Sudah dua hari Min Ah membolos sekolah. Mama mendadak kena tifus dan harus dirawat di rumah sakit. Min Ah memilih membolos sekolah demi menjagai mamanya. Diam-diam Min Ah berharap, kalau dia menghilang dari sekolah selama 2 hari, mungkin saja rumor tentang insiden keracunan makanan di kelas akan mereda.
Semakin lama peristiwa itu berlalu, orang cenderung cepat lupa, kan?
Tapi dugaannya meleset. Menghilangnya dirinya justru membuat rumor di sekolah berkembang jauh lebih parah dan tidak terkendali. Shin Ji Min—sahabat terbaik Min Ah, sekaligus satu-satunya gadis di sekolah yang masih mau berteman dengannya—menceritakan rumor-rumor yang didengarnya pada Min Ah begitu dia kembali masuk sekolah.
"Gara-gara kau membolos, rumor yang beredar makin gila-gilaan. Anak-anak menduga Kepala Sekolah memintamu mengundurkan diri dan pindah sekolah gara-gara insiden kemarin! Yang lain bilang, kau sengaja balas dendam dengan memasukkan racun supaya teman-teman pada keracunan makanan! Yang paling gila, ada yang menyebarkan gosip begini: jangan sampai bertatapan mata denganmu, sudah pasti kena nasib sial! HA! Idiot mereka semua," Ji Min berkacak pinggang, "Apa mereka tidak lihat, aku setiap hari menatapmu, ngobrol denganmu, jalan bersamamu.... dan aku sehat-sehat saja, tuh!"
Min Ah meringis, tidak tahu bagaimana dia harus bersikap.
"Aku jadi penasaran, siapa yang memulai gosip-gosip ini. Berani taruhan, pelakunya pasti salah satu di antara teman-teman sekelas kita. Awas saja kalau ketahuan, akan kuhajar habis-habisan!" Ji Min mengepalkan tinjunya dengan tatapan berapi-api.
Min Ah hanya tersenyum tipis mendengar Ji Min marah-marah.
Gosip-gosip itu memang membuat hari-harinya terasa berat. Rumor tentang dirinya sudah lama sekali beredar, bahkan sejak dia mulai bersekolah. Min Ah tidak bisa bilang bahwa dia sudah kebal jadi bahan gosip, walaupun dia sudah menjadi obyek dari gosip-gosip ngawur itu selama bertahun-tahun. Gosip-gosip itu membuat Min Ah nyaris tidak punya teman, gara-gara semua gadis takut dekat-dekat padanya, takut ketularan sial.
Tapi di tengah segala tekanan yang dirasakannya, Min Ah bersyukur ada Ji Min yang menguatkannya. Hanya Shin Ji Min dan Lee Da Won—sahabat laki-lakinya sejak kecil—yang tetap mau berteman dengannya hingga saat ini.
Min Ah sangat bersyukur punya sahabat seperti Ji Min. Karena Ji Min juga, dia akhirnya bersekolah di sini. Min Ah memutuskan mengikuti Ji Min masuk ke SMA khusus putri ini karena tidak ingin berpisah dengan sahabatnya itu. Pilihannya masuk ke SMA ini membuat Da Won—yang masuk ke SMA berbeda—jadi sebal dan mendiamkannya selama dua minggu penuh.
"Kenapa malah senyum-senyum sih? Apa kau tidak marah, seharian jadi obyek gosip satu sekolah? Kalau jadi kau, aku pasti sudah ngamuk-ngamuk!" Ji Min bertambah jengkel melihat Min Ah yang malah senyum-senyum begini.
Bel sekolah berbunyi. Min Ah bersorak, mengabaikan protes Ji Min. "Oh, sudah waktunya pulang!"
"Benarkah? Tapi ini kan masih siang?" tanya Ji Min heran. "Ah! Aku lupa kalau ini hari Sabtu!" gadis itu menepuk jidatnya. Dia berdecak. "Sekolah sampai malam setiap hari benar-benar membuatku gila," gumamnya.
Min Ah buru-buru memasukkan barang-barangnya ke dalam tas. Dengan ekor matanya, dilihatnya teman sekelasnya mendadak berkumpul dan menggosip begitu Pak Guru meninggalkan kelas.
"Dua cowok ganteng itu nongkrong lagi di depan gerbang sekolah kita!"
"Benarkah?"
"Kemarin dia juga ke sini, kan? Apa pacarnya salah satu murid sekolah kita?"
Min Ah menoleh mendengar pembicaraan mereka dan bertanya-tanya heran. Ada laki-laki yang nongkrong di depan gerbang sekolah?
Begitu menyadari Min Ah sedang menatap mereka, gadis-gadis itu langsung mengkeret, menghindari tatapannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Click Your Heart Fanfiction
FanfictionKwon Min Ah adalah murid SMA putri yang dijauhi teman-temannya. Julukannya Si Gadis Pembawa Sial. Semuanya murid yang terlibat dengannya, bisa dipastikan langsung kena celaka. Gadis yang aslinya periang dan menyenangkan itu sering berubah murung ga...