Wanita berwajah tidak asing itu memanggilku, dia memintaku menemani anaknya ditengah kerusuhan ini, aku bahkan tidak mengerti apa yang wanita tua itu pikirkan. Dia menitipkan anaknya padaku, yang umurnya tidak lebih tua dari anak laki-lakinya itu. Tidak, dia bukan anak-anak, dia remaja.
Anak laki-laki itu menatap kepergian ibunya, dia berlari meninggalkan kami, menuju arah yang tidak pasti.
"Ibumu, mau kemana?" tanyaku lirih. Anak laki-laki itu tetap menatap kearah kepergian ibunya, "mencari selamat, dia pergi mencari keselamatan,"
mencari keselamatan?
"maksudmu mencari bantuan?" tanyaku lagi. Aku mendongak menatapnya, dia hanya diam, tidak menatap balik kearahku, tapi menatap lurus kedepan,
"bukan, dia pergi ketempat aman," raut wajahnya menjadi keras, seperti menahan tangis, tapi tidak terlihat ada raut sedih dan airmata.
Kenapa dia tidak mengajakmu? Rasanya ingin aku bertanya padanya tentang ini, tapi aku menarik pikiranku dan menguburnya dalam-dalam. Itu bukan gagasan bagus, aku tidak mungkin bertanya selancang itu pada orang yang baru kutemui beberapa menit lalu.
Aku dan anak laki-laki itu menunduk dan memeluk lutut diantara mobil-mobil setelah mendengar peringatan, tidak ada waktu lagi untuk mencari tempat berlindung selain disini. Dia hanya diam, kami menjaga agar keberadaan kami tidak disadari para pemberontak itu, jadi kami hanya berdiam diri, menahan dingin yang semakin menusuk. Aku merapatkan syalku dan menarik turun baretku, rasanya ada perasaan menyesal ketika meninggalkan earmuff-ku dirumah. Andai saja aku mengetahui bahwa hari ini akan terjadi, aku pasti tidak akan meninggalkan barang-barang berhargaku dari genggaman tanganku, dan aku pasti tidak akan membiarkan orangtuaku pergi bekerja hari ini.
aku dapat mendengar langkah kaki puluhan orang diantara mobil-mobil dibelakang kami.
jantungku berdegup jauh lebih cepat dari yang seharusnya, aku harap orang-orang itu tidak dapat mendengar degup jantungku. Aku tahu ini sudah terlambat untuk berlari menuju tempat aman, tapi rasanya aku ingin berlari sekencang mungkin menuju tempat berlindung yang telah disediakan oleh para polisi setempat.
Kakiku gemetar, tapi kakiku berusaha membuat seluruh tubuhku bergeser, aku tahu apa yang kupikirkan, kakiku akan membawaku berlari membelakangi para pemberontak menuju tempat aman.
Mereka berada tepat dibalik mobil yang kami sandari, rasanya aku ingin segera melarikan diri, tapi ketika aku mengangkat badanku dan melihat mereka dari balik kaca jendela mobil rasanya aku ingin menjerit saja. tenggorokanku tercekat, mulutku sudah terbuka setengah siap berteriak sekuat tenaga,
"jangan berteriak, kita aman disini untuk sementara, kau akan mengacaukannya," anak laki-laki itu menutup mulutku dengan tangan bersarungnya. aku berusaha mengagguk, tapi aku tau aku hanya diam saja menahan hebatnya getaran yang dialami tubuhku, aku gemetar. mereka bukan pemberontak, bentuk mereka aneh.
~~~~~
heeey its my first story, i know its not good as another ppl story, but i hope you enjoy it ^^
Media Disamping itu Gambaran Athena, kalo gabisa liat media, cek insta juga boleh :* @amalianana
wkwk sekalian promosii
Comment and Vote please :)
thanks