NIALL'S POV
Aku tidak percaya dengan apa yang barusan terjadi.
Liz berlari keluar. Aku hanya diam disana. Tidak dapat berkata. Heart Broken. Aku hancur dan menangis.
"Niall. Semuanya akan membaik" Louis mencoba menenangkanku.
"Tidak! Tidak akan ada yang membaik!" teriakku.
Aku menonjok tembok dan duduk di lantai.
"Aku mencintainya.. Tapi the stupid fans memberikan stupid hate" kataku menangis lebih kencang.
"Niall, ayo kembali ke hotel. Kau butuh beristirahat" ucap Liam dengan tenang.
Aku duduk disana dalam kesunyian dan kemudian berduru.
Aku membuka akun twitter-ku.
"Liz dan aku sudah berakhir. AKU HARAP KALIAN SEMUA BAHAGIA SEKARANG!" dan aku menekan kirim, ya aku menge-tweet itu.
Ini adalah hari terburuk bagiku.
LIZZIE'S POV
Aku berlari ke hotel dan ke kamarku.
Aku membanting pintu dan melompat ke tempat tidurku.
Ponselku bergetar.
'Liz dan aku sudah berakhir. AKU HARAP KALIAN SEMUA BAHAGIA SEKARANG!'.
Ini membuatku menangis lebih kencang.
Ini bukan salahku untuk mengakhirinya. Ini karena semua hates. Ini benar-benar bodoh. Mereka benar-benar tidak mengenalku dan mereka sudah bisa judge diriku.
Ponselku kembali bergetar.
Aku melihatnya dan aku mendapat telepon dari Julia.
"Halo?" ucapku.
"LIZ! APA YANG TERJADI! AKU MELIHAT TWEET DARI NIALL!" ia berteriak.
"Aku mengakhirinya" ucapku menahan tangis.
"Kenapa?! Kalian berdua adalah pasangan yang sempurna!" ucapnya
"Kau tidak mengerti, Jules. Tidakkah kamu lihat sebanyak apa kebencian yang aku dapatkan di twitter?" ucapku.
"Ya, sangat banyak" jawabnya.
"Aku tidak bisa menerima kebencian itu lagi jadi aku pikir aku harus mengakhiri hubungan ini dan aku tidak akan mendapat hates" ucapku.
"Aku mengerti. Tapi apa kau masih mencintainya?" tanya nya
"Tentu saja" jawabku.
"Lalu apa yang akan kamu lakukan dengan semua ini?" tanya nya
"Aku tidak tahu" jawabku.
"Kau tahu. Disinilah quotes terkenal itu datang. 'Jika kamu mencintai sesuatu dan membiarkannya pergi. Tapi ketika itu kembali artinya memang seharusnya milikmu'" ucapnya.
Aku tertawa.
"Betapa momen yang sangat klise disini" ucapku.
Aku mendengarnya tertawa.
"Aku tahu. Tapi tetap saja. Tetap ingat. Mungkin semuanya akan menjadi baik-baik saja" katanya.
"Semoga saja" jawabku.
"Kita akan mengobrol lagi nanti. Telepon aku saja jika kau ingin bicara" ucapnya.
"Yeah. Terimakasih sudah menghubungiku" ucapku.
"Tentu saja. Love you, bye" ucapnya.
Aku memutuskan panggilan teleponnya dan melempat ponselku ke tempat tidur.
Seketika itu aku berbaring dan menutup mataku.
Aku harap tur ini cepat selesai.
.
.
.
.
(vote for more. comment for quick respond haha.)

KAMU SEDANG MEMBACA
Niall Horan Is My Guitar Teacher (Bahasa Indonesia)
FanfictionSemua yang aku inginkan hanyalah belajar untuk bermain gitar. Aku tidak pernah meminta untuk guru yang merupakan seorang dari boy band paling terkenal di dunia. Tapi aku tidak mengkomplain.