Min Ah memencet bel rumah Ji Min. Terdengar bunyi kelontangan disusul derap langkah kaki yang berlari menuju gerbang. Pintu gerbang terayun membuka, menampakkan wajah Ji Min yang tersenyum ceria. "Kau datang pagi sekali," sapanya.
Min Ah balas tersenyum. "Bukankah kita memang janji belajar bersama jam 10? Memangnya Da Won belum datang?"
Ji Min mempersilahkan Min Ah masuk. "Maaf, rumahku sekarang benar-benar berantakan. Benar-benar tidak layak huni. Kan sudah kubilang, kita belajar di tempatmu atau Da Won saja."
Seorang bocah laki-laki langsung berlari menghampiri Min Ah. "Noona!" Ji Seok berlari dan mendekapnya erat. Min Ah tersenyum dan mengelus puncak kepala bocah itu.
"Kalau kau pergi ke rumah kami, siapa yang akan menjaga Ji Seok?" tanyanya pada Ji Min. Min Ah menyodorkan tas berisi kotak bekal pada gadis itu. "Nih, Mama titip makanan untuk kalian,"
"Bibi membawakan makanan? Yes!" Ji Seok melepas pelukannya dan bersorak.
Ji Min menepuk puncak kepala adiknya. "Bilang terima kasih banyak," perintah Ji Min pada Ji Seok. "Terima kasih, Min Ah. Ji Seok suka sekali makan masakan Mamamu. Aku berani bertaruh, kalau tidak ada kau, pasti sudah dia habiskan semua makananya."
"Aku kan dalam masa pertumbuhan. Wajar saja kalau makanku banyak," Ji Seok meleletkan lidah pada Ji Min. "Tinggiku bahkan sudah hampir menyaingi Noona sekarang, padahal Noona sudah SMA."
Ji Min berkacak pinggang. "Anak nakal! Sekarang setelah kita tinggal berdua, kau jadi berani pada Noona, ya?" Ji Min langsung mengejar Ji Seok, berniat menghadiahkan cubitan di pipi adiknya yang tembam. Min Ah berlari mengikuti keduanya masuk ke dalam rumah. Untuk pertama kalinya dalam beberapa hari terakhir, Min Ah bisa tertawa lepas. Ditinggalkannya pintu gerbang terbuka begitu saja.
Rumah Ji Min memang jadi berantakan, tidak serapi saat ada orang tuanya. Tapi suasana di rumah ini sama sekali tidak berubah. Tetap hangat dan ceria. Sekalipun Ji Min dan Ji Seok terlihat lebih kurus, keduanya tetap terlihat gembira.
"Ji Seok, habis makan langsung masuk kamar. Jangan berisik, Noona mau belajar," kata Ji Min saat mendorong Ji Seok ke meja makan. Gadis itu lalu melangkah kembali ke ruang tamu.
"Rumahmu tidak sehancur yang kukira," gumam Min Ah sambil melihat-lihat ruang tamu. Tidak banyak yang berubah selain perabot yang berkurang. Ruang tamu hanya terlihat sedikit lebih lengang.
"Aku baru saja bersih-bersih rumah, karena tahu kalian akan datang. Kau tidak tahu betapa menyiksanya mengepel seisi rumah," keluh Ji Min. "Kadang-kadang aku bahkan bersyukur akan pindah. Rumah yang besar itu merepotkan. Jadi susah membersihkannya," Ji Min menunduk dan mulai menata buku-bukunya di atas meja.
Diam-diam Min Ah memperhatikan Ji Min. Keluarganya cukup mapan dan berada, tapi mendadak semuanya hilang. Sekalipun begitu, Ji Min jarang sekali mengeluh. Gadis itu benar-benar tanggung. Membuat Min Ah diam-diam salut sekaligus jadi malu pada Ji Min. Dibandingkan Ji Min, daya juangnya tidak ada apa-apanya sama sekali.
"Lee Da Won tidak biasanya telat," gumam Ji Min sambil menekan-nekan layar ponselnya, mengecek pesan. "Oh ya, kalian kan bisa dibilang bertetangga. Kenapa tidak berangkat bersama?"
Min Ah menghembuskan napas panjang. "Itu dia. Sewaktu aku ke rumahnya, mamanya bilang Da Won sudah berangkat. Makanya kukira dia sudah sampai duluan."
"Dia tidak menghubungimu?"
Min Ah menggeleng. "Lee Da Won mulai mendiamkanku lagi," keluhnya. "Benarkah Da Won pasti datang? Apa yang bisa kita lakukan kalau tanpa Da Won? Maaf ya Ji Min, aku yang mengusulkan untuk belajar bersama, tapi aku bahkan tidak bisa mengajarimu apa-apa," keluh Min Ah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Click Your Heart Fanfiction
FanfictionKwon Min Ah adalah murid SMA putri yang dijauhi teman-temannya. Julukannya Si Gadis Pembawa Sial. Semuanya murid yang terlibat dengannya, bisa dipastikan langsung kena celaka. Gadis yang aslinya periang dan menyenangkan itu sering berubah murung ga...