31. Eleanor

160 20 4
                                    

Author pov

Sudah satu bulan ini Eleanor dan Zayn tidak tahu dimana keberadaan Mamanya.

Eleanor dan Zayn tentu saja tidak ingin terlalu larut dalam kesedihannya yang sia-sia. Mereka menyibukkan diri dengan lebih banyak belajar dan menyelesaikan tugas sekolah dan kuliah mereka.

Bahkan terkadang Eleanor menginap dirumah Perrie untuk melupakan kesedihannya. Ia masih tidak terbiasa tanpa Mamanya.

Ia merindukan Mamanya, merindukan Louis. Bahkan mungkin terobsesi dengan Louis, terobsesi akan sikap manisnya pada Eleanor, terobsesi akan kepeduliannya pada Eleanor, dan lainnya yang membuat Eleanor jatuh hati pada pria itu. Tapi sekarang Louis yang kenal dulu sudah hilang. Entah lah..

Terakhir kali ia bertemu dengan Louis adalah 2 hari kemarin saat Eleanor ingin mengambil pakaiannnya. Louis berada dirumah Zayn sedang mengerjakan tugas kuliahnya. Bahkan saat Eleanor berada didekat Zayn dan Louis, Louis sama sekali tidak menggubris Eleanor. Memandangnya saja tidak.

Sakit.

Itu yang dirasakan Eleanor sekarang.

"Jangan bengong!" ujar Perrie sambil mengigit slice of pizza yang baru dipesannya.

Eleanor menoleh. "Eh? wihh pizzanya udah datengg."

Eleanor kemudian menempatkan duduk disebelah Perrie.

"Louis lagi?" tanya Perrie yang masih santai menyantap makanannya.

"Hah? enggak kok. Ngapain juga sih mikirin dia" jawab Eleanor berbohong.

"Ele, dengerin gue ya. Lo boleh cinta sama orang, tapi jangan buat lo ngelukain diri lo sendiri. Lo mau bohong sama gue? Please, you can't. Gue udah kenal banget gelagat lo kalo lagi nyembunyiin sesuatu" kata Perrie memandang sahabatnya dalam.

Eleanor mengangguk. "Tapi lo tau kan? lupain Louis gak gampang."

"Ya, i know kok. Tapi mencintai seseorang bukan caranya gini, Ele. Lo juga harus pikirin tentang diri lo sendiri. Or may be you deserve someone better than him?" tanya Perrie menaik turunkan alisnya.

Eleanor menggeleng. "Apaan sih lo! dapetin dia aja gue gak bisa. Mau yang lebih? ya mana bakalan bisa" seru Eleanor tertawa miris.

"Who says? Lo cantik, Ele. Jangan sia-siain waktu lo buat mikirin cowok kayak Louis."

Eleanor hanya diam, dan memilih untuk menikmati makanannya kembali.

"Hari ini lo nginep lagi kan?" tanya Perrie kemudian meneguk air putih yang sudah tersedia.

Eleanor mengangguk. "Gue males pulang."

"Zayn gimana?"

Eleanor tertawa.

"Kok lo ketawa sih?" tanya Perrie pura-pura ngambek.

"Lagian dalam keadaan gini lo malahan nanyain Zayn. Dia baik-baik aja kok. Baru kemaren malem gue telponan."

Perrie mengangguk. "Masih belom ada kabar dari Mama lo?"

Eleanor menggeleng lemah. "Belom sama sekali. Udah ah, kita streaming film aja yuk? Bosen gue sedih-sedihan terus."

Perrie terseyum melihat sahabatnya sudah ceria kembali. Meskipun belum seceria dulu.

***

Sepulang kuliah, Zayn langsung saja mengendarai mobilnya untuk kembali pulang kerumah.

Zayn mengambil makanan yang sudah disediakan oleh si Bibi. Lalu masuk ke kamarnya seperti biasa, hanya mengerjakan tugas dan sesekali memikirkan orangtuanya.

ObsessedDonde viven las historias. Descúbrelo ahora