wajahnya dan mencium Jacqueline dilehernya.
Jacqueline mengerang dan mencoba untuk melepaskan dirinya dari tubuh Warren, "Wa—Warren..."
"Katakan sekali lagi Jack," Warren tersenyum seakan – akan ia baru saja memenangkan sesuatu yang sangat berharga ketika akhirnya Jacqueline menyebutkan namanya.
"Warren..." Jacqueline kembali mengerang ketika Warren menurunkan bibirnya ke lehernya dan kali ini memainkannya dengan lidah pria itu.
Warren yang terlalu menyukainya, menahan dirinya untuk sesaat dan menatap Jacqueline dengan berkata, "Kedua, gaun ini Jack, aku tidak yakin gaun ini akan pernah kamu pakai lagi, karena aku akan membakarnya dan menghancurkannya."
Jacqueline menatap Warren dan ia menyipitkan matanya, "Aku tidak yakin Alle akan senang dengan itu."
"Persetan dengannya Jack."
"Tapi gaunnya mahal."
"Kamu ingin melihat aku membunuh orang kalau begitu?"
"And—Kamu mau membunuh siapa?"
"Siapapun yang melihat kamu dengan gaun ini lagi," suara pria itu menjadi berubah lebih dalam dan lebih parau, membuat Jacqueline sadar apa yang telah ia perbuat kepada pria itu.
Tapi hanya untuk memastikan Jacqueline berhenti sejenak dan berpikir, lalu bertanya kepada Warren, "And—kamu, kamu maksud aku, eh... ummm... sedang bermain – main ya?"
Warren lalu menatapnya kembali dengan kesal, "Jack, jangan mulai lagi."
"Kita hanya menikah untuk satu bulan. Bukan ini perjanjiannya."
"Kamu sangat peduli dengan perjanjian pernikahan kita?"
"Kamu tidak peduli?"
"Tidak."
"Bu Catherine?"
Warren lalu menjawab, "Kamu ingin melihat aku kembali kepadanya?"
"Kalau itu yang kamu inginkan."
"Aku belum memikirkannya. Karena sialan Jack, berhenti melakukan ini kepadaku."
Jacqueline menjawab dengan bertanya kembali kepada Warren, "Melakukan apa?"
"Kamu benar – benar tidak menyadarinya ya? Kalau rambut ini, gaun ini, kamu. Ya, kamu, semua tentang kamu membuat aku ingin marah dan ingin membuat kamu mengerti kalau aku tidak menyukainya."
Jacqueline menyerah dan ia bertanya, "Sudah, kamu hanya akan memperjelas kata – kata kamu dan mencium leher aku, lalu aku sudah bisa tidur sekarang?"
"Tidur?" Warren menurunkan tangannya dan celah gaun merah Jacqueline yang menampakkan hampir seluruh paha atasnya dan mengangkatnya, lalu mendekatkannya kepada tubuh hangatnya yang sudah mengeras karena wanita itu, "Menurut kamu aku bisa tidur sekarang?"
Jacqueline merasakan tenggorokannya begitu kering dan untuk pertama kalinya dalam hidupnya sesuatu bangun dalam dirinya, "Hmmm, oh ya?"
"Kamu sedang menyindir aku dengan sarkasme kamu?"
"Tidak, aku sedang menantang kamu."
Tangan Warren kembali bermain di celah terbuka gaun itu, mencoba untuk mencari kaitan celana dalam Jacqueline, namun ia tidak menemukannya, "Aku yang sudah bodoh dan tua, atau aku sama sekali tidak bisa meraih celana dalam kamu Jack?" Warren menggumamkan kata – kata itu dan berlama – lama menaruh tangannya di paha Jacqueline.
Jacqueline menggigit bibirnya dan membalas pria itu dengan nakal, "Aku tidak memakainya malam hari ini."
Warren dengan marah bertanya, "Siapa yang menyuruh kamu untuk... Kalau aku sampai tahu ini kerjaan Alle, aku akan membunuhnya besok!"
Jacqueline kembali menggigit bibirnya dan membisikkan kata – kata yang menantang kepada Warren, "Sebaiknya kita selesai bertengkar sekarang bukan? Bukannya lebih mudah kalau aku tidak mengenakannya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
EAT, ME
RomanceThis work is protected under the copyright laws of the Republic of Indonesia (Undang - Undang Hak Cipta Republik Indonesia no. 19 tahun 2002). Any reproduction or other unauthorised use of the written work or artwork herein is prohibited without the...