38. Elounor

210 23 7
                                    

Author pov

Louis kembali pulang kerumahnya dengan pikiran yang kacau. Bisa dibilang, kalau saja ada yang membuatnya kesal, langsung kena semprot oleh dirinya. Kali ini dirinya kesal bukan main. Cemburu juga memenuhi dirinya saat ini. Rasanya ingin sekali ia menemukan pria yang tadi bertemu dengan gadisnya itu.

Melihat adanya kedai kopi Starbucks dipinggir jalan, ia segera memberhentikan mobilnya untuk memesan minuman favoritnya. Mungkin ini bisa membuat kekesalannya sedikit berkurang.

Kali ini Louis memesan green tea latte. Ia kembali ke mobilnya dengan segelas green tea latte ditangannya. Ia menyesap minuman yang masih bisa dilihat asapnya masih mengepul itu.

"Ahh!" pekiknya saat meminum minuman yang baru saja ia beli.

Lidahnya terasa sakit. Tentu saja, minuman tadi kan masih sangat panas. Ia langsung saja meminumnya karena kesal dan tergesa-gesa.

Masih berusaha meredahkan emosinya, ia kembali menyetir dengan kecepetan yang bisa terbilang rendah, sedangkan tangan satunya masih memegang segelas green tea latte yang asapnya masih mengepul bebas di udara.

Jalanan yang macet kembali membuat Louis kesel. Emosi yang tadinya sudah meredah menjadi memuncak lagi. Ia harus berdiam diri beberapa jam karena jalanan yang sangat padat siang hari ini. Mungkin dewi Fortuna sedang tidak berpihak padanya disiang hari ini.

**

Selesai sudah Eleanor dan Perrie memborong beberapa shopping bag hari ini. Kira-kira ada 10 shopping bag. Gila, bukan?

"Mau langsung pulang aja?" tanya Perrie yang sedang berjalan disebelah Eleanor.

Eleanor mengangguk,"Badan gue udah pegel banget,"jawab Eleanor sambil terus berjalan ke parkiran.

"Minta pijetin dong sama yayang baru lo, si Louis,"sahut Perrie menaik-turunkan kedua alis tebalnya.

Eleanor bergidik ngeri ketika mendengar jawaban sahabatnya,"Jorok aja sih lo!"ujar Eleanor mencubit pinggang Perrie kecil.

Perrie terkekeh geli,"Aww! Sakit tau! Ada yang marah nihh,"sahut Perrie mencolek dagu Eleanor.

Eleanor menjadi ikutan tertawa juga,"Rese ah lo. Jomblo diem aja deh."

Mereka pun larut dalam canda tawa mereka bersama.

Sampailah mereka didepan rumah Eleanor.

"Lo gak mau nginep? Udah malem loh, bahaya pulang sendiri,"ujar Eleanor dari jendela mobil.

"Sejak kapan lo lebay? Gak usah ah, city never sleep, baby,"sahut Perrie dengan suara yang dibuat-buat.

"Dasar lo! yaudah deh, hati-hati ya."

"Iya-iya, bye, Ele!" sorak Perrie.

Perrie pun kembali pulang kerumahnya. Memang benar apa kata Perrie, buktinya saja, jalanan sekarang masih ramai. Masih dipenuhi oleh manusia-manusia yang bosan didalam rumah mereka. Jajanan pinggir jalan juga terlihat masih lumayan banyak.

Mata Perrie seketika berbinar saat melihat laki-laki yang dicintainya sedang berada diseberang ingin masuk ke mobilnya. Ada perlu apa Zayn disini? Ah, mungkin hanya membeli sesuatu saja. Andaikan Perrie bisa menghampiri Zayn, pasti ia akan melakukannya. Tapi tidak mungkin kan? Mengingat Perrie bukan siapa-siapa bagi Zayn.

Tin!!

Perrie terlonjak, ia baru ingat kalau ini masih dijalanan. Ah, Perrie! Makanya jangan melamuni Zayn terus!

Dengan sedikit kewalahan, Perrie segera menjalankan mobilnya kembali.

Eleanor masih asik berkutat pada MacBooknya. Ia membuka tas tangannya, tidak tahu apa yang ia cari, tapi iya yakin sekali ada sesuatu disana, karena perasaannya terasa mengganjal. Ah! Ponsel! Ponselnya sedaritadi masih mati dalam keadaan baterai yang lowbat. Padahal tadi ia berniat untung menghubungi nomor Louis. Dari tadi siang ia juga belum memberi kabar pada Louis. Eleanor memang ceroboh. Sikap cerobohnya tidak pernah hilang dari dulu sampai sekarang.

ObsessedDonde viven las historias. Descúbrelo ahora