41. Elounor

184 22 2
                                    

Author pov

Ceklek

Suara bukaan pintu membuat Eleanor terkejut dan refleks menoleh pada sumber suara.

Eleanor pun hendak berjalan dan membawa gitarnya.

"Zayn? Kalo masuk ketuk dulu dong,"omel Eleanor kesal.

Zayn menghela nafasnya seraya melepaskan gendongannya pada Malvy dan membiarkan anjing kecil itu berjalan sendiri.

"Sorry deh. Lagian didepan juga gak ada tulisan 'mohon ketuk pintu sebelum masuk' tuh,"jawab Zayn sambil menunjuk kearah pintu.

Eleanor berdecak kesal,"Yaudah, sana keluar. Gak ada perlu apa-apa lagi kan?"

Zayn mengangguk malas,"Iya, iya. Gue keluar dehh. Galak banget sih lo hari ini, tumben,"ujarnya sambil mengacak puncak kepala Eleanor, lalu berjalan keluar dari kamar adik tercintanya itu.

Eleanor hanya tersenyum simpul. Entahlah, pikirannya hanya saja sedang kacau. Apa yang harus ia lakukan terhadap Zayn? Tidak mungkin kan kalau Zayn dibiarkan terus menerus menyukai dirinya? Yang ada itu malah membuat Zayn terluka, dan Eleanor tidak akan membiarkan hal itu. Tapi, ia sangat bingung dengan semua ini. Ia bingung harus melakukan apa untuk menghentikkan perasaan Zayn pada dirinya.

Apakah ia harus meminta bantun Perrie? Ah, tapi tidak mungkin. Kalau ia meminta bantuan Perrie, ia pasti harus menceritakan permasalahannya terlebih dahulu. Yang ada ia membuat Perrie sedih, bukan? Lalu menceritakannya pada Louis? ide gila! Lelaki itu bahkan sudah jarang bertemu dengannya dua hari yang lalu. Lalu dengan siapa ia menceritakannya? Pada Mamanya? Oh tidak tidak! Bisa-bisa Mamanya memisahkan dirinya pada Zayn. Ini lebih buruk lagi nantinya.

Eleanor mengedarkan pandangannya pada sekitar. Matanya pun mendapati Malvy yang sedang terdiam disebelah kasur. Sepertinya anjing itu megantuk. Dengan hati-hati Eleanor pun menggendong Malvy dan memindahkannya ke dalam kandang tidurnya yang berada disamping luar kamarnya.

Eleanor berkali-kali memeriksa ponselnya. Ia merindukan Louis. Tapi apa yang bisa diharapkan? Louis benar-benar terlihat tidak peduli pada dirinya.

***

Siang hari sudah berganti menjadi sore hari. Sedaritadi Louis benar-benar hanya mengerjakan tugasnya. Makan siangnya saja dilewatkan begitu saja. Tiba-tiba ia jadi teringat oleh gadisnya, siapa lagi kalau bukan Eleanor?

Entahlah, Louis merasa buruk seharian mengerjakan seluruh tugasnya. Ia merasa mengabaikan Eleanor.

Louis pun mengambil jaket denim yang tergantung dibalik pintunya, serta kunci mobilnya.

Lottie yang melihat kakaknya tergesa-gesa, menghentikan langkahnya,"Mau kemana?"tanya Lottie sambil menggenggam ponselnya.

Louis mengangkat bahunya cuek,"Cari angin,"jawabnya seraya berjalan keluar rumah.

"Suntuk ya? ngerjain tugas terus sih seharian,"cibir Lottie enteng.

Sebenarnya Louis masih bisa mendengar cibiran dari adik perempuannya itu. Tapi ia memilih untuk mengabaikannya, membuang waktu banyak jika harus beradu mulut dengan adiknya.

Yang terlintas dibenak Louis saat ini hanyalah Eleanor. Entahlah, bagaimana pun juga, apapun caranya, ia harus melihat senyuman itu berkembang diwajah cantik milik wanita pujaannya. Louis sangat merindukan Eleanor.

Louis pergi ke supermarket, membeli banyak snack. Selesai dengan makanan ringan, sekarang ia pergi membeli dua loyang pizza hut. Pasti Eleanor menyukainya, bukan?

Louis pun memberhentikan mobilnya didepan rumah Eleanor dengan banyak makanan ditangannya.

Terdapat ide jahil dikepala Louis. Ia pun mengambil ponselnya dan mengirimkan pesan singkat pada Eleanor.

ObsessedDonde viven las historias. Descúbrelo ahora