Chapter 56: Ia Berbohong

560 62 5
                                    


HARRY'S POV

Aku harus mengakuinya kalau aku sedikit merasa bersalah. Aku tidak tahu kalau Liz akan bersikap seperti ini. Louis dan aku hanya memakan dua oreonya. Ketika ia melihat kami hampir memakannya, ia terlihat ingin menangis!

Sial.

Ia sangan mencintai oreonya. Sekarang aku merasa takut.

Liz membuka pintu depan dan Julia sudah tiba disana. Mereka berbincang sebentar dan aku langsung menghampiri Louis.

"Menurutmu apa yang akan ia lakukan kepada kita." ucapku.

"Aku tidak tahu. Tapi aku tahu kalau Julia akan membantunya. Jadi berhati-hatilah dengan mereka." ujar Louis.

Aku menganggukan kepalaku.

"Neil!" teriak Julia kepada Niall dna memeluknya.

Kurasa kalian sudah tahu apa yang terjadi.

Ya, pertarungan sengit antar jalang ini.

Dan ketika Julia bersama Lizzie pergi ke kamar Lizzie. Aku menggigit lidahku menahan tawaku.

"Keji" Nancy menghela napas dan duduk di sofa.

Kami semua duduk dan melanjutkan menonton televisi.

"Louis?" ucap Nancy dengan nada yang menyebalkan.

"Yea" Louis menjawab dengan nada malas.

"Bisakah kau mengambilkan aku sebotol air" pinta Nancy kepada Louis.

"Kenapa tidak mengambil sendiri? Kau punya kaki kan?" jawab Louis.

Aku menyeringai.

"Niall! Bilang kepada louis untuk mengambilkan aku air!" ucap Nancy.

Niall menghela napas.

"Louis. Kumohon ambilkan ia air" ucap Niall.

Mulutku ternganga.

Benarkah ia melakukan ini?

Louis menatap sinis mereka.

Ia menghela napas dan segera ke dapir.

Iapun datang dengan sebotol air.

Ia melempar botol itu ke Nancy.

Botolnya terjatuh di pundak Nancy dan jatuh ke pangkuannya.

"OW!" keluh Nancy.

"Oh maaf. Apakah aku melemparnya terlalu kencang" ucap Louis dengan nada manis.

"Yeah!" teriak Nancy.

Louis memutarkan bola matanya.

Nancy meminum air itu dan menyemburkan semuanya ke Louis.

Mataku membelalak.

"INI AIR DARI PEGUNUNGAN DIMUSIM SEMI! AKU TIDAK MEMINUMNYA!" teriakknya.

Ia melempar botol itu ke Louis dan Louis segera menangkisnya.

"WHAT THE HELLI!" teriak Louis.

"NANCY!" teriakku dan segera berdiri. "Kau tidak bisa datang ke rumah ini dan menyuruh-nyuruh kami apa yang kau inginkan! Kau mempunyai kaki! Gunakanlah! Dan Niall! Kau harus mengatur 'pacar' mu ini! Dia tidak bisa dibiarkan seperti ini! Apa kau benar-benar mencintainya?! Maksudku lihat dia! Aku yakin kau bisa melakukan lebih baik." teriakku.

Wow.

Aku tidak berpikir bisa mengatakan semua tadi.

Niall berdiri.

"Kau tidak bisa mengatakan semaumu. Dan aku- aku mencintainya." ucap Niall.

Aku memanahkan tatapanku ke Niall. Ia berbohong.

"Omong kosong." aku mendengar Louis bergumam dan ia pergi ke kamar mandi.

"Kenapa kau bersamanya? Beritahu aku!" ujarku.

Niall melihat Nancy yang sedang duduk di sofa dengan tangan dilipat.

"K-karena a-aku mencintainya." jawab Niall.

"Tidak. Simon kan yang mengaturnya" ucapku.

"Tidak. Aku bertemu Nancy di cafe" ucap Niall.

"Terserahlah." ucapku.

Niall menarik tangan Nancy dan mereka keluar rumah.

Louis kembali ke ruang tamu.

"Guys! Turunlah kebawah!" teriakku.

Semuanya turun menghampiri.

"Ada apa?!" teriak Liz bersama Julia.

"Niall berbohong." ucapku.

"Apa?" ucap Liz.

"Ingat ketika kau bilang kepadaku saat kau dan Niall berbicara malam itu" ucapku.

"Yeah" jawabnya.

"Dimanakah ia bertemu Nancy" tanyaku.

"Di taman." jawabnya.

Aku melihat ke mereka semua.

"Ia berbohong. Ia baru saja mengatakan mereka bertemu di cafe." kataku.

Mata mereka membelalak.

"Pasti Simon yang mengatur semua ini" ucap Liam.

"Yeah." kataku.

"Jadi apa yang akan kita lakukan." ujar Julia.

"Kami membutuhkan bantuan kalian untuk menekan dan membuat Niall mengatakan kalau ia masih mencintai Liz. Tapi kalian butuh sendirian bersama Niall." ucapku.

"Karena Niall kemungkinan tidak mau berbicara dengan kami lagi." ujar Louis.

"Yeah jadi Liam, Zayn dan Julia. Kau harus membuatnya mengatakan itu." ucapku.

"Tunggu. Kenapa Niall tidak mau berbicara denganmu." tanya Liz bingung.

"Cerita yang panjang. Kau tadi seharusnya disini." ucap Louis.

Ia menganggukkan kepala.

"Aku sudah mengetahuinya bahwa Simon-lah yang mengatur semua ini" ucap Zayn.

"Yeah" kataku setuju.

"Kami akan membantu seketika Niall kembali" ucap Liam.

Zayn dan Julia setuju.

"Bagus" kataku tersenyum.

Zayn dan Liam pergi.

Lizzie dan Julia hampir pergi tapi mereka menengok kembali menatap aku dan Louis.

"Oh, dan boyz" ucap Liz.

"Yeah..." ucap Louis.

"Karma akan datang kepada kalian." ucap Liz.

Julia dan Lizzie mengedipkan matanya kepada kami dan naik ke tangga.

Louis dan aku menatap satu sama lain.

"Harry...?" ucap Louis.

"Yeah" jawabku.

"Bisakah aku tidur denganmu malam ini" ucapnya.

"Ya" jawabku.

Kami segera ke kamarku dan ke tempat tidurku.

Oh Tuhan.

Apa yang akan mereka lakukan.

.

.

.

.

Vote for this chapter? I hate Nancy too HAHA.

Niall Horan Is My Guitar Teacher (Bahasa Indonesia)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang