#7 : Memory

239 20 1
                                    

Laki-laki bertopi bisbol itu berlari-lari kecil menyusuri koridor. Saat didengarnya kabar soal Baek Ju Ho yang masuk sekolah hari ini, langsung ditinggalkannya lapangan olahraga saat jam istirahat demi mencari laki-laki itu. Namun ditelusur hingga di sudut-sudut sekolah pun, sosok Baek Ju Ho sama sekali tak terlihat.

Hanya satu tempat yang belum didatanginya. Atap sekolah.

Dan kini dia sedang menuju ke sana.

"Ro Woon ssi, kau tidak latihan?" seorang gadis menatapnya dengan pandangan memuja.

Laki-laki bertopi bisbol itu, Kim Ro Woon, menahan rasa jengkel. "Aku ada urusan," sahutnya singkat.

"Ro Woon ssi! Kim Ro Woon!" panggil gadis itu, tapi Ro Woon sudah berlalu. Kabur secepat mungkin, sebelum gadis itu mulai menempel dan mengikutinya kemana-mana seperti benalu.

Ro Woon baru berhenti berlari saat tiba di ujung tangga menuju atap sekolah. "Menyusahkan saja. Kenapa dia suka sekali membuntutiku? Memangnya aku idol?" keluhnya sambil membetulkan letak topinya. Perlahan dia menaiki tangga menuju atap.

Ro Woon yakin, Baek Ju Ho pasti ada di sini.

Dugaannya tepat, Baek Ju Ho dan temannya memang ada di atap. Laki-laki itu duduk dengan kaki kanan berselonjor, celananya tergulung hingga selutut, memperlihatkan lutut kanannya yang dibebat dengan deker.

"Hyung!" panggil Ro Woon. "Hyung, kenapa waktu itu kau berpura-pura tidak mengenalku? Oh, ada apa dengan lututmu?" Ro Woon duduk bersila di hadapan Ju Ho.

Baek Ju Ho mengangkat wajah, memberi Ro Woon dengan tatapan tajam. "Bukan urusanmu. Pergi sana!"

Kim In Seong menatap mereka berdua dengan cemas. Kim Ro Woon selalu membuat suasana hati Ju Ho jadi panas.

"Tapi, Hyung..."

"Jangan panggil aku Hyung!" bentak Ju Ho. "Aku bukan kakakmu."

Ro Woon menghela napas. Dia bertekad untuk tidak terpancing amarah. Toh dia sudah terbiasa menghadapi sikap dingin dan kasar Baek Ju Ho. Kali ini dia juga pasti bisa bersabar.

"Hyung! Iya, iya, Baek Ju Ho ssi," Ro Woon berdecak melihat Ju Ho melotot padanya, "datanglah ke rumah akhir pekan ini. Nenek mengadakan pesta ulang tahun."

"Itu kan Nenekmu."

"Kau ini...!" seru Ro Woon yang mulai kesal. "Mama sangat berharap kau datang, masa Hyung tidak tahu itu?!"

Ju Ho menatap datar Ro Woon. "Bilang padanya untuk jangan berharap," katanya singkat.

"Hyung! Apa kau tidak tahu betapa cemasnya Mama padamu? Dia selalu menangis kalau teringat padamu! Tidak bisakah kau memaafkannya? Biar bagaimanapun, kita ini kan keluarga! Dia satu-satunya ibumu, keluargamu!"

Ju Ho memejamkan mata. "Berisik sekali," katanya dingin. "Kau tidak mau pergi? Ya sudah, aku yang pergi."

Laki-laki itu bangkit berdiri dan berjalan pergi dengan langkah timpang. Amarah Ro Woon yang tadinya siap mendidih mendadak surut. Dia hanya bisa menghela napas. Kalau tahu Hyung terluka, Mama pasti akan cemas, batinnya dalam hati.

In Seong menepuk bahu Ro Woon, memberinya senyum menghibur. "Kau tahu kan, betapa keras kepalanya dia kalau sudah menyangkut soal ibunya,"

Ro Woon mengangguk. "Dasar Tsundere Hyung. Aku heran, kapan dia akan memunculkan sisi baiknya lagi."

"Tsundere?" In Seong mengernyit, tak mengerti.

"Itu, orang yang di luarnya terlihat dingin dan jahat, tapi sebenarnya di dalamnya baik. Itu istilah populer yang diambil dari karakter komik Jepang," Ro Woon menjelaskan. "Kau belum pernah dengar?"

Click Your Heart FanfictionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang