EMPAT

211K 16.1K 170
                                    

Keesokkan harinya ketika Jacqueline sedang menyelesaikan pekerjaannya ketika Warren memanngilnya ke dalam ruangan pria itu.

"Ya Pak?" tanya Jacqueline.

"Putih atau merah?" tanya Warren kepadanya.

"Huh?" tanyanya dengan bingung. "Saya tidak mengerti pertanyaan Bapak."

Warren mendesah dan dengan bersabar berkata, "Menurut kamu, mawar putih atau mawar merah?"

"Saya tidak suka bunga Pak," jawab Jacqueline dengan jujur.

"Kalau begitu pilih saja yang mana lebih hmmm... cocok untuk Catherine," kata Warren dengan susah payah.

"Oh, merah Pak," jawab Jacqueline.

"Karena, hmmm... saya tidak tahu Pak, tapi merah," jawab Jacqueline kepada bos-nya tersebut.

"Okei, saya belum selesai Jack. Saya ingin kamu mengambil cincin di Tiffany's Plaza Senayan hari ini."

"Cincin?" tanya Jacqueline dengan bingung.

"Iya, cincin untuk Catherine," Warren menjawab sekali lagi dengan begitu sabar.

"Baik Pak, ada lagi?"

"Tidak, hanya itu saja," Warren lalu meminta Jacqueline untuk pergi dan Jacqueline meninggalkan ruangan bos-nya dengan menghela napas panjang.

*

Siang itu Jacqueline pergi mengunjungi Tiffany's dan ketika ia masuk ke dalam toko perhiasan mahal tersebut, salah satu staf mendatanginya dan bertanya, "Ada bisa saya bantu?"

"Uhmm... saya ingin mengambil cincin untuk Mr. Warren Tjahrir," jawab Jacqueline dengan sedikit canggung.

"Baiklah, bisa anda tunggu sebentar saya akan ambilkan," staf tersebut berkata.

Tidak disangka beberapa menit kemudian Jacqueline disambut oleh manager toko tersebut yang membawa cincin berlian besar di salah satu nampan hitam beludru. "Hi, saya Angela Sang, manager disini, saya dengar anda akan mengambil cincin ini untuk Mr. Tjahrir?"

"Benar," jawab Jacqueline.

"Ms. Catherine Nasverindra adalah wanita yang sangat beruntung karena mendapatkan cincin ini," jelas Angela kepadanya.

"Berlian yang Mr. Tjahrir minta sangat spesifik, princess cut, five carats white French diamonds. Benar – benar sangat indah bukan?" Angela mengangkatnya dan menunjukkannya.

"Tentu saja," jawab Jacqueline tidak tertarik sama sekali. Tugasnya adalah mengambil cincin itu dan memberikannya kembali kepada Warren, ia tidak peduli apa bentuk cincin tersebut.

"Saya tidak pernah menyangka Ms. Catherine akan akhirnya mengikat janji dengan Mr. Tjahrir, karena hubungan mereka yang sudah lama begitu stabil dan tidak ada tanda – tanda mereka akan menikah."

"Hmmm..." jawab Jacqueline dengan gumaman.

Angela menatap Jacqueline dan berkata, "Cincin ini benar – benar impian semua wanita bukan?"

"Eh... iya..." jawab Jacqueline dengan ragu.

"Saya akan kebelakang sebentar untuk menyiapkan berkas – berkas yang diperlukan, anda bisa menunggu sebentar?" Angela bertanya.

"Tentu saja," Jacqueline menjawab dengan sabar.

Jacqueline menatap cincin itu dihadapannya dan entah mengapa ia begitu tergelitik ingin memegangnya. Jack, stop it.

Namun tangan Jacqueline menyentuhnya dan ia memainkannya. Indah, adalah kata yang terbayang dipikirannya. Lalu Jacqueline menaruhnya kembali sebelum Angela kembali, untuk pertama kalinya ia harus mengakuinya kalau Catherine Nasverindra sangat beruntung mendapatkan cincin ini.

Lalu ia tersenyum, namun tentunya, Catherine harus menikah dengan bos-nya yang bernama Warren Tjahrir. Bos sialannya itu. 

EAT, METempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang