Picture of the boys on tuxedo for Eric's Wedding.
LIZZIE'S POV
Seseorang mengetuk pintu dan aku mencabut headphones dari telingaku.
"Bisakah seseorang membuka pintunya!" teriakku.
Diam.
"Baiklah, aku saja" ucapku.
Aku turun kebawa dan membuka pintu.
Julia berdiri disana sambil menangis.
"Ada apa!" ucapku sambil menariknya masu kkedalam.
Aku menutup pintunya dan kami duduk di sofa.
"Ada apa?" kataku ulang.
"Nick" ujarnya.
"Apa yang ia lakukan?" ucapku.
"Selama ini ia selingkuh dariku" ucapnya.
Aku menaikkan alisku.
"Aku sangat bodoh karena baru tahu" ucapnya.
"Kau tidak bodoh." ucapku menggenggam tangannya. "Dia benar-benar idiot karena selingkuh dari perempuan yang luar biasa dan cantik sepertimu. Sekarang beritahu aku. Dimana ia tinggal?" kataku.
"Kau tidak perlu melakukan apa-apa. Aku sudah menanganinya" ucapnya sambil tersenyum.
"Bagus. Sekarang ayo ambil es krim dan kita bisa menonton film." ucapku.
Kami bangun dan pergi ke dapur untuk mengambil kotak eskrim juga sendok. Kemudan kami duduk di ruang tamu.
Aku mengambilkan selimut dan kembali ke tempat Julia.
Aku menyetel Mean Girls dan kembali ke sofa.
Es Krim kami hampir abis dan the lads datang.
"Apa yang kau lakukan?" tanya Harry.
"Menonton film" jawabku.
Niall pun datang ketika eskrim kami sudah kosong.
"Kau memakan semuanya?!" ucap Niall.
"Yup!" jawabku dengan bangga.
"Dam" ucapnya.
"Mengapa kau menangis?" Zayn bertanya kepada Julia.
Aku menatapnya.
Julia hanya mentapaku balik dan menganggukkan kepalanya. Kemudian aku melihat ke the lads.
"Kalian tahu Nick? Kekasihnya." ucapku kemudian mereka menganggukkan kepalanya. "Well uh... Ia selingkuh" ucapku pelan.
"Im so sorry" ucap Harry.
"Tidak. Tidak apa. Aku seharusnya sudah mengetahuinya" ucap Julia dengan senyuman palsu.
"Dimana ia tinggal?!" tanya Harry dengan menggepalkan telapak tangannya.
"Tenang. Aku sudah menanyakan itu. Dan Julia bilang ia sudah menanganinya" ucapku.
Harry melepaskan gepalan tangannya dan duduk disampingnya dan memeluknya.
"Aku baik-baik saja" ucap Julia.
"Bisakah kami ikut menonton dengan kalian?" pinta Liam.
"Benarkah kalian ingin menonton Mean Girls?" tanyaku.
Mereka menaikkan pundak mereka dan duduk disamping kami.
Aku membantu Niall untuk duduk karena kakinya masih dalam masa penyembuhan.
Tapi setidaknya kakinya sudah sembuh pada saat hari pernikahan Eric.
***************
"Baiklah. Kau siap?" tanyaku.
"Aku tidak bisa menaikkan risletingnya!" ucap Eleanor sambil berusaha meraih punggungnya.
Aku tertawa dan membantunya.
Aku bertanya kepada Vanessa apakah Julia, Eleanor, Danielle dan Perrie bisa menjadi pengiring pengantin dan ia menjawah ya.
Gaun kami berwarna biru terang dan panjangnya berakhir di atas lutut kami. Kami semua memakai belt hitam yang melingkar pada pinggang kami.
Eric bertanya pada Niall untuk menjadi best man nya.
Pasangannya Niall dan aku, Julia dan Harry, Liam dan Danielle, Louis dan Eleanor, juga Zayn dan Perrie.
"Kalian siap?" tanyaku.
"Yupp" jawab the girls.
Perrie, Eleanor dan Danielle keluar dari ruangan.
Hulia duduk di tempat tidur menatap kebawah dan melihati jari jemarinya. Aku pun duduk disampingnya.
"Lupakan saja Nick. Dialah yang kehilanganmu. Ayo pergi. Kita bisa berdansa-dansa seusai acaranya" kataku dan menarik tangannya.
Ia tersenyum dan kami turun.
Niall berdiri disana dengan tuxedo nya. Ia tersernyum ketika melihatku. Aku menghampirinya.
"Kau terlihat luar biasa" ucapnya dan menciumku.
"Jika kau tidak keberatan. Hmmm.. ada acara yang harus kita hadiri" ucap Louis.
Aku menghentikkan ciuman kami dan aku menyeringai kepadanya.
Kami semua masuk ke mobil milik Louis yang berwarna hitam. Aku menggandeng tangan Niall dalam perjalanan kami masuk ke Gereja.
Sesampainya disana kami berbaris didepan Gereja.
Aku melihat Vanessa dengan gaun indahnya dan terlihat gugup.
"Hey. You look amazing." ucapku memeluknya.
"Terimakasih" balasnya.
"Kau siap?" tanyaku.
"Aku gugup" jawabnya.
"Jangan. Aku berani taruhan kalau Eric akan meleleh saat melihatmu" ucapku dan ia tertawa.
"Well aku harus pergi. Ini sudah mulai" ucapku memeluknya kembali.
Aku kembali bersama Niall dan kami bergandengan tangan.
"Siap?" tanya Niall.
"Yep" jawabku.
Kami memasuki lorong.
Eric berdiri disana dengan tuxedonya dan tersenyum.
Aku tersenyum balik.
Seketika kami berada di depan, aku mencium pipi Niall dan kami berdiri dibagian kami.
Dengan urut Eleanor, Louis, Zayn, Perrie, Harry, Julia, Liam dan Danielle lalu datang Vanessa memasuki lorong.
Aku melihat senyuman Eric bertambah besar.
Vanessa mencium pipi ayahnya dan menghampiri Eric.
Aku melihat Niall. Ia menunjukkan wajah yang konyol kepadaku. Aku menggigit lidahku menahan tawa. Aku menunjukkan wajah konyol balik kepadanya dan ia menutup mulutnya karena tertawa.
Eric dan Vanessa menyatakan janji nikah dan mereka mengenakan cincin di jari satu sama lain. Mereka berciuman dan semuanya bertepuk tangan.
Mereka turun ke lorong dengan tangan bergandengan.
Aku juga menggandeng tangan Niall.
Kami masuk kembali ke mobil kami.
"AYO PERGI KE PESTA!" teriak Louis meninju udara.
.
.
.
Huaaayaawww VOTE/COMMENT.
Just fyi, i read all your comments, gabisa bales satu-satu, cuma yg unik dan bisa di bales hehee..BY THE WAY 33 Chapters to go! This story will finished in Chapter 100.
![](https://img.wattpad.com/cover/7183880-288-k308254.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Niall Horan Is My Guitar Teacher (Bahasa Indonesia)
FanficSemua yang aku inginkan hanyalah belajar untuk bermain gitar. Aku tidak pernah meminta untuk guru yang merupakan seorang dari boy band paling terkenal di dunia. Tapi aku tidak mengkomplain.