42. Elounor

190 25 1
                                    

Author pov

Louis berjalan menelusuri koridor kampusnya yang masih ramai dengan mahasiswa dan mahasiswi disini. Banyak sekali mahasiswi yang memandang tajam kearah Louis, seakan siap menyantap dirinya bulat-bulat. Louis balas menatap mereka hanya dengan bergidik ngeri.

Menyadari kelas yang sebentar lagi akan dimulai, Louis pun segera melesat masuk ke dalam kelasnya. Rasanya malas sekali harus belajar lagi. Pikirannya terasa sangat penat. Ah, untung saja menjelang skripsi hanya satu minggu lagi. Setelah itu ia bisa bersantai-santai dirumahnya dengan waktu yang sangat lama. Tepatnya sih, ia pasti akan mengisi waktu luangnya dengan kekasih barunya, Eleanor. Wanita beruntung yang bisa membuka pintu hati Louis kembali.

"Morning class"

Lamunannya terbuyar ketika mendengar suara Mr.Steve, yang entah sejak kapan sudah berada didepan kelas, dan siap untuk menerangkan materi hari ini.

***

Eleanor mengisi lembar ulangan dengan hati-hati. Hari ini adalah hari yang kedua untuk ujian kenaikan kelas dilaksanakan. Meskipun hari ini ujiannya Bahasa Inggris, tetap saja ia tidak mau melakukan kesalahan kecil yang membuat dirinya menyesal nanti.

Matanya memperhatikkan soal dengan hati-hati, benar-benar dengan teliti. Sudah cukup menyesal ujian Bahasa Inggrisnya tahun lalu mendapat nilai sembilan puluh delapan. Hanya karena salah disatu nomor, hilang sudah kesempatannya untuk mendapatkan nilai seratus.

Eleanor melirik jam dinding yang terdapat dikelasnya. Lima menit lagi ulangan hari ini akan dikumpul. Eleanor memeriksa jawabannya kembali.

"Time's up! Please collect your exam in my desk!" perintah Ms.Lily pada murid-murid yang masih sibuk memeriksa ulangan mereka masing-masing.

Eleanor berjalan untuk mengumpulkan kembali kertas ulangannya dengan yakin.

Perrie yang baru saja mengumpulkan ulangannya, segera mengambil tas sekolahnya dan berjalan menghampiri sahabatnya, Eleanor.

"Ele, bisa gak?"tanya Perrie sambil memainkan ponselnya.

Eleanor mengambil tasnya dan berjalan keluar kelas, ia mengangguk,"Bisa kok. Lo?"

Perrie mengikuti langkah Eleanor menuju parkidan dan mensejajarkan langkah mereka,"Bisa dongg,"jawab Perrie yakin.

Eleanor mengangguk,"Yaudah, gue pulang dulu ya?"

Perrie tersenyum,"Iya nihh, gue juga mau pulang. Hati-hati yaa,"pesan Perrie sebelum akhirnya memasuki mobilnya.

Eleanor pun mengendarai mobilnya dan kembali pulang ke rumahnya.

Sesampainya dirumah, ia benar-benar merasa kelelahan hari ini. Rasanya malas sekali melakukan sesuatu. Ia pun membaringkan tubuhnya dikasurnya yang berukuran besar dan nyaman itu.

Semuanya menjadi gelap. Eleanor tertidur dan siap menghadiri alam mimpinya.

**

Sama seperti Eleanor, selesai kelas, Louis segera kembali pulang kerumahnya.

Louis kembali sibuk dengan MacBooknya. Ia melanjutkan skripsinya yang harus ia selesai minggu depan. Rasanya tidak sabar ingin mengumpulkan tugas sialan ini, yang membuat kepalanya penat setiap hari, yang membuat dirinya jadi jarang berkomunikasi karena harus menyelesaikan tugas terkutuk bagi dirinya.

Tiga jam sudah ia sibuk mengerjakan tugas yang menyusahkan dirinya. Merasa lapar, ia pun melangkah keruang makan dan mengambil makanan untuk dirinya. Ia memang tidak suka mengulur waktu, jadi ia menikmati makanannya seraya mengerjakan tugasnya. Meskipun terasa ngantuk, namun tugasnya ini jauh lebih penting. Apa jadinya kalau dia tidak lulus, hah? Sia-sia saja selama ini ia belajar kalau tidak mendapatkan hasil yang memuaskan hatinya dan membanggakan kedua orangtuanya itu.

Siang hari berganti menjadi malam hari, langit juga sudah gelap. Sekarang sudah jam sembilan malam. Louis segera menutup MacBooknya, dan bergegas untuk segera mandi.

Selesai mandi, ia mengeringkan rambutnya. Air yang berjatuhan dari rambutnya yang masih basah, membuat ketampanannya bertambah. Tidak heran kalau banyak sekali yang menyukai dirinya, Eleanor termasuk yang beruntung, mengingat Louis adalah tipe cowok yang dingin dan tidak suka berbasa-basi.

Merasa bosan, ia pun melangkah keluar rumahnya, tidak mungkin kan ia mengerjakan tugas lagi? Bisa gila dia. Ia menjadi teringat akan Eleanor. Sedang apa gadis itu? Mungkinkah ia sedang belajar karena besok adalah ujian terakhirnya disekolah tingkat atas? pikir Louis yang masih terus berjalan menuju rumah Eleanor.

Langkahnya terhenti ketika melihat punggung gadis itu yang sedang duduk tenang dikursi ayunan belakang halaman rumahnya.

Senyum Louis mengembang saat melihat Eleanor. Eleanor memang sedang memegang buku pelajarannya, berniat untuk belajar. Tapi entahlah, dia malah memandangi bulan dan bintang yang bersinar terang ditengah-tengah kegelapan diatas sana.

Louis terduduk disebelah kursi ayunan Eleanor yang masih kosong.

Eleanor langsung menoleh ketika merasa kursi disebelahnya bergoyang.

"Louis? Kayak hantu nih, suka muncul tiba-tiba,"cebik Eleanor.

Louis tersenyum,"Lagi belajar?"

Eleanor mengangguk,"Kamu ngapain sih kesini? Kalo ada kamu aku pasti gak jadi belajar, malahan adanya cuman dengerin gombalan kamu,"jawabnya terkekeh.

Louis juga ikutan terkekeh geli ketika mendengar jawaban gadisnya,"Emang besok ujiannya apa?"

"Science," jawab Eleanor seraya memperlihatkan buku pelajarannya.

"Ada yang gak ngerti gak? Aku bisa ajarin, daripada les, bayarnya mahal tau."

"Ohya? Emang kalo sama kamu bayarnya berapa?"

"Murah banget. Gak pake duit,"ledek Louis terkekeh.

Eleanor menyerngit bingung,"Terus bayarnya pake apa?"

Louis menunjuk bibirnya,"Ciummm,"ujarnya manja.

"Ih gak mauuu. Untung sih science aku udah bisa, jadi gak perlu diajarin,"ledek Eleanor menolak.

"Awas ya kamuu. Ngomong-ngomong ulangan tadi bisa ga?"

"Bisa dongg,"jawab Eleanor yakin.

"Aku pusing nih skripsi,"kata Louis menyenderkan kepalanya dibahu Eleanor.

"Kapan sih dikumpulnya?"tanya Eleanor menatap Louis sekilas.

Louis merangkul gadisnya, dan mencium puncak kepala Eleanor,"Satu minggu lagi sih, terus aku bebas deh,"ujar Louis.

"Aku besok terakhir ujian. Takut banget nihh,"sahut Eleanor khawatir.

"Gak usah takut lah, kan udah belajar. Aku yakin kok kamu pasti bisaa,"kata Louis meyakinkan gadisnya.

Eleanor mengangguk, kemudian mendekatkan tubuhnya untuk memeluk pria disampingnya.

"Lagian kamu harus lulus,"ujar Louis masih memandang langit yang gelap diatasnya.

Eleanor menatap prianya bingung,"Why?"

"Biar kita sama-sama berjuang. Aku lulus, terus kamu juga lulus, habis itu kita nikah, sayang. Aku janji kamu gak bakal nyesel nikah sama aku, aku bakalan bahagiain kamu, Ele,"jawab Louis tersenyum sambil memandang gadisnya.

Eleanor hanya menunduk dan terus menyembunyikan senyumnya.

Entahlah, perasaannya sudah sangat yakin dengan Louis. Ia yakin Louis bersungguh-sungguh dengan hubungan mereka. Ia yakin Louis akan memenuhi janjinya bahwa Louis akan menjadikannya wanita yang paling bahagia dimuka bumi ini. Ia yakin Louis akan menjadi teman hidupnya sampai mereka kembali kerumah Tuhan nanti.

**

hayo mana nih readersss

minta vommentnya ya genkssss jangan pelit2 hehehe:*

ObsessedDonde viven las historias. Descúbrelo ahora