29. Eleanor

126 22 2
                                    

Author pov

"Papa yang keterlaluan! papa tega!" teriak mom Trisha dari kamarnya.

Kembali terdengad isakan dari mom Trisha.

Eleanor memang sudah tidur, dan menyadari hal itu. Namun ia tetap tidak bergeming, ia pikir itu suara tetangga yang bertengkar dengan suaminya dimalam hari seperti ini.

**

Cklek

Bibi membuka pintu kamar Eleanor yang tidak terkunci itu. Bibi berniat membangunkan Eleanor dari tidurnya.

Eleanor yang tersadar akan hal itu, langsung angkat berbicara. "Bi, lo lupa ya? ini hari Sabtu, Bi!!!" seru Eleanor yang masih memejamkan matanya.

Bibi menghentikan langkahnya dan terkekeh pelan, ia menepuk jidatnya kecil. "Oh iya. Maaf non, bibi lupa." Ujar bibi kemudian kembali keluar dari kamar Eleanor.

Eleanor kembali melakukan kegiatan tidurnya.

**

Eleanor membuka matanya. Sekarang sudah jam 10 pagi. Ia pun berjalan gontai menuju kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya.

Eleanor menuruni tangga satu persatu. Ia berjalan menelusuri ruang makan, dilihatnya makanan yang tersedia hanya sup. "Kok tumben banget sih mama cuman masak sup?" tanyanya heran.

Kebingungan, Eleanor berjalan ke dapur untuk menanyakannya pada si Bibi. Eleanor menepuk bahu si Bibi. "Bi" panggil Eleanor.

"Non, udah bangun? ada apa, non?" tanya bibi menoleh pada sumber suara.

"Sayurnya beneran cuman sup aja, Bi? kok mama tumben sih cumab masak sup?" tanya Eleanor menautkan alisnya.

"Em- itu sup Bibi yang masak, non. Mamanya non gak tau kemana tuh, dari tadi pagi gak keliatan,"jawab si Bibi yang juga terlihat bingung.

Mata Eleanor membulat sempurna. "Bibi beneran gak tau mama kemana?" tanya Eleanor khawatir.

"Masa bibi bohong, non?"

Eleanor tidak menggubris si Bibi. Ia langsung saja melesat ke kamar mamanya.

Tidak dikunci.

Cklek.

So messy.

Kamarnya mama kosong. Papa juga gak ada. Kemana kiranya mereka? membuat Eleanor semakin cemas.

Tiba-tiba Eleanor teringat akan teriakan pertengkaran kemarin malam. Suara itu memang terdengar samar-samar. Tapi membuat Eleanor semakin khawatir. Apakah itu pertengkaran mama dan papanya?

Eleanor kembali lagi ke ruang makan. Ia harus makan, walaupun nafsu makannya sudah meluap entah kemana. Ia juga tidak mau sakit, mengingat dirinya yang sebentar lagi akan mengikuti ujian kelulusan.

Selesai sudah ia makan. Memang cepat sekali, karena ia hanya makan sedikit. Ya, setidaknya perutnya tidak boleh benar-benar kosong.

Eleanor kembali merenung dikamarnya. "Gimana ya kalo kemaren emang pertengkaran mama sama papa?" gumamnya khawatir.

Ia mengambil ponselnya yang tergeletak dinakas. Kemudian menghubungi nomor mamanya.

"Maaf, nomor yang anda tuju...."

"Shit!" gumamnya kesal.

Gak ada jawaban. Mungkin sudah 10 kali lebih ia menghubungi nomor mama tercintanya itu.

Zayn. Tiba-tiba ia terpikir oleh Zayn. Eleanor langsung saja melesat ke kamar Zayn.

Hatinya merasa terenyuh saat melihat kakak semata wayangnya itu. Sama seperti Eleanor yang berulang kali menghubungi nomor mamanya. Bahkan Zayn terlihat lebih terpukul daripada Eleanor.

ObsessedDonde viven las historias. Descúbrelo ahora