#25 : Na Ttaemun-e

189 16 0
                                    


Ro Woon mengacuhkan para anggota tim bisbol yang ada di ruang ganti. Mereka bergantian menanyakan soal kondisi tangannya.

Kenapa mereka penasaran sekali, sih? Mengganggu saja! Batin Ro Woon sebal. Haruskah dia membuka perbannya dan menunjukkan lukanya pada mereka? Lagipula luka yang nampak di luar sama sekali tidak parah. Otot-otot tangannya lah yang mengkhawatirkan, karena menerima beban terlampau berlebihan.

Satu pesan masuk ke ponselnya. Dari si murid pindahan, Kwon Min Ah. Ro Woon meraih ponsel dan membaca pesan itu.

Tanganmu tidak apa-apa? Kurasa lebih baik kau melakukan wawancara dengan orang lain saja. Maaf.

Ro Woon mendengus tak percaya membaca pesan yang dikirim murid pindahan itu padanya.

"Wah, dia bahkan tak meminta maaf langsung padaku. Kau pikir aku akan membiarkanmu? Gadis ini benar-benar..." dengan gemas Ro Woon mengetik pesan balasan.

Ke sini sekarang. Kau bahkan belum minta maaf langsung padaku.

Ro Woon menekan tombol kirim kuat-kuat.

"Maaf, Hyung. Aku bukannya mau mengerjai pacarmu. Hanya saja aku penasaran, gadis seperti apa yang kau suka," gumam Ro Woon sambil membaca ulang pesannya.

Murid pindahan itu tak membaca pesannya lagi.

Apa dia mengacuhkan Ro Woon?

"Awas kalau kau tak muncul," gumam Ro Woon sambil meletakkan ponselnya di dalam tas. Sambil menunggu gadis itu muncul, sebaiknya dia berganti baju dan mandi.

Sebenarnya diam-diam Ro Woon mengkhawatirkan si murid pindahan. Apa dia baik-baik saja? Mendengar secara langsung Kepala Sekolah mengatainya hingga seperti itu... Pasti sulit bagi gadis itu. Ro Woon juga tidak ingin gadis itu memendam rasa bersalah padanya. Ro Woon tahu salahnya sendiri tidak hati-hati. Refleks tangannya lah yang membuat dirinya sendiri terluka.

Tapi lebih baik begini. Ro Woon tak bisa memaafkan diri sendiri kalau sampai gadis itu terhantam bola persis di hadapannya, sedangkan dia sama sekali tak melakukan apapun untuk menolong gadis itu. Lagipula, ada bagusnya juga tangannya terluka. Dia bisa istirahat sebentar dari latihan yang menyiksa, meski itu membuat bebannya memenangkan pertandingan Sabtu nanti jadi mengganda.

Selesai mandi, Ro Woon mengecek ponselnya. Gadis itu sudah membaca pesannya, namun sama sekali tak membalas. Ro Woon mengambil gulungan perban dari lemari dan duduk di bangku, berniat mengganti perbannya dengan yang baru.

"Mau kubantu?" tanya Jung Bin, anggota tim yang selama ini membantunya latihan dengan menangkap bola lemparannya.

Ro Woon menggeleng. "Aku bisa sendiri."

"Kalau begitu aku pergi," Jung Bin pamit dan meninggalkan ruang ganti, meninggalkan Ro Woon sendiri.

Ro Woon membuka gulungan perban dan mulai membebat telapak tangannya. Tapi membebat telapak tangannya dengan satu tangan kiri ternyata bukan pekerjaan gampang. Telapak tangan kanannya malah terbungkus total mirip kepompong, membuatnya tak bisa menggerakkan jari-jari sama sekali.

"Ck!" Ro Woon berdecak. Dibukanya bebatan perban itu dari tangannya. Bagaimana sih, ini? keluhnya kesal.

Saat Ro Woon melempar gulungan perbannya kesal, terdengar bunyi pintu diketuk. Si murid pindahan melangkah masuk. Dengan langkah ragu gadis itu menghampiri Ro Woon dan duduk di bangku sebelah. Ro Woon langsung memutar posisi duduknya menghadap gadis itu.

Click Your Heart FanfictionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang