EMPAT PULUH EMPAT

154K 14.1K 668
                                    

Kendranata Alle Tjahrir berjalan dengan cepat karena ia tahu ibunya sama sekali tidak menyukai anak – anaknya datang terlambat. Ia lalu menatap jam tangannya dan berkata kepada dirinya sendiri, "Shit, aku benar – benar terlambat." Kendranata yang lebih sering dipanggil Alle oleh semua orang yang mengenalnya secara dekat, setengah berlari membuat beberapa mata memandanginya menuju restoran Jepang tempat ia akan bertemu dengan ibunya.

Hari ini ibunya memintanya untuk datang dan ketika ibunya bertanya apakah hari ini ia tidak ada jadwal syuting, permintaan itu berubah menjadi perintah yang harus Alle turuti. Ketika ia sampai di depan pintu masuk restoran, dengan cepat ia mengatakan nama ibunya, "Rachel Tjahrir," dan seorang pelayan mengangguk membawanya masuk ke dalam restoran.

Alle sama sekali tidak tahu apa yang ibunya inginkan karena tidak biasanya ia mendapatkan panggilan seperti ini, tidak seperti kakak – kakaknya, ibunya jarang memintanya untuk melakukan apapun. Namun Alle tahu kalau ibunya sekarang memerintahkannya untuk datang, Rachel Tjahrir menginginkan sesuatu darinya dan hal itu sangat penting.

Pelayan membuka pintu geser bambu ke ruang makan privat dimana Rachel tengah meminum teh dengan anggun dan sedikit menengadah ketika dirinya masuk. Rachel lalu menaruh cangkir tehnya perlahan – lahan dan tersenyum kepada Alle, "Kendranata Alle Tjahrir, menurut kamu jam berapa ini?"

"Sorry Ma, aku tadi ketiduran dan jalanan sedikit macet. Kemarin aku syuting sampai jam empat pagi."

Rachel tersenyum hangat kepada anak laki – lakinya yang terakhir dan terkecil, "Aku tahu, tapi tidak ada pria yang malas dan terlambat di dunia ini Ken, kalau sampai ada, pria itu bukan anak mama."

Alle tersenyum dan duduk dihadapan ibunya, ia tidak menanggapi kata – kata terakhir ibunya dan kali ini mengubah topik pembicaraan dengan cepat, "Apa apa Ma?"

"Apa kamu sibuk sekali? Ada jadwal syuting ke luar untuk tiga minggu kedepan Ken?" tanya Rachel kali ini dengan serius.

"Tidak ada Ma. Aku sibuk di Indonesia untuk tiga minggu kedepan. Ada apa?" Alle mengerutkan dahinya dan menatap bingung ibunya.

"Bagus."

"Jangan bilang Mama mau jodohin aku ya, aku sama sekali nggak mau dijodohin."

"Siapa bilang Mama mau jodohin kamu Kendranata?" tanya Rachel mengangkat kedua alisnya. "Kamu satu – satunya anak laki – laki Mama yang tidak perlu Mama khawatirkan."

Alle ketawa dan menjawab, "Karena aku tidak sebrengsek kakak – kakakku?"

"Tidak sebodoh mereka. Benar sekali."

"Ada apa?" tanya Alle.

"Mama perlu bantuan kamu Ken."

"Boleh, sebagai anak Mama, atau sebagai Ken Tjahrir aktor terbaik di Indonesia?"

"Dua – duanya," jawab Rachel.

"Okay," dengan cepat Alle menjawab.

Rachel melihat jam tangannya dan berkata, "Sebentar lagi orangnya akan datang Ken."

"Siapa?"

"Namanya Jacqueline. Istri kakak kamu."

"Yang mana? Marshall? Conrad?" tanya Alle dengan bingung. "Mereka tiba – tiba mempunya istri lain yang aku tidak ketahui?" tanya Alle lagi.

EAT, METempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang