TIGA PULUH TUJUH

150K 12.7K 782
                                    

Dua hari kemudian, bagi Jacqueline, Warren dan Max, segalanya menjadi sebuah rutinitas yang tidak bisa mereka hindari bertiga. Warren akan turun ke lantai bawah dan menemukan Jacqueline di ruang makan bersama dengan Max, dan ketika Jacqueline pulang dari kuliahnya, ia akan selalu menemukan Warren yang sudah pulang dari kantor sebelumnya.

Pagi itu Warren turun dari kamarnya dan seperti dua hari sebelumnya menemukan Jacqueline sudah duduk bersama dengan Max di meja makan dan menikmati sarapannya. "Okei Max, aku akan pergi sekarang," Jacqueline berdiri dari mejanya dan Warren mengerutkan dahinya.

"Kenapa kamu selalu pergi ketika saya datang?" tanya Warren dengan bingung.

"Jangan terlalu dekat dengan anak saya Jack, bukannya itu kata – kata Bapak?" jawab Jacqueline dengan kesal.

"Benar dan memang seharusnya seperti itu, tapi bisa kamu tidak membuatnya begitu jelas seakan – akan saya orang jahat di hidup kamu dan juga di hidup Max?" Warren menurunkan lengan kemejanya dan mulai mengikat dasi yang masih tergantung di lehernya.

"Saya bingung, mau Bapak apa?"

"Sebenarnya tidak ada. Tapi hari ini seperti yang kamu tahu adalah peluncuran film Default Sunshine dan saya perlu kamu untuk datang."

"Sebagai asisten Bapak atau..."

"Sebagai asisten saya Jack, menurut kamu saya sebegitu bodohnya dan akan membiarkan semua orang tahu kalau kita sudah menikah?"

Jacqueline lalu menjawab Warren dengan berkata dengan berkata, "Yang saya maksud sebagai sekretaris anda atau sebagai pengasuh Max, menurut Bapak saya juga bodoh ingin semua orang tahu kalau saya telah menikah dengan anda?"

"Bagus kalau kamu telah mengerti. Max tidak akan kemana – mana malam ini," jawab Warren dengan sangat mengesalkan.

Max yang sedari tadi hanya mendengarkan tiba – tiba mengikuti pembicaraan diantara mereka berdua, "Daddy, kenapa aku tidak boleh ikut?" tanyanya kepada Warren.

"Karena akan terlalu malam Max, aku dan Jack harus menghadiri acara ini tanpa kamu, it's okay right?"

Max yang tidak terlihat marah sama sekali berdiri dari tempat duduknya lalu mendekati Warren, "Daddy, tidak apa – apa."

"Kamu setuju?" tanya Warren dengan bingung karena anaknya tidak marah sama sekali.

"Aku suka. Daddy dan Jackie," jawab Max.

Warren mengacak – ngacak rambut Max dan Jacqueline hanya dapat mengerutkan dahinya karena ia bingung dengan kata – kata Max yang menyukainya dengan Warren.

"Hmm, kalau begitu apa yang saya harus lakukan disana Pak Warren? Saya ada kelas malam ini..."

"Ada beberapa tamu undangan saya yang harus kamu jamu Jack, tidak sulit. Kamu tidak usah mengikuti kelas apapun malam ini, kamu mengerti? Batalkan rencana apapun yang kamu sudah rencanakan dan Max akan dijaga oleh Rara malam ini sampai kita pulang," perintah Warren kepada Jacqueline.

Sialan, kalau ia tidak mengikuti kelas malam ini, Jack akan ketinggalan pelajaran yang sangat penting. Sialan.

"Jam berapa?" tanya Jacqueline kepada Warren.

"Tujuh, datanglah tepat waktu Jack, karena aku benci orang yang telat."

*

Jacqueline sengaja membuat dirinya telat dan ketia ia sampai malam itu, ia telah memeriksa jamnya dan Jacqueline merasa bahagia karena sekarang ia benar – benar sudah telah, bagus, tujuh lewat empat puluh menit...

EAT, METempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang